Bagian 8

566 59 16
                                    

Jangan membuatku marah

Alkohol membuat saraf-saraf Jungwoo menjadi lumpuh sehingga ia bergerak dengan perlahan. Setelah mendengar ucapan Jaehyun, dia menatap pria itu lekat-lekat selama beberapa detik, lalu pandangannya beralih menatap pada tangannya, kemudian dia mengangguk.

"Umm." Memang saat dia mengangkat gelas dan bersulang dengan Mr. Tang, sepertinya pria itu mengusap punggung tangannya, entah sengaja atau tidak, Jungwoo tidak tahu.

Lagipula Jungwoo tidak pernah berpikir bahwa Jaehyun akan memperhatikan hal kecil seperti itu. Nyatanya, setiap gerakan Jungwoo berada di bawah matanya, untuk itu detail kecil seperti itu tidak akan Jaehyun lewatkan.

Saat ini mereka sudah dalam perjalanan kembali ke hotel, tetapi suasana di dalam mobil itu aneh. Setelah Jaehyun mengucapkan kalimat itu, dia tidak berbicara lagi.

Tidak ada emosi apa pun yang terlihat di wajahnya, namun melihat lebih dekat, sudut bibirnya ditekan rapat dan terlihat murung.

Dia tidak senang. Tetapi itu begitu samar.

Jungwoo duduk di sebelahnya, awalnya ada lorong sempit yang memisahkan mereka dan Jungwoo memilih untuk bersandar ke pintu mobil. Tetapi karena suasana hatinya, Jaehyun menarik pemuda itu ke sisinya.

Jungwoo tidak bisa mempertahankan pinggangnya yang lurus, karena cengkraman luar biasa kuat yang di berikan Jaehyun membuatnya mau tidak mau bersandar pada pria itu.

Awalnya terasa canggung, namun lama-lama itu tidak buruk dan Jungwoo merasa nyaman. Tanpa sadar Jungwoo mulai menutup matanya dan menikmati aroma tubuh Jaehyun. Rasa sakit di kepalanya entah bagaimana sekarang sepertinya ditekan oleh aroma maskulin itu.

Di atas sana, Jaehyun melirik pada pemuda itu, menatap rambut coklatnya yang lembut dan tampak nyaman disentuh. Tidak ada jejak hairspray yang membuatnya kasar dan kaku seperti rambut orang lain. Menatapnya membuat Jaehyun segera bergerak untuk mengendusnya.

Dalam pelukannya, Jungwoo benar-benar tenang dan tidak bergerak sama sekali, membuat Jaehyun merasa puas.

Tetapi suasana hatinya tidak menjadi lebih baik. Saat ini, Jaehyun merasa seperti anak anjing yang dia besarkan dan rawat dengan hati-hati sedang diawasi oleh orang lain. Tampaknya orang itu sedang berusaha untuk menyentuh rambut lembutnya.

Memikirkan ini membuat mata Jaehyun menjadi lebih gelap, banyak gambar melintas di benaknya, baik dan buruk hanya dia yang tahu.

Satu hal yang pasti, Jungwoo hanya bisa menjadi miliknya.

Bagaimana bisa dia membiarkan hewan peliharaannya disentuh oleh tangan kotor orang lain?

Jaehyun tidak akan mengizinkannya.

Ketika mereka tiba di hotel tempat mereka menginap, Jaehyun segera melepaskan pemuda itu dan turun dari mobil lebih dulu. Merasakan kehangatan yang hilang, Jungwoo segera bangun dan turun dari mobil dengan agak linglung. Melihat ke depan, Jaehyun telah berjalan jauh mendahuluinya.

Presidential suite yang Jungwoo pesan sangat besar, lebih dari cukup untuk menampung dua orang. Tiba di pintu, Jungwoo masih linglung sementara pria itu telah membuka dasinya. Melirik pada Jungwoo yang memasuki ruangan, Jaehyun melemparkan dasinya dan berkata, "Kemari!"

Entah itu Jungwoo yang sadar atau Jungwoo yang mabuk karena alkohol, pemuda itu tidak pernah menolak dan berjalan mendekat dengan patuh setelah mengganti sepatunya.

"Ikut aku!" Pria itu menariknya ke kamar mandi dengan sedikit tergesa.

Berdiri di depan wastafel yang indah, pria itu memegang tangan Jungwoo dan mencucinya dengan hati-hati menggunakan air. Mulai dari telapak tangannya, punggung tangan, hingga ke sela-sela jari... Jaehyun tidak melewatkan satu inci kulit pun dan mencucinya berulang-ulang.

Kulit Jungwoo yang putih seperti porselen sudah terlihat rapuh, tetapi sang pemilik hanya mengerutkan kening dan tidak mengatakan apapun. Dia membiarkan Jaehyun bergerak dan melakukan apapun yang dia inginkan pada tangannya.

Saat ini Jaehyun belum mengganti pakaiannya, kemejanya digulung hingga menampilkan lengannya yang kuat dan berurat, sementara dua kancing depan kemejanya dilepas dengan sengaja. Rambutnya yang semula disisir rapih ke atas kini tampak tidak beraturan dan dua helai anak rambut turun ke dahinya.

Pemandangan ini mempesona Jungwoo.

Suara percikan air bergema di kamar mandi yang tenang, setelah dicuci selama hampir setengah jam, Jaehyun akhirnya puas, kulit putih Jungwoo yang telah digosok berulang kini berubah menjadi merah dan panas.

Jaehyun menoleh, menatap pada Jungwoo yang sejak tadi hanya diam. Pemuda itu masih hanyut dalam pesonanya, aroma mint dari tubuh Jaehyun begitu menenangkan tetapi juga menggodanya. Penampilan panas Jaehyun membuat Jungwoo ingin maju dan menghampiri pria itu segera.

Jaehyun menatap pada manik coklat Jungwoo yang berbinar. Lebih dekat tampak seperti ada lapisan kabut yang membungkus manik Jungwoo, itu terlihat tidak lagi dingin seperti biasanya.

Tampilan ini sangat menarik di mata Jaehyun.

Dia segera meraih Jungwoo, mengangkatnya dan mendudukkannya di wastafel. Jungwoo ditekan dan bersandar pada cermin dibelakangnya, sementara sentuhan dingin dari tangan nakal Jaehyun yang bergerak menembus pakaian dan kulitnya menyebabkannya bergidik dan untuk sesaat Jungwoo merasa sadar dari mabuknya.

Jaehyun memenjarakan Jungwoo di antara lengannya, matanya menjadi semakin gelap sementara keduanya menjadi panas. Terus di tekan, Jungwoo hanya bisa berpegang pada bahu lebar Jaehyun yang kokoh, sesekali meremas kemeja Jaehyun yang mau tidak mau membuatnya kusut.

Jaehyun mencium bibir Jungwoo dengan kasar bahkan sesekali menggigit bibirnya dengan ganas. Jungwoo merasa mulutnya sakit karena terus dijilat dari atas ke bawah hingga lidahnya kebas. Dia merasa saat ini dia adalah seekor ikan yang dikuliti oleh pisau tajam dan tidak bisa melarikan diri sama sekali.

"Aku hanya akan mengatakannya sekali," Jaehyun mundur sedikit, tetapi jarak mereka masih terlalu dekat. Itu sangat dekat sehingga ketika dia berbicara, bibir keduanya akan saling bersentuhan. "Jangan biarkan orang lain menyentuhmu di masa depan."

Jungwoo terengah, tetapi dia tetap fokus karena suara berat Jaehyun seolah menghipnotisnya. "Dengarkan dan patuhlah. Kalau tidak, jika ada yang menyentuh tanganmu, aku akan mematahkan tanganmu. Jika ada yang menyentuh kakimu, maka aku tidak akan segan untuk mematahkannya."

Mata Jaehyun menjadi dingin lagi, pupilnya gelap dan dia Jungwoo tahu bahwa Jaehyun tidak pernah bercanda atas semua ucapannya. Walaupun tatapannya dingin, tangan Jaehyun menempel dengan hangat dan lembut di bawah rahang Jungwoo.

Setelah pria itu berbicara Jungwoo segera mengangguk pelan, memegang erat tangan Jaehyun yang menyentuh rahangnya dan membawanya ke pipinya. Jungwoo dengan sengaja menyandarkan wajahnya pada telapak tangan Jaehyun untuk membuat pria itu merasa lebih baik.

Jaehyun menghela nafas dan memberi kecupan manis pada bibir Jungwoo yang membengkak.

"Baby~ kau tahu, aku tidak suka jika barang-barang ku di sentuh orang lain."

Jungwoo menggumamkan 'um' pelan.

Jaehyun mengelus lembut pipi pemuda itu dan berkata, "Jadi, jangan membuatku marah lagi."

Secretary KimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang