warning! cerita ini hanya fiksi semata. tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan RL tokoh-tokoh yang ada disini. penulis murni hanya meminjam nama untuk keperluan cerita. apabila ada kesamaan dalam cerita, kepenulisan, dll, maka hal tersebut dipastikan tidak disengaja.
selamat membaca!
×
Selesai dengan filmnya, Jaehyuk segera mengembalikan Yedam kerumah si manis dengan selamat sentosa bahagia dan jaya jaya jaya.
"Makasih ya, Jae. Mampir dulu?"
Jaehyuk segera menggeleng. Ia tau waktu dan harus melengkapi semua persiapan lainnya.
"Ngga. Makasih," Ucap Jaehyuk singkat membuat Yedam sedikit tidak menyangka.
"Eum, yaudah. Hati-hati dijalan!"
Tanpa membalas lagi, Jaehyuk langsung melesat pergi meninggalkan rumah Yedam. Membuat Yedam sedikit terheran-heran.
Namun Yedam tak ingin ambil pusing dan mulai berjalan memasuki rumahnya. Tangan yang tadinya menggantung pun ia masukkan kedalam saku jaketnya dan sedetik kemudian, Yedam tersadar. Gantungan kunci acrylic berbentuk susu pisang kemasan berwarna kuning dititipkan kepadanya yang lupa Jaehyuk ambil kembali.
Yedam pun mengangkat bahunya acuh dan sedetik kemudian pintu rumah si manis pun tertutup sempurna.
Kembali ke posisi Jaehyuk dimana ia langsung melempar kunci motornya dan melempar asal jaketnya. Menimbulkan pertanyaan di pikiran June yang saat itu kebetulan baru saja selesai dengan mandinya.
"Yang bener naroh jaketnya. Kenapa muka lo?"
"Gue berangkatnya maju, bang."
"Lah, tiba-tiba?"
Jaehyuk mengangguk, "Ada karyawan baru ngundurin diri jadi gue disuruh gantiin posisinya dulu sebelum akhir tahun,"
"Udah pasti jadwal lo langsung crowded dah sampe sana," Sahut June. "Jadi kapan berangkatnya?"
"5 hari lagi."
"YANG BENER?"
"YA BENER! NGAPAIN GUE BOHONG?"
Setelahnya hanya helaan nafas yang keluar dari dua bersaudara itu. Capek juga sekalinya ngegas.
"Yaudahlah mau gimana," Kata June yang membuat Jaehyuk semakin malas. "Namanya juga dunia kerja. Ada aja yang ga keduga. Gue cuma bisa nyemangatin,"
"Arghhh!"
June hanya menggelengkan kepalanya saat Jaehyuk mengerang dan langsung berlalu masuk kedalam kamar dengan menenteng jaket yang ia lempar tadi.
Jaehyuk sendiri segera menghubungi Somi untuk memberitahukan si gadis blonde supaya tak usah ikut mengantarnya karena jadwal flightnya yang di reschedule lebih awal. Menimbulkan pekikan keras dari sang sahabat lamanya.
"Gila dari dua minggu jadi 5 hari? Ga waras companynya anjrit?!"
"Au anjir! Jadi makin pengen mepetin Yedam. Tapi ntar beasiswa gue dicabut bokapnya dombret,"
"Jangan jadi pelakor lo, Jek!"
"Ga gitu anjir..." Jawab Jaehyuk lirih sambil memijat keningnya yang sedikit berdenyut. "Lo kasi saran deh biar gue bisa pergi dengan tenang,"
"OMONGAN LO UDAH KAYAK MAU MATI?"
"Mulut lo somay batagor!"
"Ya lo sih ngomongnya gitu..."
Setelahnya hanya hening yang ada. Somi tak tau harus berkomentar apa karena ia pun tak bisa memberi solusi yang pasti karena bisa menyakiti Jaehyuk maupun si manis Yedam. Somi mana tega.
Dan soal beasiswa, ya Jaehyuk memang berkuliah menggunakan beasiswa namun tak penuh. Hanya menopang uang gedung dan setengah uang semesterannya. Sisanya ia masih tetap mengeluarkan biaya termasuk uang bulanan dan biaya kepentingan tugas, projek, dan lain lain.
"Kayaknya saran gue bakal bikin Yedam sedih,"
"Gue ikut sedih dong ntar?"
"Gue ga peduli sama lo sih, btw."
"Anak monyet!"
"Gue serius, Jek."
Tiba tiba suara Somi menjadi berbeda, lebih serius setelah Jaehyuk mengumpat.
"Gimana?"
Terdengar helaan nafas di seberang panggilan Jaehyuk namun tak lama setelahnya membuat Jaehyuk langsung melemas.
×
Flirtationship
05.06.23