"Hari itu adalah saat pertama kita bertemu dan aku mulai mencintaimu. Aku harus bagaimana? Apakah ini benar?"(Valencya Azzahra)
Valencya POV
"Valeeen,"suara teriakan dari Alya Adara.
"Bisa ngga si jangan teriak ga jelas, mumet dengarnya," jawabku.
"Ya sorry, hehehe." Beginilah hari-hariku dimulai, setiap pagi aku harus mendengarnya berteriak.
"Kamu tau ga, katanya di kelas kita bakal ada murid baru, dia pindahan dari Medan, " kata Adara.
"Lalu aku harus bagaimana? Apakah aku harus peduli?" jawabku dan berlalu pergi.
"Hadeh, Valeen tungguin gua," kata Adara dan mengejarku.
Sepanjang jalan aku mendengar para wanita membicarakannya, "orang seperti apa dia Sebenarnya? "batinku.
Sesampainya di kelas,
"Assalamu'alaikum semua, perkenalkan nama saya Aqlan Harith Ridauddin, bisa dipanggil Aqlan. Saya siswa pindahan dari Medan. Salam kenal semua," katanya memperkenalkan diri.
"Ah, jadi ini dia yang diagung-agungkan wanita sekolah ini," batinku.
"Baik semua, apakah ada pertanyaan anak-anak?" tanya guru.
"Aqlan, apa alasanmu pindah sekolah?" tanya salah satu orang.
"Saya pindah karena orang tua saya pindah tugas ke kota ini," jawabnya.
"Aqlan, Aqlan kamu keturunan India ya?" tanya seseorang lagi.
"Hehe iya. Kakek buyut saya adalah keturunan India asli," jawabnya sambil tersenyum.
"Wah, pantesan kamu ganteng."
"Pantesan wajahnya menawan."
"Aaa, dia ganteng sekali."
"Dia wanita yang seperti apa ya, pengen daftar," sahut perempuan-perempuan kelas.
"Apa yang orang-orang ini katakan, aneh sekali," batinku.
Ia tampak kurang nyaman dengan perkataan mereka, dan di saat aku melihatnya tiba-tiba mata kami bertemu dan sontak ia menundukkan kepala dan aku berusaha mengalihkan tatapanku.
"Arghh, aku sangat malu. Apa yang kulakukan, mata kami bertemu. Apa ya yang ia pikirkan tentangku, Tuhan bantu aku," batinku sambil mengutuk diri.
"Sudah, sudah, jangan seperti ini. Kalian membuatnya kurang nyaman, "kata Bu guru.
"Baik Aqlan, kamu duduk di kursi kosong di sana, di sebelah Valen," kata Bu Tuti.
"E-eh di dekat saya bu?" kagetku.
"Valen, kamu keberatan Aqlan duduk di dekatmu?" tanya guru.
"N-ngga kok bu, dia boleh duduk di sini bu,"jawabku.
"Oke, silakan duduk Aqlan. Semoga betah ya nak,"tutur guru.
"Baik bu, terima kasih bu," jawabnya.
•
•
Aqlan POV
Semilir angin berembus lembut dan mentari menampakkan cahaya menembus jendela kamarku. Tak terasa malam yang panjang sudah berlalu, ini adalah hari pertamaku di sekolah yang baru.
"Shobahul khoir1 Umiku yang jamilah²," sapaku untuk perempuan tercantik di rumah kami, ya beliau Umiku.
Lalu ia menjawab, "shobahannur³ cinta Umi."
KAMU SEDANG MEMBACA
[RWM] Uhibbuki, Habibati : Anggun Fityatul Usna
RomanceOleh : @anggunfityatul "Hal yang melewatiku sudah pasti bukan takdirku, tetapi hal yang menjadi takdirku takkan pernah melewatiku". Sebuah goresan terpatri dalam sebuah buku lengkap dengan foto sang pujaan hati. "Aqlan Harith Ridauddin" atau kerap d...