Pov Valencya
Semenjak hari itu aku semakin sering melihatnya, terkadang mata kami bertemu, terkadang aku juga tak sengaja menabraknya dan berbagai hal konyol lainnya. Perkataan Adara bagai sugesti bagiku, dia adalah laki-laki yang baik sekali, hanya saja aku takut jatuh cinta.
Hubungan kami semakin dekat, salah satunya karena belajar kelompok. Ya, aku dan dia sekelompok. Bu Tuti memberi kami tugas untuk membuat gambar siklus hidrologi dan faktor yang mempengaruhinya, juga parameter kualitas air. Aku, dia dan Freeya menjadi rekan sekelompok.
"Freya, Aqlan dan Valen dapat bagian siklus hidrologi panjang ya," kata Bu Tuti.
"Baik bu," jawab kami serempak.
"Aqlan, kamu buat bagian pegunungan dan penyerapan tanah," kataku.
" Aku bagian laut sama sekitarnya ya," kata Freeya.
"Kalo aku bagian awan dan yang lainnya juga keterangannya ya," kataku.
"Yok kita selesaikan," kata Aqlan.
"Ayook," jawab kami bersemangat.
"Anak-anak tenggat waktunya dua jam setelah isoma ya nak," kata Bu Tuti.
"Baik bu,"jawab kami serempak.
"Wah, sketsanya sudah kita selesaikan. Bagaimana untuk memperjelasnya kita menggambarnya bersamaan? Kalo langsung bertiga sepertinya ga bakalan muat, jadi hm Valen bareng Aqlan dulu, habis itu baru aku gimana? Kalian setuju tidak?" ujar Freeya memberikan pendapat.
"Hm, pendapatmu bagus. Tapi aku ngikut dia aja, takut dia kurang nyaman," jawabku.
"Ah iya boleh, aku nyaman kok," jawabnya.
"Oke, yuk laksanakan," kataku.
"ayoo, semangat," jawab mereka serempak.
Karena terlalu bersemangat, tak sadar tangan kami sedikit bersentuhan. Cepat-cepat kami menariknya dan membaca istigfar. "Lagi-lagi aku membuat kesalahan. Apa dia kurang nyaman atas hal ini? Tuhan bantu aku, aku takut ia marah," batinku.
Sedangkan di sisi lain ia masih tampak masih menundukkan kepala sambil berusaha untuk bersikap tenang. "Tak apa, maafkan perihal yang tadi ya, aku tak sengaja," katanya.
"Ah tidak, itu kesalahanku. Aku kurang teliti tadi. Maaf ya," jawabku merasa bersalah.
"Haha, Insya Allah gapapa. Kan kita ga sengaja," ujarnya guna mencairkan suasana.
"Oke, syukron," jawabku.
"Sama-sama," jawabnya.
Dan akhirnya kami menyelesaikan bagian kami. "Freeya, nih tinggal bagian kamu," ujarku.
"Siap bu bos," jawabnya.
"Bos bos, aku bukan bosmu ya," jawabku tergelak.
"Haha, kalian ini," ujar Aqlan.
Aqlan POV
Semenjak kejadian itu, terkadang mata kami bertemu, bak dejavu. Terkadang ketika saat sedang belajar atau saat jam istirahat. Aku merasa malu ketika ketahuan melihatnya. Aku tak tahu bagaimana tanggapannya tentang ini, semoga saja dia tidak keberatan. Aku takut bila dia tak nyaman dan akhirnya menjauh hingga kami merasa canggung. Sekarang saja kami begini, apalagi jika dia tahu bahwa aku sering melihatnya. Semoga saja suatu saat kami bisa berteman baik dan bisa menjadi dekat.
"Apa kamu tahu? Jika sejak saat itu aku mulai mencintaimu dan menjadikanmu sebagai salah satu orang yang selalu kusebut namanya dalam doaku," batinku sambil tersenyum.
Hubungan kami semakin dekat, salah satunya karena belajar kelompok. Ya, kami sekelompok, aku senang sekali. Bu Tuti memberi kami tugas untuk membuat gambar siklus hidrologi dan faktor yang mempengaruhinya, juga parameter kualitas air. Aku, dia juga Freya menjadi teman sekelompok.
"Freya, Aqlan dan Valen dapat bagian siklus hidrologi panjang ya," kata Bu Tuti.
"Baik bu," jawab kami serempak.
"Aqlan, kamu buat bagian pegunungan dan penyerapan tanah," katanya.
" Aku bagian laut sama sekitarnya ya," kata Freeya.
"Kalo aku bagian awan dan yang lainnya juga keterangannya ya," ujarnya lagi.
"Yok kita selesaikan," kata kataku.
"Ayook," jawab kami bersemangat.
"Anak-anak tenggat waktunya sampai sebelum isoma ya nak," kata Bu Tuti.
"Baik bu,"jawab kami serempak.
"Wah, sketsanya sudah kita selesaikan. Bagaimana untuk memperjelasnya kita menggambarnya bersamaan? Kalo langsung bertiga sepertinya ga bakalan muat, jadi hm Valen bareng Aqlan dulu, habis itu baru aku?" ujar Freeya memberikan pendapat.
"Hm, pendapatmu bagus. Tapi aku ngikut dia aja, takut dia kurang nyaman," jawabnya menyetujui.
"Ah iya boleh, aku nyaman kok," jawabku lembut.
"Oke, yuk laksanakan," katanya bersemangat.
"ayoo, semangat," jawab kami serempak.
Karena terlalu bersemangat, tak sadar tangan kami sedikit bersentuhan. Cepat-cepat kami menariknya dan membaca istigfar. "Ya Allah, kenapa begini lagi. Apakah dia baik-baik saja? Aku takut dia merasa kurang nyaman dan kami menjadi semakin canggung," batinku
"Tak apa, maafkan perihal yang tadi ya, aku tak sengaja," kataku agar dia tidak merasa canggung atau merasa bersalah.
"Ah tidak, itu kesalahanku. Aku kurang teliti tadi. Maaf ya," jawabnya.
"Haha, Insya Allah gapapa. Kan kita ga sengaja," ujarku guna mencairkan suasana.
"Oke, syukron," jawabnya.
"Sama-sama,"jawabku.
Dan akhirnya kami menyelesaikan bagian kami. "Freeya, nih tinggal bagian kamu," ujarnya.
"Siap bu bos," Freya.
"Bos bos, aku bukan bosmu ya," jawabnya tergelak.
"Haha, kalian ini," ujarku sambil menggelengkan kepala.
POV END
Dengan adanya tugas kelompok ini membuat hubungan mereka menjadi lebih baik. Buktinya mereka tak merasa canggung lagi ketika berdiskusi. Tidak seperti sebelumnya, mereka masih malu-malu kucing, hehe.
"Yuk kita mulai dari penggolongan air menurut PP No. 82 tahun 2001 pasal 8 tentang pengelolaan lingkungan hidup, klasifikasi dan kriteria mutu air. Hayo tebak dan jelaskan ya," Freeya.
"Ah aku, aku, aku mau jawab," kata Aqlan dan Valen berebut ingin menjawab.
"Aku duluan, Len," kata Aqlan
"Ngga bisa ya, aku duluan. Ngalah dong sama cewek," kata Valen tidak mau mengalah.
"Hei, kalian yang akur deh, gantian aja ngejawab pertanyaannya. Mulai dari kamu Valen," kata Freeya.
"Yey aku duluan. Aku jawab ya, penggolongan air itu dibagi jadi 4. Dimulai dari kelas 1,yang mana air ini diperuntukkan untuk bahan baku air minum. Lalu kelas 2, yang di mana airnya diperuntukkan untuk sarana/prasarana rekreasi air, peternakan, budidaya ikan air tawar dan pertanian, lalu..."jawab Valen, dan Freeya memotong pembicaraan, "kamu ini ya, kasih kesempatan buat Aqlan ngejawab juga. Lihat tuh dia, ga kasihan kamu?" kata Freeya.
"L-lah kok saya? Saya juga yang kena," jawab Aqlan.
"Hehehe, sorry. Sekarang giliran kamu yang jawab Lan," kata Freeya.
"Oke, izin ngelanjutin ya Len. Untuk kelas 3,air tersebut diperuntukkan untuk budidaya ikan air tawar, peternakan juga pertanian. Lalu terakhir untuk kelas 4,air ini cuma diperuntukkan buat mengairi pertanian aja," jawab Aqlan dengan teliti.
KAMU SEDANG MEMBACA
[RWM] Uhibbuki, Habibati : Anggun Fityatul Usna
RomanceOleh : @anggunfityatul "Hal yang melewatiku sudah pasti bukan takdirku, tetapi hal yang menjadi takdirku takkan pernah melewatiku". Sebuah goresan terpatri dalam sebuah buku lengkap dengan foto sang pujaan hati. "Aqlan Harith Ridauddin" atau kerap d...