Epilogue

197 10 0
                                    

1,5 tahun kemudian...

Sore akhir pekan itu, Takaaki membawa Mochi keluar untuk jalan-jalan. Mendadak saja pudel putih itu berontak ingin lepas dari Takaaki.

"Uhm? Kau kenapa Mochi? Tidak biasanya," kata Takaaki.

Guk! Guk! Mochi terus berontak dan akhirnya talinya tersentak lepas dari pegangan Takaaki yang kaget. Pudel biasanya bukan tipe pemberontak, jadi Takaaki tak pernah memegang talinya kencang-kencang. Sekarang ia kelimpungan mengejar pudel tersebut.

"Mochi! Kau mau kemana?" seru Takaaki yang terus mengejar Mochi.

Guk! Guk!

"Aduh aduh... kau rindu padaku ya..." kata seseorang yang menyambut Mochi.

Takaaki tertegun bingung saat melihat Mochi bercengkrama pada sosok itu.

"Shiho?"

Shiho mendongak kemudian berdiri menghadapi Takaaki seraya tersenyum.

"Bagaimana bisa?" masih tampak takjub, Takaaki menghampirinya.

"Aku dikeluarkan 6 bulan lebih cepat karena kelakuan baik," ujar Shiho.

"Kenapa tak beritahu aku? Kan aku bisa jemput,"

"Aku ingin memberi kejutan, tapi malah ketahuan Mochi duluan,"

Guk! Guk!

"Oh ya ampun," Takaaki memeluk Shiho erat-erat.

Shiho membalas pelukannya sama eratnya, "aku rindu sekali padamu,"

"Aku juga, setiap waktu,"

"Aku masih bisa menyebut rumahmu sebagai rumah?"

"Tentu saja!" Takaaki menangkup wajah Shiho dengan kedua tangannya dan mengecup hidung mancungnya.

Shiho terkekeh.

Akhirnya mereka berdua bergandengan membawa Mochi jalan-jalan bersama.

"Apa rencanamu setelah ini?" tanya Takaaki.

"Entahlah. Aku harus membayar kematian dengan kehidupan tentunya,"

"Kau mau bekerja di rumah sakit?"

"Hmmm... aku tak terlalu suka berkutat dengan kondisi darurat di rumah sakit. Aku lebih suka eksperimen di laboratorium yang tenang. Mungkin aku mempertimbangkan untuk menjadi peneliti, mencari vaksin atau obat bagi penyakit yang selama ini belum ada obatnya,"

"Itu bagus sekali Shiho,"

"Begitukah menurutmu?"

"Eh, aku akan mendukung apapun keinginanmu,"

"Hmmm benar?"

"Tentu saja,"

"Aku juga ingin menciptakan satu makhluk baru loh,"

Takaaki mengernyit, "makhluk baru? Mutan?"

Shiho tertawa, "apakah aku se-menyeramkan itu di matamu?"

"Lalu?"

Shiho berjinjit untuk berbisik di telinga Takaaki, "aku mau buat bayi,"

Takaaki nyengir mendengarnya, "aku masih bisa menerima satu ilmuwan kecil lagi,"

"Hmmm... Tapi sepertinya aku lebih suka komei kecil,"

Dan mereka terus merencanakan masa depan.

***

"Nah itu mereka datang, pasangan Morofushi," tunjuk Saegusa.

Hari itu adalah hari perayaan kepolisian Nagano. Para petugas berpesta boleh datang bersama keluarga masing-masing.

Terlihat Takaaki yang menggandeng Shiho dengan perut besar berusia tujuh bulan.

"Hati-hati Shiho..." pinta Takaaki lembut.

"Eh, tenang saja," sahut Shiho.

"Ya ampun... nempelnya lebih-lebih daripada perangko," ejek Kansuke.

"Ini dia ahli strategi dan ilmuwan canggih se-Nagano!" sambut Saegusa saat Takaaki dan Shiho sudah menghampiri mereka.

"Shiho-San," Yui memberi Shiho salam tempel pipi kiri kanan.

"Yui-San," Shiho balas menyapa.

"Sudah besar ya," kata Yui memandang perut Shiho.

"Eh, tujuh bulan,"

"Laki-laki atau perempuan?" tanya Yui penasaran.

Shiho dan Takaaki bertukar senyum sebelum menjawabnya, "komei kecil," kata Shiho cerah.

"Waaaah!!!" teman-teman polisi pada bersorak.

"Nagano akan tambah ahli strategi satu lagi nih!" kata Saegusa.

"Oi Kansuke! Kapan nyusul?! Jadi keduluan Komei!" goda salah satu teman yang lain.

"Diam kau!" hardik Kansuke dengan wajah memerah.

"Komei diam-diam menghanyutkan. Gak pernah keliatan pacaran, tahu-tahu sudah menikah dan mau punya anak. Kok kau yang nempel berdua-duaan sama Uehara kemana-mana cuma begitu saja!" ejek Saegusa.

"DIAM KAU!" teriak Kansuke dan Yui bersamaan dengan wajah merah.

Takaaki dan Shiho tertawa melihat kelakuan mereka.

"Sudahlah sudah..." Takaaki melerai, "cinta takkan melepaskan tangan, kelak Kansuke dan Uehara akan menemukan jalannya sendiri,"

"Cih! Gayamu Komei, mau ahli profesi jadi pujangga?" gerutu Kansuke.

"Lebih baik pujangga daripada picisan," balas Takaaki.

"Ah sudahlah aku tak pernah menang berdebat denganmu!" geram Kansuke.

"Ngomong-ngomong kami putar cari minum dulu, komei kecilku sudah haus. Ayo Morofushi-San," ajak Takaaki dengan pandangan memuja pada istrinya.

"Eh," Shiho mengangguk seraya membalas tatapan mesra suaminya dengan sama memujanya.

Bersama-sama mereka meninggalkan kerumunan itu.

"Duhhh... sungguh membuat orang iri..." kata teman-teman polisi.

Kansuke melihat suami-istri yang sangat serasi itu dari jauh. Sejak kecil berteman dengan Takaaki, ia tak pernah melihatnya begitu hidup. Takaaki biasa sangat serius, datar dan kaku. Namun sejak bertemu Shiho, ia terlihat jadi lebih ceria, lebih hidup.

Syukurlah Komei... Aku turut berbahagia... batin Kansuke tulus.

Between BrothersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang