47-Ungkapan Hati Azam

422 16 0
                                        

[ P o v Azam]

"Dulu aku sering diminta salah satu sepupuku yang masih SMA untuk nganter dia ke sekolahnya. Dari situlah aku sering melihat seorang gadis cantik, manis, lucu dan menggemaskan." Aku mengecup pipi istriku gemas.

Memeluknya dengan erat dan penuh sayang.

Wajahnya cemberut, aku tau dia cemburu mendengar apa yang sedang aku ceritakkan ini. Tapi, hal ini malah membuat aku makin gemes sama dia.

"Hm, kamu cemburu?" tanyaku dengan tawa kecilku, aku bahkan mencubit hidungnya pelan.

Dia bergerak dari dalam pelukanku, berusaha melepaskan diri dari pelukan. Tapi, tak kubiarkan terlepas. Aku sengaja menghempaskan tubuhku. Sehingga otomatis, aku dan dia terjatuh.

Hal ini, tidak aku aku sia-siakan. Langsung saja, aku mengungkungnya dari atas dan memagut bibirnya dengan lembut.

Tapi, dia tak membalas pagutanku kali ini. Aku jadi makin gemas saja, sepertinya dia benar-benar cemburu.

Ayo kita bakar hatimu, aku ingin tau bagaimana reaksimu setelah tau semua kebenarannya.

Aku melepaskannya.

Lalu, aku menariknya agar dia duduk di atas pangkuanku. Dan aku memeluknya dari belakang, sambil menyandarkan dagu di bahunya, pipiku sengaja menempel di pipinya.

Dia diam saja.

Lalu, aku melanjutkan ceritaku.

"Aku selalu menatapnya dari kejauhan, tak ada kenberanian meski hanya untuk berkenalan saja. Tapi sejak saat itu, aku sengaja mengantar sepupuku untuk sekolah. Ya meski, dia gak minta diantar."

"Hingga tibalah kelulusan sekolah."

"Aku sangat menyesal, karena tak menghadiri pesta perpisahan sekolah sepupuku itu. Karena, saat itu ada pekerjaan yang penting. Dan aku tak bisa hadir."

"Seminggu setelah hari perpisahan sekolah sepupuku itu, barulah aku pulang dari luar kota. Aku bertanya tentang teman sepupuku itu."

"Dia memberi tahukan alamatnya, tapi sayang. Dia sudah pindah."

"Aku berusaha mencari tau, tapi tak dapat juga informasi tentangnya."

"Hingga, akhirnya aku putus asa. Dan yakin, kalau dia memang bukan jodohku. Lalu, aku bertemu Hana, sebenarnya kami dijodohkan. Kami menikah, namun tak lama. Karena, kami bercerai, karena keegoisan Hana yang memutuskan tak mau punya anak, dan ingin terus berkarir sebagai model." Aku mengeratkan pelukan, dan mengecup pipinya.

Dia diam membisu, lalu menoleh ke arahku. Ya otomatis, bibirnya bertemu dengan bibirku. Karena, poisinya sejajar.

"Ish, kamu mesum ya. Hahaha, " godaku.

Dia manyun dan langsung memalingkan kembali wajahnya.

"Kenapa gak ngomong?" tanyaku.

"Ngomong apa?" tanyaku.

"Ya komentar apa kek tentang ceritaku tadi," ujarku.

"Lupa ya, bukankah kamu tadi yang bilang kalau gak boleh nyela," sahutnya dengan nada kesal.

"Hahaha, iya juga ya." Aku mengecup pipinya lagi sekilas.

Aku melanjutkan ceritaku lagi.

"Hingga, suatu hari au tanpa sengaja melihatnya di suatu tempat. Tempat yang buruk, tempat yang tidak baik untuknya. Hatiku sakit melihatnya bekerja disana. Lalu, aku mulai memerintahkan orang untuk mencari informasi dengannya, dan kali ini aku tau banyak tentang dia," ujarku.

Ayda diam tak bergerak, tapi aku bisa merasakan embusan napas pelannya. Dia sepertinya benar-benar sedih.

"Aku menikahinya, dan menunjukan betapa mencintainya. Tapi, sayang dia sangat bodoh. Dia tidak sadar juga, kalau aku sangat mencintainya," lalu, aku menjauhkan tubuhnya sedikit.

Bukan Istri Pura-puraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang