5

968 168 53
                                    

Terhitung sudah hampir terlewati bulan ke tujuh Sasuke menempati apartemen ini bersama istrinya. Akhir-akhir ini, sering kali ia dapati pandangan redup dari Sakura, sering melamun disetiap kesempatan, bahkan kali ini ia pergoki wanitanya memasukkan dua sendok makan garam kedalam tumisan kangkung.

Pria itu tak juga menegur, ia memilih beranjak dari duduknya lantas menyiapkan peralatan makan. Gesekan antara piring keramik dan meja makan agaknya berhasil menyita perhatian sang istri.

"Sasuke ..." Sakura mengecilkan api kompornya, mengelap sejenak kedua tangannya, lantas menyentuh lengan suaminya. "Makasih mas, tapi kamu istirahat saja pasti cape seharian kerja," Ia mengambil alih dua gelas dalam genggaman Sasuke. "Maaf aku ketiduran tadi."

"Gak papa Sakura, kamu juga pasti cape ngurusin rumah seharian," Sasuke menahan lengan istrinya. Sekali lagi ia menelisik gurat wajah Sakura, ada yang beda di sana. "Ada yang ganggu kamu?"

Sakura menggeleng pelan dengan senyum kecilnya. Perlahan ia lepas genggaman tangan suaminya. "Aku kelarin masak dulu mas, bentar ya," ujarnya lantas bergegas mematikan api kompor.

"Habis ini ngapain lagi, aku bantuin."

"Selesai kok tinggal disajiin," Sekali lagi Sakura menoleh kala gemercik air menyita atensinya. Di depan dispenser mereka, suaminya berdiri menadah air pada teko kaca. "Mas ..."

"Cuma ambil minum," Tatapan memelas dari istrinya membuat Sasuke bergegas menyudahi kegiatannya. Ia curi kecupan singkat pada pipi kanan Sakura lantas buru-buru melangkah. "Oke-oke aku duduk," ujarnya sembari mendudukkan diri.

Di meja makan mereka kini terasaji tumis kangkung, ayam goreng kermes, tempe goreng, dan secobek sambel, serta sepiring buah semangka merah yang sudah terkupas dan dipotong sedang.

Sakura dengan cekatan menyendok nasi untuk suaminya. "Mas Sasuke mau pake lauk apa?"

"Semua yang udah kamu masak."

Senyum separuh Sakura terbit. Ia lekas meletakkan sepotong ayam goreng kremes bagian dada pada piring suaminya. "Tempenya mau dipenyet atau dibiarin gini?" tanyanya sembari mengambil tempe goreng.

"Dipenyet enak deh."

"Oke bentar aku ambil piring kecil."

"Gak usah dek," Tangan Sasuke terulur mengambil ulekan. "Sini biar aku penyet, kamu mau juga?"

"Boleh, makasih," ujar Sakura sembari menyerahkan piring berisi tempe pada suaminya.

Sang wanita mengisi piring untuk dirinya, lantas menarik kursi mendekat ke arah sang suami. Sakura segera menengadahkan kedua tangannya melihat aba-aba Sasuke yang hendak berdoa. Keduanya mulai dengan sama-sama mengambil potongan buah, mengunyah dan meresapi rasa manis dari salah satu ciptaan Allah.

"Segernya, nanti kita beli lagi ya mas."

Tangan kiri Sasuke mengusap pelan surai merah muda istrinya. "Besok pulang kantor aku belikan lagi ya."

"Eh jangan," Sakura mengambil potongan dadu semangka lantas menyuapkannya pada Sasuke. "Akhir pekan aja biar bisa ikut jalan-jalan."

Entah kenapa kali ini semangka dalam mulutnya terasa tak semanis tadi. Iris hitamnya menatap lekat sang istri hingga sang empu menaikkan kedua alisnya penuh tanya. Batinnya sibuk bertanya apa kiranya yang mengganjal dalam hatinya. Sejauh ini ia pikir rumah tangganya bersama Sakura baik-baik saja, ya Allah jangan bilang yang merasa baik-baik saja di sini hanya dirinya sedangkan isternya tidak demikian.

"Sayang."

"Hm?" Tak mendapati lanjutan dari suaminya, Sakura mengalihkan atensinya dari acara menyuir ayam. "Ada apa mas, mau aku suwirin juga ayamnya?"

Seatap SejiwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang