12

1.1K 156 81
                                    

 "Mas," Sakura menyentuh lengan suaminya yang berbalut jubah putih. "Kok gak ada temen rombongan kita," bisiknya pelan.

"Rombongan kita tiga orang," Sasuke mengusap pelan jemari istrinya yang berbalut sarung tangan hitam. "Aku, kamu, sama Naruto."

Sakura mendongak, bola matanya yang tak tertutup cadar kini melebar tak percaya. "Gak usah bercanda."

"Emang kamu liat orang lain disekitar kita?" tanyanya sembari mencubit pelan hidung istrinya.

Pandangan Sakura bergulir sejenak pada perempuan dengan gamis hitam yang berjarak tiga meter di depannya, wajahnya yang tak tertutup cadar membuat ia berani menyimpulkan bahwa paras ayu itu adalah keturunan Asia sepertinya. Postur tubuhnya lebih tinggi sedikit darinya. Kata suaminya, perempuan itu adalah tour guide untuknya.

"Mas mau ninggalin aku sama mbak itu, sementera istrimu ini bahasa Arabnya pas-pasan."

Sasuke meletakkan telunjuknya tepat dibibir istrinya yang tertutup cadar. "Hati-hati dek, gak boleh su'udzon di tanah suci."

"Astaghfirullah haladzim," Sakura berujar penuh sesal. Pandangannya kini mendongak pada suaminya. "Maafin aku mas."

"Tour guide kita bisa bahasa Indonesia," Sasuke tersenyum tipis, pria itu mengusak pelan kepala istrinya yang terbalut jilbab. "Jadi gak ada yang perlu dikhawatirin."

Sakura mengangguk kecil, pandangannya kembali ia edarkan pada pelataran Masjid Nabawi yang sudah ramai meskipun masih dini hari. Dari kejauhan nampak kubah hijau dan putih yang presensinya selalu dirindukan umat Islam dari penjuru dunia. Bibirnya tak henti bersholawat, di sana tempat dimana manusia paling mulia dimuka bumi dimakamkan bersama dua sahabatnya.

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam warrahmatullah," balas Sasuke sembari mengangguk kecil.

"Mari den, mumpung masih jam dua pagi," Pria dengan perawakan tinggi itu meletakkan tangan kanan pada dada kirinya, surai peraknya agak merunduk kala menyadari atensi perempuan disekitar atasannya. "Istri saya sudah daftarin nyonya Sakura tadi, jadwal masuk Raudhahnya nanti pagi pukul delapan sampai sebelum dzuhur. Kalau den Sasuke dan temannya In Syaa Allah bisa ba'da dzuhur atau kapanpun sesuai jadwal laki-laki."

Sasuke mengangguk mengerti, surai hitamnya menoleh pada sang istri merasakan tarikan pelan pada lengan jubahnya.

"Jadwalku cuma nanti pagi mas? Gak bisa nambah lagi atau diubah malem biar dapet sepertiga malamnya?" tanya Sakura dengan bisikan lirih.

"Gak bisa dek, pemerintah Arab Saudi sudah nentuin jadwal untuk laki-laki dan perempuan biar gak terjadi ikhtilat," Iris hhitam Sasuke menyorot penuh sesal ke arah istrinya. "Kamu mau nitip apa, In Syaa Allah aku sampein."

"Ma Syaa Allah, baru tau mas," Sakura memandang takjub hilir mudik di depannya. "Gak papa, nanti kalau dirasa kurang aku nitip doa sama mas Sasuke ya."

Sasuke mengangguk. "Oh ya dek, perempuan di depanmu ini namanya mbak Hanare, beliau istrinya pak Kakashi," ujarnya semberi mengedikkan dagunya ke arah pria bersurai keperakan.

Sakura mengulurkan tangan kanannya ke arah perempuan cantik di depannya, lantas mengatupkan kedua tangannya pada pria bernama Kakashi. "Salam kenal," ujarnya ramah.

Hanare mngulas senyum kecilnya. "Salam kenal nonya, mari ikut saya ke dalam."

"Sakura saja mba."

Senyum kecil Hanare agaknya menular pada Sakura, hal ini terlihat jelas dari kedua matanya yang menyipit. Ia mengangguk, berpamitan pada sang suami lantas melangkah bersisian bersama Hanare. Dalam tiap langkah, bibirnya tak berhenti bersholawat mengucap salam rindu kepada baginda Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam.

Seatap SejiwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang