2

1.1K 199 53
                                    

"Kamu mau kerja kembali atau tetep di rumah dek?"

Sakura melepas mukenahnya, melipat sajadah yang ia gunakan dan sang suami untuk sholat Isya' lantas menyimpannya. "Mas ridhonya aku gimana?"

"Di rumah," Iris hitam Sasuke mendapati raut terkejut Sakura yang nampak samar namun segera dirubah dengan seulas senyum tipis. "Tapi kalau misalnya bosen di rumah kerja di tempatku saja."

"Emang ada lowongan di tempat kerja mas?"

"Gampang bisa diatur."

Sakura kembali mendudukkan diri di hadapan Sasuke yang kini memilih lesehan di atas karpet beludru. "Serius bisa diatur? Emang mas Sasuke yang punya kantor apa?"

"Iya aku yang ..." Sasuke mengusap lembut surai panjang Sakura. "Doakan suamimu ini biar punya kantor gede dan bisa jadi salah satu jalan bagi umat muslim untuk dapat rezeki."

"Aamiin ya Rabbal 'alamin, Allah bakalan ijabah harapan mulia mas Sasuke In Syaa Allah."

"Makasih," ujar tulus Sasuke.

"Sudah kewajibanku mas."

Sasuke mencium sayang kening istrinya lantas beranjak berdiri, ia melangkah ringan menuju nakas disisi kanan lemari kecil berisi buku-buku seri Hadits dan Sirah Nabawiyah. Tangannya terulur menarik pelan laci nakas tersebut kemudian mengeluarkan tiga lembar kertas.

"Tutup mata dulu dek," perintah Sasuke seraya membalik tubuhnya. Iris hitamnya mendapati sang isteri yang hendak beranjak berdiri. "Tidak, tidak, tetep duduk di situ."

"Apa sih mas?"

Sasuke melangkah mendekat dengan tangan kanan yang bertengger di saku jubah putihnya. "Kan ku bilang tutup mata dulu."

"Gak mau nanti kamu aneh-aneh."

"Allah mah ridho Ra kalau aneh-anehnya sama isteri sendiri."

"Dih."

Sasuke menarik tipis sudut bibirnya sembari mendudukkan tubuhnya kembali. "Tutup mata," Didapatinya raut wajah cemberut sang isteri ketika melaksanakan perintahnya membuat tangan Sasuke tergerak mencubit ringan pucuk hidungnya.

"Sakura isteriku," Jantung Sakura berdesir, Ya Allah kenapa tak ada satupun panggilan Sasuke yang mampu ia tahan. "Ada kejutan dari Allah untuk mu."

"Aku boleh buka mata sekarang?" tanya Sakura tak sabar.

Sasuke mengecup singkat bibir isterinya. "Sabar sayang."

Pria itu membawa kedua tangan Sakura di atas paha tak lupa membuka telapaknya lantas meletakkan tiga lembar kertas di sana.

"Apa ini?"

"Sekarang buka matamu."

Sakura mengintip pelan, agaknya ia sedikit waspada jika ternyata Sasuke malah menjahilinya. Keningnya berkerut, sedetik kemudian iris matanya melebar sempurna mendapati tiga kertas dengan gambar rumah Allah ditengahnya.

"Ma Syaa Allah serius mas?!" pekik Sakura tak percaya, gadis itu bahkan mengabaikan anggukan ringan Sasuke. "Ini serius, beneran?!"

Senyum kecil Sasuke terbit, ia benar-benar bersyukur melarang mati-matian Naruto memberikan hal serupa sebagai kado pernikahannya. Lihat, raut bahagia terlihat jelas di wajah isterinya.

"Sas, ini beneran tiket umrah," Giok hijaunya menatap lekat tiga kertas ditangannya. Pandangannya memburam dan tanpa pikir panjang ia langsung bersujud mengucap syukur lantas menghambur memeluk suaminya. "Makasih ya Allah, makasih Sasuke hiks makasih,"

"Hei kenapa nangis?" Sasuke berujar lembut sembari berusaha mengurai pelukan mereka. "Sakura hei."

Sakura hanya menggeleng pelan, "Aku benar-benar bahagia sungguh," Wanita itu semakin menenggelamkan surai merah mudanya pada dada sang suami. "Aku selalu tanya pada diri sendiri kapan bisa berangkat kesana jika tabungan haji buat ayah dan ibu saja belum cukup, dan sekarang Allah kirimkan lewat kamu hiks makasih."

Seatap SejiwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang