Bab 5 : Teka-teki

2 1 0
                                    

Lalu tiba-tiba Adara memberi pesan untukku, “ apa ada sesuatu yang penting?” pikirku.

Tukang Toa,Adara

Len
Gua ada info penting ni
Gua tau siapa pengirim suratnya

Aqlan?

(Read)

Dar??
Any problem?
Jangan buat gua panik
  


Bak disambar petir di siang bolong, seluruh tubuh Valen menjadi lemas tak bertulang, posisi tubuh yang awalnya sekuat baja tiba-tiba menjadi lemah bak keju yang meleleh, ia terkulai lemah. Tanpa disadari kini air mata sudah membasahi pipi chubby-nya dan membuat orang-orang terkejut. “Apa yang terjadi dengannya? Apa yang membuatnya memperlihatkan sisi terlemahnya? Bagaimana seseorang yang dikenal dingin dan tak pernah memperlihatkan kesedihannya kini menjadi orang selemah ini? Jawaban dari pertanyaan ini hanyalah satu, yaitu dia merasa syok setelah mendengar sang pujaan hati dikabarkan mengalami kecelakaan tunggal. Ia masih belum percaya ini, bagaimana seseorang yang baru ditemuinya beberapa jam lalu dikabarkan kecelakaan dan terluka parah.

  Ia tak percaya ini, dia langsung mencari keberadaan kedua sahabatnya, Freeya dan Adara. Ya, hanya merekalah yang bisa ia percaya sekarang. Orang-orang di sekolah ini pasti sudah keliru atau hanya menyebarkan hoax belaka. Ia langsung bangkit dari posisinya dan langsung berlari, dan ini juga menimbulkan tanda tanya besar bagi orang-orang,”ingin kemana dia? Apa yang membuatnya begini? Apa dia begini karena mendengar berita kecelakaan Aqlan?”

  Ia mencari keberadaan mereka di tempat yang sering mereka kunjungi seperti kantin, lapangan bola basket, taman. Bahkan, kamar kecil sekalipun. Tapi nihil, dia tidak menemukan kedua sahabatnya itu. Ah, dia melupakan tempat persembunyian mereka. Ya, taman belakang. Biasanya mereka akan bercerita banyak hal di sini, karena tak banyak orang yang datang kesini. Jadi apa pun yang mereka katakan takkan ada yang mengetahuinya (kecuali Allah), yaitu taman belakang. Sebenarnya suasana di taman ini sangatlah indah, pohon-pohon disini juga lebih rindang dibandingkan pohon di taman depan dan jangan lupakan kursi yang disediakan untuk duduk.

  Ia memaksakan dirinya untuk berlari, padahal kakinya sudah tak sanggup untuk itu. Dengan perasaan kalut ia membuka ponselnya guna menghubungi Adara, tetapi tak satupun panggilannya yang diindahkan. Lalu ia memutuskan untuk beristirahat di bawah pohon besar nan rindang, ia ingin menenangkan pikirannya yang kalut saat ini. Tapi, siapa sangka ia malah terjebak dalam dunia mimpi, dia tertidur dikarenakan kelelahan. Mulai dari fisiknya yang tiba-tiba diajak melakukan hal refleks dan batin karena kegundahan dalam hatinya dan kini mendengar orang yang ia cintai mengalami kecelakaan tunggal.

  Di dalam mimpinya, ia mengenakan gamis putih lengkap dengan hijab putih. Di sana ia menemukan Aqlan dan dengan refleks dia memanggil dan berlari. Sosok itu menolehkan kepala kearahnya sambil tersenyum, lalu menghilang. “Aqlan, kamu ingin kemana? Jangan tinggalkan aku.”
 

[RWM] Uhibbuki, Habibati : Anggun Fityatul UsnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang