▶ 𝙰𝚕𝚊𝚜𝚊𝚗 𝙼𝚎𝚗𝚐𝚊𝚙𝚊 𝙼𝚎𝚗𝚊𝚔𝚞𝚝𝚔𝚊𝚗

534 37 5
                                    

Chapter 6.



Rin, seorang penyerang sayap, menjadi penguasa di lapangan. Rekan-rekan setimnya adalah pion-pionnya. Gerakkan mereka dengan baik, dan jika mereka berhasil mencetak gol, kalian menang. Rin memancing musuh dan menjatuhkan mereka. Rin membiarkan mereka terjebak dalam tembakan palsunya. Dia berpura-pura berjalan sendiri lalu mengecoh mereka dengan operannya. Dengan membiarkan mereka salah membacanya, ia selalu mendahului mereka. Hal itu juga berarti bahwa dimensi pemikirannya semakin tinggi. Rin menjalankan permainan sesuai dengan plot yang telah dibuatnya. Bukan dorongan hati, tetapi pemikiran. Gaya bermainnya telah berubah, tetapi tidak dengan apa yang ada di dalam pikirannya.

(Ah, seandainya saja Nii-chan ada di sini......)

Ia masih berpikir sama seperti saat ia masih di sekolah dasar.

Sae tidak hanya keren, tapi juga baik hati. Dia mengajarinya betapa menyenangkannya sepak bola dan membelikannya es krim. Sae-lah yang melatih dan menjadikan Rin seorang striker.

(Aku ingin bermain sepak bola dengannya lagi. Aku ingin menembak dengan umpan Nii-chan).

Pikiran ini selalu ada dalam benak Rin. Itulah sebabnya mengapa penting untuk menutup sepenuhnya dorongan itu sekarang. Obsesi untuk mencetak gol dan ego sebagai seorang striker tidak diperlukan dalam tim ini. Selain itu, gaya permainan ini diterima dengan sangat baik oleh orang dewasa, termasuk manajer mereka.

"Rin akhirnya mengerti bagaimana menjadi pemain tim! Memanfaatkan rekan setimmu sebaik mungkin dan berkontribusi kepada tim! Itulah yang dimaksud dengan sepak bola Jepang!"

Itulah yang ingin dilihat oleh orang Jepang. Permainan tim, daripada keterampilan individu, lebih sering dipuji daripada penampilan individu. Bahkan bagi rekan-rekan setimnya, Rin kini menjadi "kartu as yang dapat diandalkan".

Suatu hari setelah latihan.

"Baru-baru ini, Rin telah berubah. Dia benar-benar memperhatikan sekelilingnya saat bermain", kata seorang pria yang merupakan striker sambil mengunyah sepotong ayam yang dibeli di minimarket.

Sementara Rin tetap berada di luar rumah untuk melakukan latihan bebas rutinnya, rekan-rekan setimnya yang lain pergi ke minimarket untuk membeli makanan sebelum pulang.

"Dia benar-benar berubah. Dia memang adiknya Sae. Dia benar-benar berbakat, bukan?" kata pria yang sedang makan frankfurter.

"Tapi, kau tidak benar-benar tahu apa yang dia pikirkan, kan?" tanya pria yang membeli tuna mayo onigiri sambil mengupas lapisan film dari bungkusnya.

"Yah, dia tidak banyak bicara. Agak menakutkan." pria yang sedang makan keripik kentang mencibir.

Sikap Rin terhadap sepak bola sangat tenang sehingga sangat mengintimidasi berada di dekatnya. Jika mereka mencoba bermain-main saat latihan, Rin akan menatap mereka dengan tatapan tajam.

"Kalian tahu apa.......Aku......" gumam pria yang sedang makan roti melon.

"Beberapa hari yang lalu... aku melihat Rin di sebuah stasiun di Enoden*......"

*江ノ電/Enoden adalah singkatan dari Enoshima Electric Railway (Enoden adalah kependekan dari Eno Densetsu) adalah kereta api swasta di Jepang yang menghubungkan Stasiun Kamakura di Kamakura dengan Stasiun Fujisawa di Fujisawa, Kanagawa. (Sumber: Wikipedia) Stasiun terakhir adalah Kamakura (mungkin lokasi klub sepak bola Rin, yaitu Kamakura Youth Club).

"Apakah itu karena dia menggunakan Enoden?"

"Rin...... sedang diajak bicara dalam bahasa Inggris oleh beberapa turis asing. Mereka sepertinya bertanya tentang stasiun tempat mereka akan turun."

Itoshi Rin (SPIN-OFF NOVEL) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang