8

1K 169 61
                                    

Ba'da ashar tadi sekitar pukul setengah lima, Sasuke segera memenuhi janjinya tempo hari, yakni jalan-jalan sore sembari menikmati street food. Setelah memakirkan mobilnya, ia bergegas keluar lantas membuka pintu untuk Sakura meskipun istrinya itu telah membukanya terlebih dahulu.

"Dek sendalmu."

"Sendalku?" Sakura sedikit mengangkat sebelah kakinya, disana ia menemukan sendal rumahan bulu-bulu dengan warna pink masih rerpasang apik pada kedua kakinya. "Ya Allah lupa ganti mas, saking senengnya sih tadi sampe lupa."

Segera Sasuke membawa tangan kecil istrinya dalam genggamannya. "Maaf baru bisa berangkat pekan depan, padahal ngasihnya sudah dari tahun lalu."

"Sudah dibilang berulang kali gak papa, tanggung jawab mas sama pekerja yang nggantungin hidup di perusahan lebih mulia," Dalam langkah santai mereka, Sakura mengayun ringan tautan tangan keduanya. "Lagipula aku jauh lebih seneng, kita bisa ngerasain awal puasa di sana."

"Alhamdulillah," Sasuke mengulum senyum, iris hitamnya melihat gelagat istrinya yang sering kali melirik ke bawah. "Mau beli sendal baru?" tawarnya.

Sakura menggeleng. "Gak aneh aja kan?"

"Lucu."

"Kok lucu sih mas, nanti kalau bulu-bulunya rontok gimana, gak lucu tau."

"Tambah lucu."

Sakura memukul ringan lengan suaminya. Ia mengapit erat lengan Sasuke yang entah kenapa selalu terasa hangat untuknya. Sejauh ini, besama Sasuke selalu menjadikan langkah kakinya terasa ringan. Semoga Allah terus meneguhkan hati suaminya untuk selalu bersabar terhadapnya dan semoga Allah terus membimbingnya untuk selalu memperbaiki diri agar pantas bersama Sasuke hingga di akhirat.

Keduanya memilih singgah di kedai yang menjual aneka jajanan Bandung. Seporsi cimol basah dan dua gelas es jeruk peras kini mengisi meja mereka. Sang wanita dengan lahap menikmati setiap bulatan cimol yang berkunjung di mulutnya, membuat Sasuke diam-diam mengulum senyumnya.

"Aku pesenin lagi ya dek?"

"Eh," Sakura meletakan tusukan kayu di atas piring cimol. "Buat apa, siapa yang mau ngabisin nanti," Kini ia menusuk bulatan cimol lantas mengarahkannya pada mulut Sasuke. "Mas Sasuke juga kenapa diem aja sih, nanti kalau habis ngambek."

Sasuke mendengus, nyatanya mulutnya tetap menerima suapan sang isteri. "Kamu makannya lahap banget, gak tega aku tuh mau ngambil sebiji."

"Habis lama gak makan jajan beginian sih," Lagi, Sakura menyodorkan bulatan cimol basah pada mulutnya lantas mengunyah sejenak.

"Memang pas masih ngontrak sering jajan beginian?"

Sakura mengangguk. "Di kontrakan dulu ada mas-mas jualan lewat depan rumah tiap hari, jadi sering beli."

"Siapa?"

"Siapa apanya?"

"Mas-mas yang jualan cimol siapa namayan?" Sasuke membuang mukanya sejenak sebelum menyeruput es jeruknya. "Emang enak banget sampe sering beli?"

"Enak banget," Sakura berujar riang, bibirnya menahan senyum kala menyadari gurat kesal yang tergores samar di wajah suaminya. "Kita bicarain cimol lho, bukan mas-mas penjualnya?"

"Ya udah sih, bicaraiin saja."

Sakura memiringkan kepalanya, bebannya ia topang dengan tangan kiri. Bibirnya ia lipat ke dalam berusaha mengontrol senyum yang tak kuasa ia tahan. Dengan sorot jenaka, giok hijaunya menyorot sepenuhnya pada sang suami.

"Lucunya suaminya Sakura," Wanita itu mengusap pelan punggung tangan suaminya, dapat ia tangkap semburat merah samar menyambangi pipi Sasuke. "Ya Allah mas, kamu kok lucu banget sih."

Seatap SejiwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang