1.1

45 6 0
                                    

warning! cerita ini hanya fiksi semata. tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan RL tokoh-tokoh yang ada disini. penulis murni hanya meminjam nama untuk keperluan cerita. apabila ada kesamaan dalam cerita, kepenulisan, dll, maka hal tersebut dipastikan tidak disengaja.

selamat membaca!

×




Semakin lama Yedam merasa semakin tak semangat menjalani hari hari kuliahnya. Ia benar benar tak bisa menghubungi atau menemui Jaehyuk di rumah ataupun dikampus. Karena ucapan Somi waktu itu, Yedam selalu mengurungkan niatnya untuk bertanya kepada teman satu prodinya Jaehyuk. Somi saja sulit berkomunikasi dengan Jaehyuk apalagi jika hanya teman kampusnya.

"Masih susah ketemu sama Jaehyuk?" Tanya Doyoung. Ia tau kalau Yedam sedang meratapi ketidakhadiran Jaehyuk akhir akhir ini. Namun dirinya tak menaruh rasa cemburu ataupun kesal terhadap Jaehyuk.

Bukannya dijawab, Yedam justru terisak sehingga membuat Doyoung memeluk penuh tubuh kekasihnya sambil mengelus sayang lengan Yedam.

"Hiks! Aku ga tau-hiks! Kenapa tiba-tiba gabisa ketemu sama Jae- hiks hyuk!!!! Dobbyyyyy~" Isak Yedam yang semakin kencang. Membuat Doyoung harus bersabar menenangkan Yedam dan menunggu tangis kekasihnya reda.

"Nangis dulu sepuas kamu. Ngomongnya disambung nanti,"

Yedam pun menuruti ucapan Doyoung sambil meremas erat jaket jeans milik sang kekasih dengan erat. Ia benar-benar lelah mencari Jaehyuk yang tak ada tanda tanda akan menampakkan diri.

Diwaktu yang sama, Jaehyuk justru bersiap dengan keberangkatannya menuju Australia.

Dapat dikata waktu sebelum keberangkatan Jaehyuk terasa cukup lama. Tak dapat dipungkiri juga perasaan bersalahnya yang semakin lama semakin mengganggu pikirannya walaupun sebenarnya Jaehyuk merasa dengan mengabaikan dan tidak menemui Yedam adalah jalan terbaik. Sekali sekali Jaehyuk ingin egois.

Beberapa jam sebelum keberangkatan, Jaehyuk menyempatkan diri mengunjungi Somi yang sedang menjalankan shift siang tanpa mengetahui keadaan Yedam yang sedang menangisi dirinya.

"Caramel macchiato dong, mba. Bawa pulang,"

"Totalnya 25 ribu. Bisa ditunggu ya, pak."

"Kampret lo!"

Somi terkekeh dan menyuruh Jaehyuk untuk mencari duduk di tempat dekat kasir setelah pembayaran selesai dilakukan.

Tak butuh waktu lama, pesanan milik Jaehyuk sudah jadi.

"Flight kapan? "

"Setengah 6 nanti,"

"Yahhh gue belom kelar shift ege!"

Jaehyuk merotasikan matanya, "Gue kudu nungguin lo selesai shift baru flight gitu?"

"Ya ngga juga sih..." Balas Somi lesu. Ia masih tak rela harus ditinggal Jaehyuk pergi. Bagaimanapun, Jaehyuk sudah ia anggap sebagai kembaran sendiri.

Setelahnya, Somi pun memberikan pesanan Jaehyuk namun ia tahan sejenak.

"Gue anter sampe depan. Bentar!"

Somi pun menghampiri teman satu shiftnya untuk menggantikan dirinya terlebih dahulu di belakang meja kasir kemudian mengikuti Jaehyuk sampai ke depan cafe.

"Jaga diri baik-baik. Lo ga bakal nemu temen kayak gue sih disana,"

Jaehyuk terkekeh, "Bener. Cuma lo yang paling nyusahin sedunia."

"Tai!"

"Nanti gue kabarin kalau udah sampe. Lo juga jaga diri baik-baik. Inget pesen gue,"

"Hm. Safe flight, Jek. Jangan lupa janji lo!"

"Iya. Duluan, May."

Dan itu adalah saat terakhir Somi bertemu dengan Jaehyuk sebelum melakukan penerbangan ke Australia.

Setidaknya itu yang Somi ceritakan kepada Yedam saat Yedam kembali mengunjungi rumahnya setelah keberangkatan Jaehyuk. Yedam masih tak menyerah mencari informasi tentang Jaehyuk.

Yedam terdiam dan tak langsung menanggapi cerita Somi yang membuat si gadis berambut pirang juga ikut terdiam.

"Kenapa?"

Somi mengernyitkan dahinya. Ia bingung dengan pertanyaan Yedam.

"Kenapa dia ga bilang ke gue? Kenapa cuma ke lo? Gue udah ga dianggep temen lagi kah sama Jaehyuk?" Cicit Yedam sambil memilin ujung cardigannya dengan isakan pelan yang tentunya tak Somi notis.

Somi semakin merasa bersalah namun tak bisa untuk memberitahu lebih banyak karena ia pun belum menerima kabar Jaehyuk setelah beberapa bulan.

Bohong kalau Jaehyuk langsung menghubunginya setelah sampai disana. Jangankan menghubungi, Somi yang selalu mencoba melakukan panggilan ke ponsel Jaehyuk saja tidak pernah tersambung.

"Percuma juga kalau dia bilang ke lo, Dam. Ujung-ujungnya juga ga bakal dihubungin walaupun bilangnya bakal langsung ngabarin kalau udah sampai sana,"

"Tapi seenggaknya kan gue tau dia pergi kemana Som..."

Somi pun menghela nafas penat dan sedikit merasa bersalah. Yedam yang biasanya tampak ceria dan membawa aura menyenangkan ternyata bisa menjadi sedikit murung karena Jaehyuk. Padahal biasanya juga Yedam tak masalah jika ditinggal oleh Jaehyuk dan memilih bersama pacarnya.

"Emang kalau tau Jaehyuk kemana, lo mau apa?"

Yedam mendongakkan pandangannya kearah Somi kemudian mengedikkan kedua bahunya.

"Gatau."

"Berarti ga ada pengaruhnya di lo kan mau Jaehyuk kasih tau atau engga," Celetuk Somi yang membuat Yedam menjadi sedikit kesal atas respon si gadis blonde.

"Maksud lo?"

Somi menghela nafas dan memandang Yedam dengan raut wajah yang tak bisa Yedam mengerti.

"Mending lo fokus sama pacar lo. Lupain Jaehyuk."








×


Flirtationship
End
20.06.23

FlirtationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang