warning! cerita ini hanya fiksi semata. tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan RL tokoh-tokoh yang ada disini. penulis murni hanya meminjam nama untuk keperluan cerita. apabila ada kesamaan dalam cerita, kepenulisan, dll dengan yang lain, hal tersebut jelas tidak disengaja.
selamat membaca!
×
"Yakin ga perlu di anter?" Tawar Jaehyuk. Ya pagi pagi sekali Yedam ingin pulang mendadak. Tapi Jaehyuk tak ingin ambil pusing ataupun menanyakan alasannya apa.
Yedam sendiri menggeleng. "Gausah. Deket juga,"
"Deket juga 10 menit ada,"
"Iyasih... Tapi udah ga usah." Yedam kembali merapatkan jaket miliknya. "Titip salam buat bang June. Pulang dulu, Jae!"
"Hm. Hati-hati!"
"YAAA!"
Jaehyuk menatap sendu ke punggung Yedam yang semakin menjauhi rumahnya.
"Yedam udah balik?"
Jaehyuk mengangguk menjawab pertanyaan sang kakak yang terlihat barusaja selesai mandi.
"Ga lo anter?"
"Ga mau anaknya."
June hanya mengangguk paham. "Gimana? Lo jadi trima tawaran yang di Sidney?"
Jaehyuk menghela nafas. Dirinya masih bimbang untuk memutuskan apa yang akan ia lakukan menjelang lulus nanti. Lebih tepatnya sebelum lulus. Karena kakak satu-satunya ini selalu menyuruh Jaehyuk untuk mengambil pekerjaan sesuai jurusannya di luar tanah kelahirannya.
Bisa dibilang dirinya siap tidak siap karena tak rela meninggalkan Somi dan Yedam terutama. Ia tak ingin kembali beradaptasi di tempat asing.
"Gatau."
"Kesempatan ga dateng dua kali." Tegur June. "Pikirin masa depan juga. Lo udah gede. Kita juga udah ga punya siapa-siapa."
June pun berlalu menuju kamar miliknya dan Jaehyuk pun melakukan hal yang sama sambil memikirkan ucapan sang kakak. Tidak salah juga karena ia memang hidup hanya dengan sang kakak.
Yang jelas kedepannya pasti sang kakak akan menikah dan punya keluarga sendiri. Tak mungkin selamanya akan mengurus dan membiayai Jaehyuk yang sudah menginjak kepala dua.
Lagipula Jaehyuk cukup tau diri sebagai seorang laki-laki. Biaya kuliah yang ditanggung kakaknya membuatnya harus segera menuntaskan studinya supaya tak terlalu membebani June lagi. Walaupun memang tak sebanyak biaya teman-temannya yang membayar full.
Mungkin ia akan mulai mengurus berkas-berkasnya sambil mencoba untuk mengikhlaskan zona nyamannya di rumah yang tak berisikan lebih dari dua orang.
Sekaligus menyerah tentang perasaannya kepada Yedam.
"Hah... Move on jalur ga ketemu dah."
Jaehyuk pun mengambil ponselnya yang tergeletak diatas nakas sebelah kasurnya dan menekan tombol panggilan di kontak Somi.
Cukup lama si gadis blonde mengangkat panggilan Jaehyuk karena Somi bukan seorang tipe morning person apalagi hari ini adalah hari Sabtu. Hari dimana Somi menikmati masa istirahatnya dari kuliah maupun pekerjaan.
Ya, Somi beruntung mendapat libur di hari Sabtu karena ia adalah salah satu pekerja lama di cafe tempatnya bekerja.
"Halo, May?"
"Hng?"
"Free kan lo? Jam 9 gue jemput,"
"Ahhh ganggu aja lo!" Setelah itu suara grusak grusuk dari seberang telepon Jaehyuk pun terdengar. "Kemana sih?"
"Ntar lo tau. Siap siap sono,"
"Masih jam 7 bego! Yang bener aja lo?"
Jaehyuk memutar bola matanya malas. "Lo siap-siap sendiri aja 2 jam. Pas kan ntar tinggal berangkat,"
Somi pun berdecak kesal di seberang.
"OGAH! Gue maunya siap-siap jam 9 aja. Bye!"
Dan panggilan pun dimatikan sepihak oleh Somi.
"Anak anj— Sabar, Jae. Sabar."
×
Flirtationship
22.03.23