Bagian 19

391 61 10
                                    

Kedamaian Sehari

Mobil hitam berhenti tepat di depan gedung yang menjulang tinggi. Para penjaga keamanan yang mengenali pelat mobil segera berdiri lebih tegak, dari salah satu pintu mobil sosok pemuda yang kurus dan tinggi keluar dan memutari mobil untuk membuka pintu yang lain. Dari sisi yang berlawanan pria dengan aura yang mahal keluar dan mereka berjalan beriringan memasuki gedung.

Jam kerja telah berlangsung sehingga tidak ada banyak orang yang berkeliaran di lobby, hanya ada penjaga dan resepsionis yang bertugas, mereka membungkuk dan menyapa ketika dua orang itu lewat.

"President Jung, sekretaris Kim selamat pagi." Jaehyun akan melirik mereka atau membalas dengan anggukan kecil, tetapi Jungwoo tidak bergeming dan hanya menatap lurus ke depan.

Keduanya berjalan dengan tenang sampai ke ruangan Jaehyun. Tidak menyadari bahwa sejak mereka muncul para karyawan tampak membeku sesaat.

"Aku tidak bermimpi kan? Sekretaris Kim kembali?!" Yikyung sadar lebih dulu, di sampingnya Erica tiba-tiba muncul dan mencubitnya. Ketika pria itu mengeluh kesakitan Erica akhirnya berkata, "Ya, kau tidak bermimpi. Sekretaris Kim akhirnya kembali, ah aku senang sekali."

"Apakah ini berarti aku bisa menyerahkan draf proyekku pada klien sekarang? Ahhh akhirnya!!!"

"Penyelamat kita..."

"Apa yang begitu baik tentang dia yang kembali?!" Jimin mendecih sinis tetapi dia diam-diam membereskan dokumen di mejanya dan berniat membawanya ke kantor sekretaris segera.

"Oh, sekretaris Kim! Anda akhirnya kembali, selamat. Ah benar, kudengar anda sakit, apakah itu sudah lebih baik?" Woohyun menyapa dengan antusias ketika melihat Jungwoo muncul di kantor sekretaris, seolah-olah melihat penyelamat yang akan mengangkat beban kerjanya.

Jungwoo hanya membalas dengan gumaman ringan, ketika melihat mejanya dipenuhi oleh tumpukan dokumen, dia membeku sesaat. Bahkan Woohyun merasa canggung dan tidak tahu harus bagaimana, tiba-tiba dia merasa tidak berguna karena harus merepotkan Jungwoo yang notabenenya baru sembuh untuk bekerja lebih.

"Apa yang terjadi?" Jungwoo tertegun, ini pertama kalinya dia melihat penumpukan dokumen sebanyak ini, terlebih itu di mejanya.

Woohyun menggaruk tengkuknya yang tak gatal dan menjelaskan, "Itu... Beberapa dokumen dilemparkan oleh president dan sehingga harus di revisi. Tetapi orang-orang terlalu takut untuk menyerahkannya kembali, anda tahu president sangat memperhatikan detail untuk setiap dokumen dan setiap detail yang diinginkan president anda yang paling mengetahuinya. Untuk dokumen yang ada di atas meja anda adalah dokumen-dokumen yang perlu persetujuan dari president, proposal, draft project dan hal-hal semacam itu. Yah, seharusnya saya yang memeriksanya tetapi itu tidak berhasil dan president enggan menerimanya. Saya pikir jika anda yang memeriksanya itu akan lebih mudah jadi saya menaruhnya di sana, maaf."

Sementara Woohyun memberi penjelasan, Jungwoo memeriksa dokumen tersebut satu persatu, membaca isinya, dia akhirnya mengerti mengapa Jaehyun enggan menerimanya. Tulisan yang terlalu bertele-tele dan banyak hal-hal yang seharusnya dicantumkan tidak tertera di sana, membaca hal-hal seperti ini hanya akan membuang waktu bagi Jaehyun, apalagi menyetujuinya.

"Aku mengerti, aku akan mengurus yang dokumen yang memerlukan persetujuan president lebih dulu, kau bisa membantuku dengan yang lainnya." Jungwoo merujuk pada dokumen-dokumen yang telah direvisi oleh karyawan lainnya.

Woohyun segera mengangguk dan memindahkan tumpukan dokumen yang dimaksud ke atas mejanya. Dengan demikian Jungwoo mulai bekerja dengan sibuk di hari pertamanya masuk setelah cuti cukup lama.

Ketika dia muncul di ruangan Jaehyun dengan setumpuk map di tangannya, Jaehyun cukup terkejut dan buru-buru membantunya membawa semua map itu ke mejanya. "Kenapa kau membawa semua ini? Tidak adakah orang lain yang bisa membawanya? Ini cukup berat."

Jungwoo benar-benar terkejut dengan sikap Jaehyun, dia tidak terbiasa dengan itu tetapi dia menyukainya. Tersenyum tipis, dia hanya bisa membela diri, "Tim sekretaris sangat sibuk, President. Itu sebabnya aku yang membawanya, hanya beberapa dokumen yang membutuhkan tanda tanganmu, itu tidak banyak. Tidak perlu khawatir, aku baik-baik saja."

Walaupun begitu, Jaehyun tetap tidak senang. Dia akan berbicara dengan HDR untuk menambah orang di tim sekretaris agar pekerjaan menjadi lebih mudah. Saat ini dia hanya bisa membiarkan Jungwoo duduk di sofa sementara dia memeriksa dokumen tersebut.

Jaehyun benar-benar membacanya dengan cepat sebelum menandatangani dalam persetujuan. Seperti yang diharapkan dari pekerjaan Jungwoo, semuanya sesuai dengan keinginannya, detail yang mencolok dan rapih terdeskripsi jelas dalam setiap lembar kertas.

Dalam beberapa menit dokumen-dokumen tersebut telah selesai ditandatangani, hanya ketika Jungwoo akan mengambil mereka kembali, Jaehyun segera menghentikannya.

"Hubungi setiap tim untuk mengambil dokumen mereka sendiri di mejaku, jangan membuat dirimu repot dengan itu, mereka harus memiliki sesuatu untuk dilakukan." Jaehyun mengelus pundak pemuda itu dengan lembut dan menyuruhnya untuk segera kembali ke ruangannya.

Jungwoo sedikit ragu, haruskah dia memberi tahu Jaehyun bahwa orang-orang itu terlalu takut untuk bertemu dengannya? Jungwoo yakin mereka akan panik ketika mengetahui harus ke kantor president untuk mengambil dokumen.

Tapi sepertinya lebih baik membiarkannya. Lagipula Jungwoo tidak pernah membantah dan juga tidak ingin ambil pusing dengan itu. Jaehyun cemas dan peduli padanya, itu adalah yang paling penting.

Maka pemuda itu pergi dari ruangan Jaehyun, tetapi tidak lama dia kembali dengan segelas kopi panas di tangannya. Alis Jaehyun mengerut, "Siapa yang berani memerintah mu?" Dia jelas tidak meminta pemuda itu membuatkannya kopi, orang lain bisa melakukannya, tetapi siapa yang berani mencoba menyuruh sekretaris nya?

Yah siapa yang berani?

"Aku melakukannya atas inisiatif ku sendiri." Beberapa orang mengatakan moodmu memburuk karena tidak minum kopi buatan ku.., "Semoga kopi ini bisa membantu mood President tetap baik."

Jaehyun mengangkat alisnya, pemuda itu cukup berani berinisiatif sekarang, itu tidak buruk. Meletakkan pulpennya, dia menghela nafas dan menarik pemuda itu untuk mendekat.

Jungwoo duduk di atas pangkuannya.
Keduanya berciuman begitu dalam.

"Um... Begini lebih baik." Jaehyun mengelus bibir bengkak yang di beberapa tempat dipenuhi oleh air liur.

Pemuda itu diam dan memerah, dia terpaku tetapi matanya yang membulat lucu tidak bisa berbohong, Jaehyun puas dengan reaksi pemuda itu dan merasa gemas.

"Haruskah kita terus seperti ini?" Bisiknya jahil.

Jungwoo segera tersadar dan buru-buru bangun dari pangkuan pria itu. Dia dengan kikuk menyisir rambutnya dan merapikan pakaiannya, batuk kecil dan berkata "Um.. it-itu.. saya pamit President."

Pemuda itu salah tingkah sampai mengganti cara memanggil dirinya sendiri. Jaehyun hanya bisa tertawa kecil ketika pemuda itu pergi. Dia tidak segera mulai bekerja, sesaat dia menatap kosong pada layar di depannya, tetapi pikirannya sebenarnya dipenuhi oleh adegan-adegan mesum.

Melakukan seks di kantor sepertinya harus dia coba.

Oh tidak, saat ini dia harus menyelesaikan masalahnya sendiri. Jungwoo sudah pergi, tidak ada orang yang bisa dimintai pertanggung jawaban.

Salahkan Jungwoo yang begitu menggoda?

Secretary KimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang