Bagian 12

499 66 8
                                    

All the reasons

Di bangsal rumah sakit, Jaehyun duduk di samping tempat tidur dengan ekspresi wajah yang suram, alisnya sedikit terpelintir sementara jari-jarinya mengetuk meja dengan berirama, tangannya yang lain menopang rahang bagian bawahnya seolah-olah dia tengah memikirkan sesuatu.

Jungwoo mengalami gegar otak ringan dan beberapa trauma kulit akibat memar di sekujur tubuhnya. Butuh sekitar satu sampai dua bulan bagi pemuda itu untuk pulih.

"Pasien mengalami gegar otak ringan dan karena pukulan yang cukup kuat mengakibatkan trauma kulit dan lebam di tubuhnya, tetapi semuanya akan baik-baik saja selama dia mendapatkan masa pemulihan yang baik."

Dokter itu kemudian beralih menatap Jungwoo dan tatapannya sedikit menyendu, dia kemudian melanjutkan, "Hal yang sulit sebenarnya ialah bahwa pasien mungkin juga memiliki kecenderungan untuk depresi, tetapi itu belum sampai pada tahap kondisi yang serius. Jika ada waktu, bawa dia ke psikiater profesional."

Jaehyun terdiam memikirkan ini.

Kecenderungan depresi?

Bagaimana bisa itu terjadi?

Jaehyun berpikir bahwa Jungwoo hanya seorang anti sosial pada umumnya dan hanya tidak pandai bersosialisasi dengan orang banyak, itu karena pemuda itu berperilaku normal ketika dia ada di depannya.

Menghela nafas, Jaehyun meraih jemari Jungwoo yang terbungkus perban dan mengelusnya lembut. Perasaan kesal masih ada tetapi semuanya telah dibersihkan oleh orang-orangnya, Jaehyun hanya perlu memastikan bahwa hal serupa tidak akan terjadi lagi di masa depan.

Itu adalah miliknya yang berharga.

Beruntung Jungwoo hanya pingsan dan tidak jatuh koma. Merasakan sentuhan membuat Jungwoo terbangun dengan linglung, hanya ketika dia menyadari bahwa itu adalah Jaehyun maka dia kembali tertidur.

Hal ini sering terjadi, Jungwoo akan sesekali bangun dan memastikan bahwa Jaehyun ada di sana menemaninya, ketika melihat sosok tegap pria itu akan membuat Jungwoo merasa aman dan dapat tidur kembali dengan tenang sambil menggenggam erat jari telunjuk pria itu.

Dokter juga telah berpesan kepada Jaehyun untuk tetap di sisi Jungwoo sampai pemuda itu setidaknya dapat sadar sepenuhnya hal ini untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan terjadi.

Jaehyun mengangkat matanya, tatapannya beralih pada wajah pucat tapi halus milik Jungwoo. Tubuh pemuda itu tampak semakin kurus dalam balutan seragam pasien rumah sakit. Penampilannya membuat Jaehyun merasakan emosi yang aneh, ada perasaan halus yang membuatnya merasa sakit, namun Jaehyun segera menekannya.

Berdiri, Jaehyun membenarkan posisi selimut Jungwoo. Lalu dia menundukkan tubuhnya sehingga sejajar dengan wajah Jungwoo, sebuah kecupan hangat pria itu berikan pada kening Jungwoo.

Tidak ada ucapan apapun yang menyertai, pria itu hanya mengelus surai coklat Jungwoo dan merapikan beberapa helai rambut yang menutupi keningnya.

Drrtt.. drrttt..

Handphone yang tersimpan di atas meja terus bergetar, itu merupakan milik Jungwoo. Jaehyun hanya meliriknya kemudian menghapus notifikasi panggilan tak terjawab pada papan notifikasi.

Kemudian tanpa lelah satu demi satu panggilan masuk yang lain datang dan membuat Jaehyun terganggu sekaligus kesal. Si penelepon seolah tidak akan menyerah sampai Jungwoo mengangkat panggilan itu.

Tak tahan, Jaehyun akhirnya mengambil handphone dan menjawab panggilan itu.

"Anak kurang ajar! Kenapa kau tidak mengangkat telepon sejak tadi? Kau sengaja atau kau pura-pura lupa? Ini sudah hari ketiga, bagaimana dengan uang yang aku inginkan? Bicaralah sialan! Apakah kau angin?" Suara tajam dan penuh umpatan dari wanita itu terus bergema memenuhi ruangan yang sunyi.

Alis Jaehyun mengerut dan tatapannya menjadi dingin. Tanpa menunggu Yuri berbicara lebih banyak, dia menutup telepon begitu saja.

Ibu?

Jaehyun membuka handphone Jungwoo dan melihat beberapa pesan yang Yuri kirim  kemudian melirik pada pemuda yang berbaring ditempat tidur. Semua catatan yang dikirim itu memiliki umpatan yang kasar dan tidak pantas.

Jaehyun memikirkannya, bagaimana bisa seorang ibu mengatakan begitu banyak kalimat kebencian pada anaknya?

Hubungan ini... Kembali menatap Jungwoo, pria itu akhirnya mengerti sesuatu.

Lima tahun yang lalu, Jaehyun baru saja menyelesaikan pekerjaannya dan sedang dalam perjalanan kembali dari perusahaan ketika dia bertemu dengan Jungwoo yang meringkuk sendirian di pinggir jalan. Penampilannya bak sebuah bola kecil, pemuda itu meringkuk, tubuhnya yang kurus dan kotor membuatnya tampak seperti pengemis kecil.

Jalanan itu tidak begitu ramai di sore hari apalagi di malam hari, untuk itu Jaehyun mencoba menghampiri pemuda itu. Entah mengapa dia tergerak, jelas-jelas Jaehyun bukan merupakan pria yang begitu ramah.

Merasakan seseorang berhenti untuknya, Jungwoo mengangkat kepalanya untuk melihat, sosok pria tinggi dan kokoh dalam balutan jas turun dari mobil membawa aroma segar pepohonan ketika angin malam berhembus.

Wajahnya tak terlihat, cahaya lampu mobil membayangi sosoknya, hanya ketika pria itu berjongkok didepannya barulah wajahnya terlihat jelas.

Tampan.

Jaehyun tidak menyapa pemuda itu, tetapi keduanya saling memandang dalam diam. Dalam tatapan dari kedua manik almond itu, Jaehyun tidak bisa menemukan ketakutan karena bertemu orang asing atau karena situasinya, itu terlihat sangat kosong tetapi anehnya juga damai.

Sebuah perasaan aneh tercipta.

"Hei, kau baik-baik saja?" Jaehyun mengulurkan tangannya untuk memegang bahu pemuda itu, pihak lain tidak bergeming, hanya melirik pada tangannya kemudian kembali menatap wajahnya sebelum mengangguk sekali.

"Kenapa kau sendirian di sini?"

Pemuda itu tidak menjawab.

"Kau terluka? Atau kau tersesat?"

Pemuda itu menggeleng dua kali.

Jaehyun diam, menatap lekat pada pemuda itu lalu kembali berkata, "Kalau begitu kau mau ikut denganku?"

Pelan-pelan pupil mata pemuda itu membesar, kali ini dia membutuhkan waktu beberapa saat untuk berfikir sebelum mengangguk beberapa kali, itu membuat Jaehyun ikut tersenyum. Segera dia membantu pemuda itu berdiri dan membawanya masuk ke dalam mobilnya.

Pada saat itu, Jaehyun hanya merasa bahwa dia bisa membawa pemuda itu bersamanya, itu akan seperti menjinakkan dan membesarkannya menjadi hewan peliharaan kecilnya. Dia terlihat dingin namun halus, wajahnya cukup baik. Pemuda itu akan menjadi hewan peliharaan yang bagus untuknya, dia hanya perlu menjaganya.

Memikirkannya sekarang, hubungan antara Jungwoo dengan keluarganya seharusnya sangat buruk, lagipula Jaehyun belum pernah mendengar pemuda itu menyebutkan apapun lebih rinci tentang keluarganya setelah mereka tinggal bersama sekian lama.

Kalau tidak, di usia pemuda itu yang masih begitu muda seharusnya dia berada di universitas sekarang, menikmati suasana kampus dan tertawa dengan binar mata yang cerah bersama teman-temannya, bukan pandangan penuh rasa dingin dan kepribadian yang sunyi.

Menghela nafas, Jaehyun meletakkan handphone Jungwoo di dalam laci dan duduk di samping pemuda itu. Pria itu diam-diam menebak, Jungwoo selalu setia dan menempel kepadanya sejak mereka tinggal bersama, mungkin karena dia bertemu dengannya pada saat itu jadi dia seolah-olah mendapatkan cahaya penyelamat sehingga dia tidak akan pernah melepaskannya lagi.

Secretary KimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang