|| 03 || Pulang

7.7K 1K 44
                                    

Alur cerita telah dirombak.

✎﹏﹏﹏

"Kenapa Sage tuh, ganteng banget?" Pertanyaan yang terlontar polos itu membuat para sahabatnya terkekeh. Sedangkan empunya nama yang dipuji tersenyum tipis.

"Takdir," jawab Sage. Pemuda itu menyisir poni panjang Koa dengan tangan besarnya.

Bibir Koa mencebik. "Berarti, gue jadi paling pendek juga itu takdir?"

Sage mengangguk dan berdehem, "Mh-hn."

Koa mendelik sebal. "Gapapa, Gue juga ganteng," imbuhnya dengan kepercayaan diri dan dagu terangkat tinggi. Sage, Louis, Kian, Bara, Silas dan Petra terkekeh mendengarnya.

Petra yang duduk di samping kiri Koa mengangguk-anggukkan kepalanya dan meraih sebelah tangan sahabatnya itu, meletakkannya di atas tangannya sendiri untuk membandingkan besar jemari mereka.

Petra tertawa geli. "Kecil banget," komentarnya setelah melihat perbedaan ukuran jemari mereka yang tumpang tindih.

Koa mengerjap. Telapak tangan Petra terasa kasar dan jemari itu benar-benar panjang dan besar dibandingkan dengan miliknya. Koa mengepalkan tangannya, kemudian menekan-nekan pelan telapak tangan Petra, membuat pemuda itu kembali tertawa.

"Habis ini lo mau langsung balik ke kelas?" tanya Bara setelah menelan makanannya.

Koa mengangguk. "Ada pelajaran ekonomi, gue mau lengkapin tugas yang belum."

Bara mengangguk mengerti. Tahu betul jika sahabatnya yang satu itu sangat rajin dan disiplin dengan tugas-tugasnya. Mereka pernah menculik paksa Koa dan membawa anak itu ke rooftop sekolah untuk membolos di sana. Alhasil Koa mengamuk dan mogok bicara seharian.

"Habiskan makananmu, setelah itu baru kembali ke kelas," ucap Sage seraya menunjuk piring makanan Koa dengan dagu. Sahabat pendeknya itu belum menghabiskan makanannya karena teralihkan oleh camilan manis.

Koa menurut, segera menghabiskan seporsi nasi goreng miliknya yang tersisa sedikit. Sedangkan para sahabatnya sudah selesai makan sejak tadi dan mengobrol ringan.

Beberapa menit berlalu, Koa segera berdiri setelah menghabiskan makanan dan minumannya. Ia meregangkan badannya yang terasa pegal.

"Ya udah, gue balik ke kelas dulu," pamit Koa. "Oh! Jangan bolos loh, ya!" tambahnya sebelum akhirnya berlari kecil meninggalkan area kantin.

"Aha, bocah kecil udah mengancam, kita harus nurut biar nggak kena omel," kata Louis dengan nada jenaka, membuat para sahabatnya terkekeh dan menggelengkan kepala.

"Dia akan marah jika mendengarmu menyebutnya bocah kecil, Lou," timpal Silas di sampingnya. Pemuda berkacamata itu bertopang dagu dan memainkan sedotan minumannya dengan acak.

Louis tersenyum menyebalkan. "Nggak masalah, dia lucu kalo marah."

"Mirip harimau kecil...."

"Itu berlebihan."

"Itu fakta."

— — —

"Kyrie, Aries, gimana sama olimpiade-nya?" tanya Koa pada kedua sahabatnya yang berjalan di sampingnya itu.

Kyrie, pemuda dengan kacamata monocle itu menoleh. "Lancar. Olimpiade-nya hari sabtu, minggu depan," jawabnya seraya melepas kancing seragamnya, menampakan kaos hitam polos.

"Ada acara di hari terakhir, lo bakal dateng?" tanya Aries, pemuda berambut panjang yang diikat ponytail.

Koa menggaruk hidungnya, tampak kebingungan. Masalahnya, Koa harus bekerja paruh waktu. Apa ia izin saja dulu, ya?

GORGONIZE; Koa OsirisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang