7. | I'm promise, it's last

629 52 15
                                    

Escapism

●○●○

Jungkook dibangunkan cahaya mentari yang dengan tak tahu malu mengintip dari celah tirai kamar. Matanya mengerjap, kemudian separuh terbuka. Mengintip ke bawah selimut, tubuhnya sudah bersih. Juga celana yang sudah membalut kaki seperti semalam.

Mendapati itu, ia tersenyum. Taehyung benar-benar menyayanginya. Tiap kali mereka bersetubuh, Jungkook selalu menemukan dirinya yang telah dibersihkan ketika membuka mata. Pemuda itu tak pernah meninggalkannya begitu saja. Bertindak seperti dominan yang penuh tanggung jawab. Bahkan kadang bersedia mengurusnya seharian diatas ranjang, jika Jungkook merasa sulit berjalan.

Menghela nafas, ia sadar bahwa hari telah berganti.

Jungkook harus pulang.

Dengan enggan, bangkit dari ranjang. Berjalan keluar kamar. Dan seketika, hidungnya dimanja wangi yang lezat. Maka ia memutuskan untuk melangkah kedapur. Atensi Jungkook dicuri oleh figur seorang pemuda didepan kompor.

"Oh?" Taehyung sedikit terlonjak, kala tanpa peringatan Jungkook mendekapnya dari belakang. "Selamat pagi."

Jungkook mengguman sebagai jawaban. Mencoba mengintip penggorengan dari balik punggung lelaki itu. "Masak apa?" Serak. Barusan kata-kata pertamanya hari ini.

"Omelette." Taehyung menjawab singkat. Mematikan kompor, lalu berjalan menuju meja makan. Jungkook mengikuti masih dengan memeluknya.

Taehyung menuangkan air putih ke gelas. Lalu berbalik, hingga matanya bersitatap dengan Jungkook. Tersenyum, menyodorkan gelas kemudian. "Minum dulu."

Jungkook menurut. Meneguk cairan bening tersebut hingga tandas. Selepasnya  meletakkannya kembali ke meja. Detik berikutnya, Jungkook terpaku saat Taehyung menyatukan kening mereka secara tiba-tiba.

"Demammu sudah turun."

"Uh," Jungkook mengerjap. Lalu mengalihkan pandangan. Wajahnya sedikit bersemu. "I-iya."

"Umm, tapi aku tak yakin."

"Huh?"

"Maksudku—" Taehyung menatapnya main-main. "Aku masih melihat kelinci manis, yang semalam merengek karena pusing."

Mata Jungkook melebar, rona diwajahnya menjalar hingga telinga. Tangannya memukul pundak Taehyung kesal. "D-diam bodoh! Semalam bukan aku!" Sangkalnya dipenuhi rasa malu.

Tawa Taehyung pecah. "Benarkah? Lalu siapa?"

"Tidak tahu!" Jungkook membuang wajah. Merasa dipermainkan, namun jantungnya berdebar. "Bukan aku pokoknya."

Taehyung mencolek dagunya. "Siapa hm? Si manis dengan wajahnya yang merah padam. Menangis hingga aku hilang kendali. Demi Tuhan Jungkook, kau sungguh membuatku gila dengan isakanmu semal—"

"KUBILANG DIAM HYUNG!"

Yang lebih muda menerjang Taehyung dengan pukulan bertubi-tubi. Lelaki itu sendiri hanya tertawa sembari berusaha menghindar. Itu sakit sumpah, pukulannya tak main-main.

"Ahaha—okay, okay Kook." Mencekal pergelangan tangan Jungkook, lalu menuntunnya menuju kursi. "Ayo, sarapan."

Keduanya duduk berhadapan. Di meja telah tersedia dua piring nasi goreng dengan omelette diatasnya. Taehyung memimpin doa sebentar, lalu mereka mulai makan. Jungkook mengunyah nasi gorengnya, nikmat sekali. Melebihi buatan koki bintang 5 yang bekerja dirumahnya. Karena dia bersama Taehyung. Kebersamaan ini nyata, begitu manis, dan membuatnya senang.

Escapism | tk ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang