PART 2

8 2 0
                                    

Masih di sekolah yang sama, tepatnya di ruangan OSIS terdapat banyak siswa – siswi yang sedang menggelar rapat mingguan yang membahas agenda OSIS yang akan dilaksanakan dalam satu minggu ke depan.

"Karena hari ini ga ada upacara, gue mau kita mulai ngebahas soal kegiatan study tour sekolah. Gue udah diskusiin ini sama pembina, katanya study tour boleh dilaksanain setelah UTS," ucap Rafa Adelio Atariz, selaku ketua OSIS SMA Putra Bangsa.

Semua yang menghadiri rapat tidak ada yang menyahut perkataan Rafa. Mereka setia mendengarkan Rafa hingga selesai.

Rafa menghembuskan nafasnya pelan, "Karena ini sifatnya wajib, jadi udah pasti yang ikut berapa orang. Sebelum gue bagiin jobdesknya, ada yang mau ditanyain dulu?"

Nova mengangkat tangannya, "Lo tau sendiri kan Raf kalo ngga semua siswa disini berkecukupan. Kalo mereka ga sanggup bayar gimana?" tanya Novi setelah dipersilahkan.

"Oke mungkin gue sekalian bagiin jobdesknya aja biar jelas. Pertama kita bakal bagiin form yang berisi tujuan study tournya. Itu bakal dihandle sama divisi PR. Mungkin formnya mulai disebar mulai minggu depan. Gimana divisi Public Relation, apa sanggup?" Tanya Rafa kepada sekelompok divisi PR.

"Sanggupp," jawab mereka serempak.

Rafa beralih ke kelompok humas. "Kalo udah ada hasilnya, giliran tugas humas. Kalian cari beberapa agen travel yang sesuai, usahain budgetnya yang normal. Nanti kalian bandingin sama agen travel study tour tahun kemaren, enaknya yang mana,"

"Okesiap," jawab divisi humas.

"Sementara itu aja dulu, 3 minggu lagi kita bahas ini. Kita kerjanya bertahap, jadi ga semua divisi barengan. Kalo ada yang kesusahan boleh ngomong ke gue atau ke yang lain,"

"Untuk agenda minggu ini, kita bakal adain bersih – bersih sekolah hari Jumat di jam pertama. Pembagian koordinasi kelas masih sama kaya sebelumnya. Sampe sini ada yang mau ditanyain?" sambung Rafa.

"Aman – aman," sahut Rifki.

Alva yang berada di dekat Rifki menoyor kepalanya.

"Anjing, sakit bego," sungut Rifki pada Alva.

"Ya lagian jawab ga nyambung. Aman – aman dikata lagi ngerampok," ucap Alva.

Rifki hanya mencebikkan bibirnya. Rafa yang melihat perdebatan itu hanya geleng – geleng kepala.

"Kalo ga ada yang mau ditanyain, rapat ditutup dan kalian boleh kembali ke kelas masing – masing. Thanks yang udah nyempetin buat hadir disini," ucap Rafa.

"Yoi, kita balik dulu ya," ucap salah satu anggota.

Rafa mengangguk – anggukan kepalanya sebagai jawaban. Satu persatu anggota OSIS kembali ke kelas masing – masing. Kini tersisa Rafa dan Bima yang notabenenya sebagai sahabat Rafa sekaligus wakil OSIS Putra Bangsa.

"Langsung ke kelas?" tanya Bima pada Rafa.

"Lo balik ke kelas dulu aja, gue mau beli minum," ujar Rafa sambil menyimpan ponselnya di saku.

"Oke"

*****

Terlihat dari arah parkiran, tiga orang siswa memasuki koridor sekolah. Mereka adalah Egar, Nathan, dan Rafi. Berbeda dengan Bima yang merupakan teman Rafa sejak kecil, ketiga temannya itu merupakan teman dari kelas 10 SMA.

"Eh itu cewe siapa tuh? Perasaan gue ga pernah liat selama sekolah disini," ucap Rafi menepuk bahu kedua temannya.

"Murid baru kali," balas Egar.

"Bening euy, gue gebet ah," sahut Rafi.

Nathan menoyor kepala Rafi, "Liat yang bening dikit langsung gebet aja lo,"

"Tau noh. Dikira dia mau kali sama lo yang modelannya kaya kutil badak," sahut Egar tertawa.

"Yee belum tau aja pesona gue bisa memikat berbagai wanita," balas Rafi seraya membusungkan dadanya.

"Pantes banci perempatan suka ngejar kita, ternyata terpikat sama pesona Rafi, Than," ucap Egar kepada Nathan.

Tawa Egar seketika pecah. Memang dia itu receh, jadi hal lucu sekecil apapun pasti dia tertawa. Rafi yang ditertawakan mendengus sebal.

Nathan menggelengkan kepalanya, sudah biasa melihat keabsurdan temannya ini. "Mending kita samperin dia aja, kayaknya dia lagi bingung,"

"Cuss lah,"

***

Di depan tangga, Aletta bingung. Pasalnya tidak jauh dari tangga tersebut ada tangga lagi menuju lantai dua. Sebenarnya bisa saja Aletta coba – coba, namun dia terlalu malas jika tersesat di SMA yang luas ini.

"Ini tadi Miss Tanti bilang tangga yang mana ya? Ah elah segala kelupaan lagi, mana gaada orang buat ditanyain," gerutu Aletta.

Aletta celingukan berharap ada denah sekolah atau seseorang untuk ditanyain. Sampai ada tangan yang menepuk bahunya dari belakang.

"Lagi nyari apa?" tanya Nathan pada Aletta.

Sontak Aletta tersenyum senang karena merasa kebingungannya akan berakhir.

"Masyaallah manisnya," celetuk Rafi melihat senyum Aletta.

"Diem bego," sahut Egar pada Rafi.

Aletta terkekeh, "Makasih pujiannya. Gue lagi mau ke kelas 11 IPS 3, tapi gue gatau tangganya yang mana,"

"Anak baru?" tanya Nathan lagi.

Aletta mengangguk – anggukkan kepalanya pertanda mengiyakan pertanyaan Nathan.

"Mau aa anterin ga neng?" tanya Rafi centil.

"Bentar lagi kuis bego, ntar ketinggalan ga dapet nilai mampus lo," ujar Egar.

"Lo sirik banget ya sama gue? Daritadi perasaan nyaut mulu," ucap Rafi tidak suka.

Egar bergidik ngeri, "Ogah banget gue sirik sama lo,"

"Bisa diem ga lu pada? Ngoceh mulu perasaan," sahut Nathan.

Nathan beralih pada Aletta yang tengah menatap kedua temannya, "Tangga ke 11 IPS 3 bener yang ini. Kalo yang itu buat ke kelas IPA. Btw gue Nathan, lo siapa?"

"Si anjir nyuruh kita diem eh malah ngajak kenalan," sahut Rafi tidak terima.

"Tau," ucap Egar yang ikut kesal.

Nathan tertawa dengan tangan yang masih diulurkan untuk berkenalan dengan Aletta. Aletta memegang tangan Nathan seperti bersalaman, "Gue Aletta, pindahan dari Surabaya,"

Rafi menggatikan tangan Nathan, "Gue Rafi, murid paling tampan di SMA ini,"

"Kalo gue Egar," sahut Egar tanpa bersalaman dengan Aletta.

"Kalian di kelas apa?" tanya Aletta pada ketiganya.

"Kita 11 IPA 5," balas Nathan.

"Eh anjirr, udah jamnya kuis. Ayo cabut bro," ucap Egar heboh.

"Kalo gitu kita duluan ya Let, bye bye calon pacar," ucap Rafi sambil memberikan kiss bye pada Aletta.

Aletta tertawa, "Thank you ya"

LURUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang