Bab 6 : Unsolved Puzzle

4 1 0
                                    

“Hem, gimana ya. Sebenarnya tadi waktu gua mau bicara tentang surat cinta itu, gua lagi di luar kelas. Jadi waktu gua mau bilang, tiba-tiba gua denger kabar dari anak-anak kalo Aqlan kecelakaan. Karena panik gua langsung cabut ke Rumah Sakit, tanpa mikir lu bakal khawatir. Awalnya gua mikir, kalo gua matiin ponsel, ga bakal ada yang gangguin gua nantinya. Dan gua sangka, lu ga bakal tau tentang ini. Tapi kenyataannya, lu malah tau dari orang lain. Gua jahat banget ya Len. Gua buat lu kecewa, padahal gua nganggap lu sebagai adik gua, gua ga pantas menjadi siapapun buat lu. Baik jadi sahabat maupun jadi kakak. Maaf Len , maafin gua. Lu boleh marah ke gua, lu boleh musuhin gua, gua pantas mendapatkan itu, hikss,” katanya tersedu-sedu.

  Di tempat yang berbeda, seseorang pria  bergamis panjang dan dilengkapi dengan patch perekat yang ditempelkan di dadanya guna mengukur detak jantung dan laju pernapasan. Juga pulse oksimeter yang menempel pada jarinya untuk mengukur berapa banyak oksigen yang ada dalam darahnya. Pria ini mengalami kecelakaan yang menyebabkan cedera pada beberapa bagian tubuh dan otaknya. Di tengah kondisinya yang kritis, ia masih sempat memikirkan sang kekasih. Ia tak ingin orang yang ia cintai merasa kesusahan dan sedih. Ia berusaha sekuat tenaga agar operasi ini bisa berhasil dan tidak membuat sangat pujaan hati khawatir lagi.

  Atas izin Allah, doa para sahabat dan juga kegigihannya akhirnya operasi dinyatakan berhasil. Sebelum dinyatakan koma, ia sempat memberi pesan pada dokter agar Adara tak memberitahu bahwa ialah pemilik tulisan tersebut pada sang pujaan hatinya.

Flashback, Adara POV

  Waktu silih berganti, tak terasa sudah tiga minggu sejak hari yang gua dan Valen sepakati. Gua berjanji akan menemukan siapa pemilik tulisan itu, akan tetapi  gua belum juga mengetahuinya. Jujur, gua sudah menyerah dengan segalanya, tapi ini janji gua dengan sahabat yang sudah seperti adik untuk gua. Gua ga boleh buat dia kecewa, sebagai sahabat dan kakak gua harus selalu mempertahankan senyuman indah itu.

  Tak disangka kejadian mengejutkan pun terjadi, disaat gua lagi bingung  Dewi Fortuna bak memihak gua. Bagaimana tidak, disaat gua memutuskan untuk tidak mencari tau lagi tapi jawaban itu malah langsung datang kehadapan gua.

Hari ini gua mau menemui Valen ke kelasnya, tapi diperjalanan kesana gua bertemu si ketua kelas sekaligus teman gua, “Freeya.” Seperti ada orang yang menabraknya, ini bisa dilihat dari buku-buku yang dibawanya jatuh dan berserakan di lantai. Dengan refleks gua membantunya memungut buku yang berserakan. Tapi, ada satu buku yang membuat gua  salah fokus, “tulisan ini seperti tak asing buat gua. Ah ya, surat. Tulisan ini sama persis dengan tulisan yang ada pada surat Valen 3 minggu lalu. Siapa pemilik buku ini?” Tak berpikir lama gua langsung melihat pemilik buku ini, “Aqlan? Pemiliknya Aqlan? Bagaimana bisa? Ah Valen gua harus bilang ini ke Valen,” monolog gua.

“Hei, Dar. Makasi loh udah bantuin gua beresin ni buku,” ucapan Freeya membuat gua sadar dalam lamunan.

“E-eh iya, sama-sama Frey. Kok bisa jadi kaya gini si? Bukunya sampe berserakan semua, apa ada yang gangguin lu?”

“Ah ga, seperti tadi ada yang ga sengaja nabrak gua. Tapi ga tau kenapa dia ga mau tanggung jawab. Agak kesel juga si gua, kalo sempat tau dia siapa. Habis tuh bocah, haha,” tuturnya sambil tertawa.

“Lu ni ya, Frey. Ada-ada aja. Ini buku mau diperiksa ya?” tanya gua hati-hati.

“Iya ni, guru nyuruh gua buat bagiin ini untuk diperiksa bareng teman kelas. Yaudah deh, gua pamit dulu ya , makasi juga udah bantuin gua. See you Adara,” pamitnya.

“Oke, sama-sama. Hati-hati di jalan ,jangan sampe jatuh lagi tuh buku. See you too Freeya,” ucap gua.

“Ah iya, Valen. Gua harus bilang berita besar ini ke dia, dia pasti udah penasaran banget.”

Bocil kesayangan, Valen

Len
Gua ada info penting nih
Gua tau siapa pengirim suratnya

Aqlan?

  Saat ingin membalas chat dari Valen, tiba-tiba gua mendengar kabar jika pujaannya mengalami kecelakaan tunggal. Tanpa berpikir panjang gua langsung memeriksanya, yang benar saja dia sudah dibawa ke rumah sakit oleh ambulans. Gua langsung ke rumah sakit untuk memastikan keadaannya, karena saat itu tak ada siapapun akhirnya gua menjadi walinya. Gua pun sengaja mematikan ponsel agar tak ada yang menganggu, gua takut Valen tahu jika orang yang dia cintai terbaring lemah di sini. Setelah menyelesaikan administrasi, akhirnya gua memutuskan untuk membuka ponsel. Alangkah terkejutnya banyak pesan dan panggilan yang tak terjawab dari Valen,” apa dia sudah tau segalanya.”

  Operasi Aqlan berjalan dengan lancar, tapi ada satu hal yang mengganjal di diri gua, dia meminta gua untuk tidak memberi tahu Valen bahwa ialah pemilik tulisan itu.

Tak lama setelahnya gua mendapatkan panggilan dari salah satu orang bahwa Valen pingsan di taman belakang dan dilarikan ke rumah sakit. Panik dan cemas itulah yang gua rasakan. Dengan cepat gua menelepon nyokapnya, untuk memberikan kabar bahwa anak kesayangannya dilarikan ke rumah sakit karena pingsan. “Ini pasti karna syok. Yang sabar ya, gua tau lu kuat.”

  Setelah merasa ragu beberapa saat akhirnya gua memutuskan untuk menemuinya di ruangannya. Setelah bercerita banyak, tiba-tiba dia bertanya tentang Aqlan, “Dar, gimana kabar Aqlan? Gua denger dia masuk rumah sakit ini juga, apa dia baik-baik aja? Bagaimana operasinya? Apa operasinya lancar?”

“Lu yang tenang ya, operasinya Aqlan berjalan lancar kok. Insyaallah dia bakal baik-baik aja, jangan khawatir ya,”jawab gua menenangkan.

“Gua mau ketemu dia sekarang. Sekarang dia di mana? Bantu gua, bawa gua ke hadapannya. Gua ingin memastikan dia baik-baik saja,”tuturnya memaksa.

“Oke, gua bakal bawa lu kesana. Lu jangan sedih, ok?” jawab gua.

[RWM] Uhibbuki, Habibati : Anggun Fityatul UsnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang