PART 5

2 0 0
                                    

Sepulang sekolah, Rafa dan teman – temannya memutuskan untuk singgah di rumah Bima. Jangan tanyakan kenapa harus rumah Bima, ini karena Bagas yang ingin melihat tetangga Bima yang katanya sangat cantik itu. Ya yang namanya Bagas memang tidak jauh – jauh dari soal wanita.

Kini mereka sudah di kamar Bima. Kamar yang semula sangat tertata rapi, kini berantakan bak kapal pecah. Rafa dan Bima yang sedang membahas agenda study tour di sofa kamar, Egar dan Nathan yang sedang bermain ps, sementara Bagas duduk di balkon kamar Bima.

"Udah kali Gas, orangnya juga lagi diluar," celetuk Egar tanpa mengalihkan pandangannya dari PS.

"Darimana lo tau?" tanya Bagas sambil memincingkan matanya.

"Gue liat tadi dia keluar pake mobil," ucap Egar.

"Ke kiri Gar, gimana sih," ucap Nathan kesal saat Egar salah belok di game mereka.

"Hehe, sorry gue rada lupa jalannya," ucap Egar cengengesan.

"Kira – kira dia mau kemana ya, Bim?" tanya Bagas ketika merebahkan tubuhnya di kasur Bima.

Bima mengedikkan bahunya, lalu lanjut berdiskusi dengan Rafa.

"Sama pacarnya kali," celetuk Nathan.

"Sedih hati dedek bang Rafa," adu Bagas pada Rafa.

"Najis," balas Rafa singkat, padat, dan jelas.

Selang beberapa menit, pembantu di rumah Bima datang untuk memberitahukan makan siang bersama. Mereka berlima pun menyudahi kegiatan mereka lalu turun untuk bergabung menumpang makan siang dengan orang tua Bima. Sesekali Bagas membuat lelucon yang ditanggapi oleh Egar dan membuat suasana makan menjadi lebih ceria.

Rafa mengecek hpnya yang berbunyi menandakan ada pesan masuk, yang ternyata dari mamanya.

Mama

Kamu lagi dimana, nak?

Mama mau minta tolong ambilin kue yang udah mama pesen kalo kamu jalan pulang

Rumahnya di Jalan Sayang no 16

Udah mama bayar, tinggal ambil aja

"Gue balik duluan, mama nyuruh ambil pesenan," ucap Rafa pada temannya.

"Cepet amat, Raf" ucap Nathan.

Rafa menganggukkan kepalanya lalu berpamitan kepada orang tua Bima.

"Om, tan, Rafa duluan ya? Makasih makanannya," pamit Rafa sambil menyalimi tangan mereka.

"Iya hati – hati, Raf," ucap ayah Bima.

"Jangan lupa sering – sering kesini," ucap Bunda Bima.

Rafa tersenyum membalas orang tua Bima, lalu pergi meninggalkan area makan. Sebelum itu, Rafa memberikan petuah kepada Bagas.

"Piringnya jangan lupa dicuciin, lo makan banyak banget," ucap Rafa lalu pergi tanpa mendengarkan jawaban dari Bagas.

"Sialan tuh anak,"

***

Kini Rafa sudah sampai di alamat yang diberitahukan mamanya itu. Ia segera mengambil pesanan mamanya dan segera pulang. Rasanya badannya sangat lengket dengan seragam sekolah yang belum ia ganti.

Ketika hendak menaiki motornya, dari jarak yag cukup jauh, ia melihat seorang perempuan yang familiar menurutnya. Perempuan itu bersama dua anak kecil.

"Apa mungkin dia?" gumam Rafa.

Setelah memperhatikan perempuan itu cukup lama, akhirnya Rafa memberanikan diri untuk menghampiri perempuan tersebut. Semakin dekat jarak mereka, semakin Rafa yakin bahwa itu perempuan yang selama ini ia cari.

"Aletta!" panggil Rafa kepada perempuan itu yang ternyata adalah Aletta.

Deg

Rafa melangkah mendekat. Ia masih tidak menyangka akan bertemu dengan Aletta di tempat seperti ini. Dan sepertinya Aletta juga sama terkejutnya dengan Rafa.

"Apa kabar?" tanya Aletta setelah keheningan beberapa saat.

Rafa berdehem untuk menormalkan ekspresinya. "Baik, lo gimana?"

"Yah kaya yang lo liat, gue baik," jawab Aletta tersenyum canggung pada Rafa.

Tiba – tiba Rafa menyodorkan ponselnya kepada Aletta. "Minta nomor lo sama semua sosmed lo,"

"Buset, pelan – pelan kali bang," jawab Aletta sembari menerima uluran ponsel dari Rafa.

"Nih, udah gue kasih semua. Gue duluan ya?" pamit Aletta kepada Rafa.

Aletta berlalu begitu saja tanpa mendengarkan jawaban dari Rafa.

"Kata siapa lo boleh pulang dulu" ucap Rafa mencekal tangan Aletta.

Aletta hanya tersenyum kaku, "Gue udah disuruh abang gue balik,"

"Yaudah gue anterin," ucap Rafa.

"Gue bawa mobil, lo bawa motor. Gimana bisa lo nganterin gue?" tanya Aletta.

Rafa berdecak, ada aja alasannya. "Gue ambil pesenan mamah gue dulu. Lo tunggu disini, awas aja kabur,"

"Iya, bawel banget. Udah sono," ucap Aletta.

Setelah Rafa pergi mengambil pesanan mamahnya, Aletta menghembuskan nafasnya lega. Ia tidak mengira akan bertemu Rafa secepat ini dan dalam situasi seperti ini.

Sekitar 10 menit Aletta menunggu Rafa di dlam mobil, Rafa datang dengan membawa bingkisan milik mamahnya.

"Lama lo," ucap Aletta kepada Rafa.

"Salahin ibunya lah ngambilnya lama," balas Rafa tak mau kalah.

Aletta membalas dengan cibiran halus di mulutnya. "Yaudah ayo, gue pengen rebahan,"

Rafa memicingkan matanya, "Abang lo lagi dimana?"

"Masih di kampus, gatau dah kapan balik," jawab Aletta santai.

"Lo ga beneran disuruh abang lo buat balik kerumah kan?" tanya Rafa.

"Abang gue nyuruh balik, cuma itu disuruh mommy," Aletta sebisa mungkin menjawab dengan ekspresi santai.

"Karena lo udah boong sama gue, lo harus ikut gue," ucap Rafa.

"Eh – eh, siapa yang boong?" tanya Aletta tidak terima.

"Gue tau lo boong, gausah ngelak," jawab Rafa final.

"Pake keceplosan lagi," gumam Aletta.

Sore itu, menjadi kali pertama setelah bertahun – tahun Aletta dan Rafa tidak bermain bersama. Mereka memutuskan untuk membeli makanan street food dan memakannya di dalam mobil Aletta. Kalo kata Rafa, biar enak ngobrolnya.

LURUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang