PART 15 : Starting to show face

158 51 16
                                    

BRAKK.......

Daffa tiba-tiba menggebrak meja kantin hingga mengeluarkan bunyi yang sangat keras. Mereka menatap Daffa bingung. Dia kembali duduk lalu mengusap telinganya dengan pelan, dia sangat muak mendengar mulut mereka yang terus memuja ketampanannya dan juga Aldino.

"Kenapa Daf?" tanya Satrio bingung.

Aldino terkekeh geli melihat sahabatnya menahan kesal karenanya. Entahlah hari ini rasanya sangat beda dari hari yang kemarin, karena kedatangan Luna, gadisnya ini sekarang sudah mulai berubah dan banyak tersenyum lagi bukan seperti dulu yang hanya tersenyum palsu dan Aldino rasanya sangat senang melihatnya.

"Iri dia sama kita, makanya Daf cepat pepet Aura sebelum diambil orang," ujar Inka membuat Luna diam dan menatap Inka bingung, Aura?

"Jangankan mau di pepet Ka, di deketin aja Aura udah kek batu bernapas, minim ekspresi, gak suka basa-basi, kasar, bahkan kalau ngomong suka ngebuat orang kena mental." kata Satrio santai, namun apa yang di bilangnya barusan memang betul adanya.

"Emang ada yang mau sama cewek kek gitu? Cantik sih iya tapi kalau mau deketin, gue sebagai cowok ganteng paling manis ini lebih baik mengejar cewek cantik dan imut di samping gue ini." Di akhiri gombalannya Luna tertawa pelan lalu memukul bahu Satrio dengan sekuat tenaga namun Satrio tidak merasakan sakit.

"Kamu kuat banget sih ngegombal....."

"Gapapa dong, yang penting ngegombal nya sama kamu." ucap Satrio dengan suara imutnya membuat Daffa, Aldino dan Inka rasanya ingin muntah.

Adel dan Zanita tiba-tiba ikut bergabung bersama mereka. Luna sedari tadi hanya diam dengan pandangannya yang terus menunduk.

"Kenapa Na?" tanya Inka melihat perubahan Luna menjadi cemas.

"Nggak kok, aku udah selesai makannya.....mmm aku mau ke kelas dulu--'"

"Loh kenapa? Belum bel masuk juga kan, udah duduk aja dulu, Na, sekalian nunggu bel masuk bunyi." ucap Satrio mencegah Luna yang akan berdiri dari tempat duduknya.

"Tapi Tio aku mau nyalin catatan dulu,"

"Iya, Na, nggak usah ke kelas dulu," Inka memegang tangan Luna yang tampak dingin padahal tadi tidak sedingin ini.

"Kenapa Lun, lo keganggu sama kedatangan kita?" tanya Zanita hati-hati.

"Kalau lo nggak nyaman, kita berdua bakal pergi kok--"

"Ah nggak kok, sama sekali nggak, aku cuman pengen ke kelas aja."

"Gapapa Luna kita nggak bakal lukain lo kok." kata Adel tersenyum. Luna semakin merasakan dingin di tubuhnya. Adel yang melihat Luna ketakutan karenanya langsung memudarkan senyumnya.

"Gue gak gigit orang kok, sumpah."

"Ayo gue antar lo ke kelas." ajak Daffa memegang tangan Luna lalu merekapun keluar dari area kantin yang semakin ramai kini keduanya menjadi bahan pembicaraan para murid-murid melihat kedatangan mereka kembali setelah satu tahun lebih ini tidak bersama-sama.

Daffa mengantarkan Luna sampai di depan pintu kelas Luna. Daffa rasanya sangat asing kembali dekat dengan Luna yang dulunya sangat dekat dengannya. Mereka seperti baru saja berkenalan beberapa menit lalu, rasanya sangat asing dan canggung.

"Makasih Daffa udah anterin aku sampai depan kelas," ucapannya tersenyum, namun senyumannya luntur beberapa detik ketika melihat Daffa hanya mengangguk tanpa tersenyum atau menjawabnya.

"Aku mau ngomong sesuatu sama kamu," ucap Luna membuat Daffa yang berniat untuk ke kelasnya dia urungkan.

"Apa?"

"Kamu nggak mau nanya aku, kenapa aku bisa menghilang selama setahun lebih ini?" tanya Luna gugup.

"Tergantung dari lo, kalau lo udah mau cerita gue bakal dengerin,  kenapa bisa lo hilang kabar." kata Daffa, sebenarnya dia sedikit kecewa pada Luna karena gadis itu bilang dia tidak mau lagi berteman dengannya dan memblokir nomornya tanpa sebab.

Daffa bingung dan tiap hari Daffa selalu datang di kelas Luna untuk melihat apa gadis itu datang sekolah atau tidak. Daffa tidak pernah absen sekalipun untuk datang ke kelas Luna, tapi gadis itu tidak pernah lagi muncul di area sekolah membuatnya semakin kecewa dan marah apalagi dia tidak tahu alamat rumah Luna.

"Makasih Daffa, kamu selalu ngertiin aku,"

"Iya,"

"Aku mau nanya lagi," ucap Luna mencekal tangan Daffa sebelum Daffa pergi.

"Apalagi?"

"K-kamu lagi deket sama perempuan?"

"Nggak ada, kenapa emang?" tanya balik Daffa.

"Terus yang di bilang Inka tadi--"

"Oh, dia Aura teman sekelas gue." jawabnya membuat Luna mengerti namun belum puas dengan jawaban Daffa. Sepertinya dia Aura.

"Apa kalian dekat?"

"Lumayan sih, tapi dia orangnya kasar jadi gak terlalu dekat." jawab Daffa.

Luna mengangguk singkat dan mulai merasa tenang sekarang. Setidaknya Daffa tidak terlalu dekat dengan kakaknya. Dan juga Luna baru tau dari ayahnya jika Aura pindah ke sekolahnya.

Girls Without Telling Stories Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang