Chapter 4

122 16 0
                                    


Suatu pagi di hari Sabtu, Takaaki sedang berkutat dengan pekerjaannya di meja makan. Berusaha mengerti ataupun menerjemahkan kode-kode yang aneh dari kasus terbarunya.

"Aku bawakan teh dan biskuit untukmu Takaaki-Kun," kata Shiho seraya meletakkan nampan kecil tersebut di antara celah-celah kertas yang agak kosong.

"Arigatou Shiho, merepotkanmu saja,"

"Sama sekali tidak. Ada kasus sulit ya?"

"Eh, kasus kematian seorang turis di Nagano. Kami sedang berusaha menelusuri karakter-karakter aneh ini,"

"Hmmm..." Shiho melongok salah satu karakter di kertas dan mengejanya dengan wajah polos, "o-tor-ten..."

"Nani?"

"Ini," Shiho menunjuk kertas tersebut.

Takaaki melihat yang ditunjuk Shiho.

"Ini bacanya otorten, bahasa Rusia," ucap Shiho.

"Kau bisa bahasa Rusia?"

Shiho menimbang-nimbang sejenak dan melihat-lihat kertas-kertas yang bertebaran tersebut, "eh, aku mengerti karakter-karakter ini. Seperti contoh otorten ini. Ini adalah nama gunung di Rusia yang telah menewaskan 9 pendaki. Otorten dari bahasa mansi sendiri artinya adalah 'jangan pergi ke sana,'"

Takaaki melongo menatapnya.

Shiho juga mengerjap bingung, "jangan tanya bagaimana aku mengetahuinya, karena aku juga tidak tahu, mengalir begitu saja dari memori kepalaku. Apa mungkin aku guru bahasa Rusia?"

"Kalau begitu coba terjemahkan yang lainnya,"

"Anooo..." akhirnya Shiho menerjemahkan semua dokumen tersebut. Setelah terkumpul, Takaaki akhirnya menghubungi temannya.

"Kansuke, aku sudah berhasil memecahkan kodenya," kata Takaaki.

"Eh? Bagaimana bisa??" tanya Kansuke di seberang sana.

"Nanti saja kuceritakan. Kita bertemu di kantor setengah jam lagi," Takaaki menutup telponnya.

"Ke kantor hari Sabtu?" tanya Shiho.

"Eh, resiko polisi. Terima kasih bantuannya Shiho. Aku pergi dulu sebentar, jangan lupa kunci pintunya," Takaaki bergegas meraih jas dan kunci mobilnya sebelum keluar dari rumah.

Tinggal Shiho bengong sendiri di meja, "sepertinya benar aku guru bahasa Rusia," gumamnya meyakini.

***

Suatu hari Takaaki menemani Shiho keluar untuk belanja bulanan di swalayan. Saat mereka sudah selesai membayar mendadak saja terjadi sesuatu.

"Tolong apakah ada dokter di sini?!" teriak seorang pria.

Semua orang menoleh ke asal suara tersebut termasuk Takaaki dan Shiho. Pria tersebut tengah memeluk istrinya yang hamil besar dan tampak kesakitan di lantai. Cairan ketuban mengalir ke kakinya.

"Apakah ada dokter di sini?! Tolong panggil ambulan!" teriak sang suami lagi.

Shiho refleks menghampiri mereka.

"Shiho," Takaaki yang bingung dengan sikap Shiho, mengikutinya.

Shiho memeriksa perut ibu hamil yang kesakitan itu, "tidak ada waktu lagi, tidak keburu menunggu ambulan, cairannya hampir kering," katanya.

"Nani?" sang suami kebingungan.

"Aku butuh sarung tangan, gunting, air hangat dan handuk bersih yang banyak!" seru Shiho kepada para pengunjung yang mengerumuni mereka.

Satu per satu mereka kalang kabut memenuhi permintaan Shiho.

"Shiho kau yakin dengan yang kau lakukan?" tanya Takaaki.

Shiho menatapnya tajam, "Takaaki-Kun, amankan mereka semua, aku butuh ketenangan,"

"Eh? Baiklah," meski bingung, Takaaki tetap mematuhi.

Takaaki meminta keamanan swalayan untuk membuat jarak agar pengunjung yang menonton tidak mengganggu Shiho. Sejumlah petugas swalayan sudah membawakan banyak baskom air hangat, handuk bersih dan gunting besar. Beberapa petugas lain memasang plastik buram yang besar untuk menutup pemandangan dari pengunjung akan proses melahirkan dadakan tersebut.

"Aku tidak siap!" keluh ibu hamil yang kesakitan.

"Tidak ada waktu lagi! Kuatkan dirimu!" pinta Shiho seraya memasang sarung tangan plastiknya.

"Sakit....!"

"Ikuti aba-aba dariku! Semuanya akan baik-baik saja," Shiho juga menguatkan dirinya sendiri.

Proses melahirkan pun dimulai, Shiho mulai memberi instruksi, "jangan sembarang mendorong, kau hanya membuang-buang tenagamu. Sekarang tarik napas dalam-dalam..."

Ibu hamil itu mengikuti instruksinya.

"Tahan dan dorong lah pelan-pelan..."

Ibu hamil itu mengikutinya lagi. Hal itu terus berlangusung berulang kali. Hingga pada tarikan ke lima, terdengar suara tangis bayi.

"Oh bayi perempuan yang cantik..." kata Shiho lega saat menangkap bayi itu dan segera memotong tali pusarnya.

Shiho membersihkan bayi itu, menyelimutinya dengan handuk sebelum diserahkan kepada orang tuanya.

Ambulan datang tak lama kemudian dan mereka segera diangkut ke rumah sakit. Takaaki dan Shiho memandang kepergian mereka.

Takaaki melirik Shiho dengan pandangan bingung, sebenarnya siapa dia?

Pandangan mata Shiho berkunang-kunang, tubuhnya terhuyung sebelum tidak sadarkan diri dan ditangkap oleh Takaaki.

"Shiho...!" Takaaki menggendongnya dan membawanya kembali ke rumah.

Between BrothersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang