PART 3

8 2 0
                                    

Aletta memasuki ruang kelasnya, 11 IPS 3. Keadaan kelas sudah ramai karena sebentar lagi bel berbunyi.

Aletta bingung karena ia tidak tau mau duduk dimana sementara banyak murid lain yang sedang bermain – main. Namun ada satu murid yang melambaikan tangan dan tersenyum padanya. Lantas Aletta mendekati murid tersebut.

"Hai, murid baru ya?" tanya murid tersebut.

Aletta menganggukkan kepalanya.

Murid tersebut menyodorkan tangannya untuk bersalaman dengan Aletta, "Gue Shabina, nama lo?"

Aletta menyambut uluran tangan Shabina, "Aletta," ucap Aletta sambil tersenyum.

"Lo duduk aja dibelakang gue, meja belakang kosong. Tapi lo duduk sendiri gapapa?" tanya Shabina pada Aletta.

"Oke, gapapa kok," ucap Aletta.

Kringg..kringg

Bel sekolah berbunyi menandakan kelas akan segera dimulai. Semua murid lekas duduk di bangkunya masing – masing. Jarak beberapa menit, masuklah seorang guru bernama Sonya ke dalam kelas.

"Pagi anak – anak," ucap bu Sonya.

"Pagi bu Sonya," ucap anak – anak serempak.

Bu Sonya memastikan semua hadir di dalam kelas, "Sepertinya ada yang baru nih?"

"Apa tuh?" sontak pertanyaan keluar dari muridnya.

Bu Sonya terkekeh mengingat ini mirip seperti iklan oreo, "Itu yang dibelakang, silahkan maju ke depan,"

Aletta yang merasa dirinya dipanggil, langsung maju ke depan kelas.

"Silahkan perkenalkan diri kamu," ucap Bu Sonya pada Aletta.

Aletta mengangguk, "Perkenalkan saya Aletta, pindahan dari Surabaya,"

"Nama lengkapnya siapa nih?" tanya Dion.

"Aletta Putri Wijaya," jawab Aletta.

"Loh bukannya itu kurang lengkap ya?" tanya Dion lagi.

Aletta mengkerutkan dahinya. Walaupun tidak ada kerutan, namun seperti itulah kira – kira bayangan dia sekarang.

"Aletta Putri Wijaya Pratama kan?" sambung Dion.

"Itu mah nama kamu Dion," sahut Bu Sonya.

"Cie Bu Sonya tau aja," seluruh murid tertawa.

"Sudah – sudah. Aletta, perkenalkan saya Sonya. Kamu bisa panggil saya Sonya dan saya pengampu mata pelajaran ekonomi. Silahkan kamu boleh duduk kembali," ucap bu sonya.

"Baik, terima kasih bu," ucap Aletta sebelum kembali ke tempat duduknya.

"Anak – anak buka buku paket halaman 112,"

***

"Mom, Aletta mana?" tanya Alan – kakak Aletta.

"Udah berangkat lah, jam berapa ini," jawab Alya.

"Emang gapapa Aletta pindah sekolah kesini?" tanya Alan hati – hati.

Alya menghela napasnya pelan, "Mommy udah mastiin ini berkali – kali sama Aletta sebelum mutusin buat pindah kesini. Kata adik kamu ngga mau di Surabaya sendiri, lagian kamu daftar kuliah jauh banget,"

"Ya elah mom, mana tau aku lolos disini. Lagian daddy juga mau ngurus perusahaan yang disini kan?" ucap Alan tak terima.

Alya terkekeh, "Iya, mommy cuma bercanda doang bang. Jangan baper dong kaya anak ABG aja,"

"YA EMANG MASIH ABG MOMMY,"

Alya mendelik tak suka kepada Alan, "Nadanya Alan Putra Wijaya,"

"Hehe, maaf mom kelepasan,"

***

Bel istirahat pertama sudah berbunyi dua menit yang lalu. Aletta dan Shabina sedang sibuk mengemasi alat tulisnya sebelum mereka pergi ke kantin.

"Ntar gue kenalin sama temen gue yak?" tanya Shabina pada Aletta setelah keluar dari ruang kelas.

"Oke," jawab Aletta singkat.

Sesampainya di pintu kantin, Shabina melihat segala penjuru kantin untuk mencari keberadaan temannya. Matanya berbinar kala menemukan temannya yang terlihat sedang adu mulut. Shabina lalu menarik tangan Aletta.

"Sana pesen makanan, kan giliran lo,"

"Tapikan gue yang nemu nih meja, jadi tugas lo pesen makanan dong,"

"Gabisa gitu lah,"

"Weh diem kalian. Berantem mulu kerjaannya," sahut Shabina begitu sampai di meja temannya itu.

"Duduk, Al," sambung Shabina.

Kedua teman Shabina menghentikan perdebatan kecilnya lalu menoleh ke arah Aletta.

"Siapa, Shab?" tanya salah satu teman Shabina.

"Oh, kenalin dia Aletta. Pindahan dari Surabaya trus sekelas sama gue,"

"Kenalin gue Freysha Naomi, panggil aja Naomi," ucap Naomi ketika berjabat tangan dengan Aletta.

"Aletta," sahut Aletta.

"Hai, gue Maysha Deniska Alfani. Biasanya sih dipanggil Maysha," ucap teman Shabina satu lagi.

"Aletta,"

"Tadi kalian ribut apaan?" tanya Shabina saat teringat dengan pertengkaran sahabatnya tadi.

"Ini nih si Maysha ngga mau pesen, kan gue udah nyari meja," Naomi kembali bersungut – sungut saat teringat pertengkaran kecil tersebut.

"Kan kemaren gue udah, sekarang giliran lo yang mesen dong," ucap Maysha tak terima.

Aletta hanya diam menyimak pertengkaran teman barunya itu. Ia masih canggung untuk langsung mengobrol dengan mereka.

"Udah – udah, biar gue aja yang pesen," ucap Shabina menengahi.

Naomi dan Maysha tersenyum senang, "Gitu kek daritadi,"

Shabina mencebir, "Mau pesen apa buruan?"

"Selow dong. Gue pesen mie ayam sama jus jambu," ucap Naomi.

"Gue mie ayam sama jus mangga," ucap Maysha.

"Lo pesen apa Al?" tanya Maysha pada Aletta.

"Gue ikut aja deh, sekalian liat – liat isi kantin," jawab Aletta.

"Oke, yuk,"

Aletta dan Shabina melenggang menuju stand makanan. Saat sedang mengantri, tiba – tiba suasana jadi ramai. Banyak siswi yang berbisik – bisik pada teman dekatnya.

"Mereka ngapain Bin?" tanya Aletta pada Shabina.

"Oh itu. Liat aja arah pintu masuk," ujar Shabina.

Aletta melihat ke arah pintu masuk kantin. Ada beberapa laki – laki yang memasuki area kantin. Namun, Aletta tidak dapat melihat dengan jelas muka dari lelaki tersebut.

"Kok mereka masuk, kantin jadi tambah rame sih?" tanya Aletta penasaran.

"Mereka itu pentolan SMA sini. Mereka berlima, dan masuk tim inti basket semua trus dua diantara mereka jadi ketua dan wakil OSIS," jelas Shabina.

Aletta mengangguk – anggukkan kepalanya tanda mengerti, "Itu yang di depan siapa? Gue ga begitu jelas,"

"Ooh itu, namanya Rafa, si ketos kita," ucap Shabina.

Aletta terkejut, "Rafa?!"

LURUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang