Haloooooo!!
Apa kabar? Semoga baik-baik aja ya!
Langsung aja happy reading!
*****
Sejak kejadian saat itu Arsha semakin memikirkan sosok yang ia temui beberapa hari lalu yang tak lain adalah Zeya.
Ia yakin betul bahwa sosok yang ia lihat adalah Zeya, namun yang menjadi pertanyaan kemana selama ini ia pergi dan baru muncul sekarang.
Ia kembali mengingat kenangan manis yang ia lakukan bersama Zeya. Mulai dari hal kecil yang mereka lakukan dulu yang membuat mereka bahagia terlintas begitu saja dalam benaknya.
"Gak! Gue ga boleh mikirin dia lagi!"
"Sadar Arsha sadar!" Ucapnya sambil menampar pipinya beberapa kali.
"Lo cuman mainan dia Arsha, harusnya benci sama dia bukan jatuh cinta!" Monolog Arsha kepada dirinya sendiri.
Ia menjambak rambutnya dengan kencang."ARGHHH BODOH LO ARSHA BODOH!!" Teriaknya yang frustasi kepada dirinya sendiri.
Ia terduduk lemas dengan air mata yang terus mengalir. Ia hancur, benar-benar hancur. "Kenapa lo pergi?"
"Dari sekian orang yang ada di sekitar gue, kanapa harus lo yang pergi?"
"Gue hancur Zey! Gue hancur!"
Arsha menolehkan pandangannya ke arah nakas di sebelah tempat tidurnya. Ia mencari obat tidurnya, ia membuka botol obat tersebut. Ia segera menelan pil yang ada di dalamnya.
Sejak kepergian Zeya atau lebih tepatnya setelah berakhirnya hubungan Arsha dengan Zeya, Arsha menjadi orang tidak perduli dengan dirinya sendiri. Mulai dari tatapan yang terlihat kosong dan kesepian, sering mengonsumsi obat tidur, namun ia paksakan memasang raut wajah biasa saja di depan semua orang.
"Selamat Zey, lo udah bikin gue jatuh cinta sama lo sedalam-dalamnya. Dalam satu waktu lo juga bikin gue jatuh sedalam-dalamnya," lirihnya sebelumnya pandangannya mulai mengabur dan masuk ke alam mimpi.
*****
Seorang gadis sedang termenung di kursi taman, ia duduk sendirian memikirkan kejadian yang baru saja ia lihat.
Ia hanya tersenyum miris melihatnya. Sakit, itulah yang ia rasakan saat ini.
"Sadar Zeya! Lo ga pantes buat Arsha. Ga usah berharap lagi." Ujarnya sambil memukul-mukul dadanya yang terasa sesak.
"Lo udah nyakitin orang sebaik Arsha, lo ga pantes lagi buat dia sadar itu!"
Matanya berkaca-kaca, siap menumpahkan tangisnya. Namun ia tahan, ia tak boleh terlihat lemah hanya karena seorang laki-laki.
Tapi dibalik itu semua, hatinya terasa sesak kala melihat Arsha bersama orang lain. Itu masih terlalu menyakitkan untuk dirinya.
"Lo ga boleh nyerah Zey, udah sejauh ini." Semangat Zeya pada dirinya sendiri atau lebih tepatnya meyakinkan dirinya sendiri.
Ia menunduk merenungkan sejenak semua luka yang telah ia torehkan ke Arsha. Pasti Arsha sangat kecewa dan marah padanya.
Ia meremas ujung bajunya, melampiaskan rasa frustasinya.
Ketika ia sedang merenung tiba-tiba ada seseorang yang memberikan minuman. Zeya mendongak, menatap siapa orang yang memberikan minum untuknya.
"Minum," perintah Agas.
Ya, orang yang memberikan minum ke Zeya adalah Agas, satu-satunya sepupu sekaligus sahabat Zeya yang mengetahui semua rahasia Zeya.
Zeya mengambil air mineral tersebut dan meminumnya. Ia kembali menatap ke depan dengan pandangan yang kosong.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARZEYA [TAMAT]
Teen Fiction⚠️bacaan ini mengandung kata-kata kasar jadi bijaklah dalam memilih bacaan⚠️ (SLOW UPDATE) ***** ~ Arzeya Melva Zahra Adelia Natawijaya ~ Sederhana saja. Kisah seorang gadis yang ingin menemukan kebahagiaan sesungguhnya dalam hidupnya. Ia tidak hidu...