Chapter 3

396 9 3
                                    

Di Diskotek, Elena sedang mengenalkan seseorang ke Kirana, orang itu ciri-cirinya rambutnya gondrong dan menggunakan celana jeans robek-robek.

"Bang Arya ini Kirana, Kirana ini Bang Arya." ucapnya.

Laki-laki yang bernama Arya itu bersalaman dengan Kirana lalu menyapa gadis itu.

"Arya," ucap Arya mengenalkan dirinya secara langsung ke Kirana

"Kirana," balas Kirana polos.

Elena pun mempengaruhi Kirana. "Kir, Bang Arya ini bisa bikin lo jadi model terkenal," ucap Elena dengan senyuman smirk-nya.

Arya pun cuma menaruh jari ke bibirnya. Lalu menatap Kirana dengan tatapan mesum.

"Gue tinggalin lo berdua ya nanti gue balik lagi kesini," ucap Elena meninggalkan Kirana bersama dengan Arya.

"Okay," jawab Arya.

Arya pun mulai mendekati Kirana sedikit demi sedikit.

"Hmmmmm... Tinggi kamu berapa?" tanya Arya.

"170," jawab Kirana.

Di sisi lain Elena berjalan mendekati seseorang yang menggunakan kupluk di lantai atas, lalu laki-laki yang menggunakan kupluk itu berjalan bersama dirinya menuju ke sebuah tempat.

Di dalam mobil, Kirana sedang bersama Arya. Namun kali ini dia merasa tertekan dengan laki-laki berambut gondrong itu.

"Kenapa kamu ingin jadi model?" tanya Arya.

"Duitnya buat kuliah." jawab Kirana polos.

"Ohhh," ucap Arya lalu merangkul Kirana.

Arya pun memulai menanyakan hal sensitif ke Kirana. "Emmm... Sorry kamu masih perawan?"

"Hmmm... Maaf mas apa hubungannya ya?" tanya Kirana.

Sedangkan Elena pun khawatir dengan Kirana, lalu laki-laki berkupluk itu berbicara ke dia. "Lo kenapa sih santai aja kali!"

Kembali ke Kirana, dia ditatap oleh Arya dengan intimidatif. "Soalnya saya hanya menerima model yang masih perawan," ucapnya menatap Kirana.

Kirana pun berusaha menghindar dari Arya, namun laki-laki berambut gondrong itu malah mendekati wajahnya ke Kirana, dia ketakutan setengah mati sampai menangis, akhirnya dia bisa lolos juga lewat membuka pintu samping mobil.

Ia pun lari masuk ke dalam diskotek lagi. tapi Arya membiarkan dia lolos begitu saja.

Di dalam diskotek Kirana pun marah-marah ke Elena.

"Gue tuh nggak mau jadi lonte, tapi mau jadi model!" teriaknya.

Elena pun membalas Kirana dengan memojokkan ke tembok sambil menatapnya tajam.

"Denger ya! gue mau bantu lo. Gue kasihan lihat hidup lo! Ngerti nggak sih lo!" ucap Elena kesal.

"Kalo lo kasihan bukan kaya gini caranya!" balas Kirana langsung meninggi nadanya.

"Cuma cara ini doang yang gue tau!" ucap Elena.

"Emang gue... salah tempat!" ucap Kirana yang semakin emosi dengan Elena yang ingin menjualnya.

Elena pun membalas Kirana. "Lo nggak fair! Lo nggak fair sama gue!" teriaknya.

Kirana pun pergi meninggalkan Elena yang sangat kesal.

Elena pun emosi seraya memukul tembok sampai-sampai rokok yang ia pegang patah.

Wajah Elena terlihat sangat kesal karena Kirana.

Elena pun menuju tempat lain untuk menenangkan dirinya sambil menyalakan rokoknya kembali.

Lalu si pria berkupluk menghampiri Elena, dan bertanya kepada dia yang sedang kesal.

"Kenapa lo?" tanya pria berkupluk itu.

"Bete," jawab Elena singkat karena nggak mau bicara banyak ke pria berkupluk itu.

Lalu pria berkupluk itu iseng mengambil batangan rokok yang baru dihisap Elena dengan satu hisapan.

Dan pria itu menghisap rokok yang bekas mulut Elena.

Pria berkupluk itu memeluk pinggang Elena.

Namun Elena melawan dengan memukul bahu laki-laki berkupluk itu seraya berkata. "Apaan sih anjing!"

Pria berkupluk itu berusaha untuk mengejar Elena.

Dan Elena pun terpojok dengan badan kedepan terhalang kotak-kotak berisi botol minuman beralkohol.

Elena berusaha melawan namun gagal, rok mininya dipelorotin oleh pria berkupluk itu.

Pria berkupluk itu membuka celananya lalu memasukkan alat kelaminnya ke lubang kelamin Elena namun dengan sekejap saja.

Elena pun menangis sesenggukan karena pria itu sudah menodainya. Lalu Ia menaikkan rok mininya kembali.

Setelah ia keluar dari diskotek. Elena berjalan menuju ke minimarket untuk membeli sebuah vodka, Di luar minimarket dia merokok sambil menikmati vodka.

Beberapa saat kemudian Elena pulang ke apartemennya dengan keadaan masih sedih dan marah.

Saat ia keluar dari lift dan menuju kamarnya tiba-tiba ia melihat seseorang perempuan paruh baya berdiri di depan pintu kamar apartemennya.

Perempuan paruh baya itu menghampiri Elena. "Puas kamu Elena!"

"Puas Ma!" jawab Elena.

"Sekarang aku lebih bebas dan nggak dengerin omelan mama, soal ngajarin hidup yang lebih baik itu seperti apa. aku kan selalu salah dimata salah ini salah itu semuanya salah." ucap Elena seraya menatap mamanya.

Mama Elena pun menasihati Elena dengan nada tinggi." Itukan lebih baik daripada kamu jual diri," ucapnya.

Elena pun membalas ucapan sang mama dengan sinis. "Mending jual diri daripada tertekan terus!"

Mama Elena pun menatap anaknya seraya berkata. "Emang dari lahir kita tidak pernah nyambung!"

Elena pun membalas ucapan mamanya lagi. "Malah aku sering bermimpi nggak lahir sama sekali."

Mama Elena pun memegang bahu anaknya dan mengajaknya. "Ayo pulang nak, papamu sudah kangen,"

Elena berucap kepada sang mama. "Aku capek! Aku nggak mau disalahin terus!"

Mama Elena menangis di hadapan anaknya. "Ingat adikmu, mama terlalu memanjakan dia, sampai-sampai buat dia beli narkoba mama kasih uangnya, mama nggak mau terjadi lagi sama kamu nak." ucapnya mengkhawatirkan Elena.

"Elena bukan Chelsea mah!" ucap Elena.

Mama Elena pun masih memaksa Elena untuk pulang. "Ayo pulang nak," ajaknya lagi.

"Elena belum siap, mending mama aja yang pulang." Elena menolak ajakan pulang dari sang mama.

Mama Elena pun menghela nafas panjang gara-gara melihat anak sulungnya itu masih keras kepala, dan ia mengeluarkan sesuatu dari tasnya dan memberikan ke Elena.

"Kamu jangan jual diri lagi ya." peringat sang mama kepada Elena.

Elena pun menghela nafasnya, dan menangis sejenak seraya melihat pemberian dari sang mama yakni sebuah uang satu gepok.

*To Be Continued*

Akibat Pergaulan Bebas : Jakarta Story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang