(Masih POV Author)
Giano tampak salah tingkah, Dia tersenyum kikuk. Merasa tidak enak dengan apa yang sudah dia katakan.
"Sorry, aku cuma bercanda. Maaf sebelumnya, Ayda adalah temanku. Tapi, sungguh tidak tau kalau dia ternyata istrimu. " Giano menghampiri Azam dan tersenyum ceria, seolah tak pernah terjadi apapun.
Tapi, berbeda dengan Azam. Hatinya diliputi kecemasan luar biasa, dia mengembuskan napas kasar. Menatap sekilas temannya itu dengan dingin, lalu beralih ke arah Ayda istrinya.
Disaat suasana begitu tegang, seseorang yang tidak diharapkan malah datang bergabung. Dia adalah Hana.
Hana sebenarnya kebetulan datang kemari, sekedar ingin makan saja. Dia tidak sendirian sebenarnya, berdua dengan teman perempuannya juga.
Ketika melihat Azam sekeluarga disana, dia tersenyum senang. Sekalian saja gabung, ditambah ingin ngomporin Ayda, pikirnya.
"Azam!" sapanya diiringi senyuman lebar.
Azam menoleh dengan dingin.
"Eh, mama dan Sabrina disini juga?" ujarnya, menyapa sambil memeluk mantan mertuanya itu.
Tentu saja mama mertua senang, dia tersenyum lebar kepada Hana. Lalu melirik Ayda sinis, 'tidak setia' itulah kira-kira arti dari tatapan dan senyuman sinisnya.
Ayda mengembuskan napas kesal, dia berada dalam posisi yang kurang baik. Dia harus menjelaskan semuanya kepada Azam.
"Sayang, aku mencintaimu," hanya itu yang dia bisikan di telinga suaminya itu.
Bibir Azam berdenyut, dia ingin tersenyum lebar mendengarnya. Tapi, tak mau memperlihatkan semua itu. Ya gengsi mungkin tuh si Azam.
Azam tetap dengan raut dinginnya, membuat Ayda sedih dan matanya berkaca-kaca. Dia melepaskan tangan yang sedang memeluk Azam itu, saat Hana mendekati mereka.
Hana tersenyum manis, "jangan lupa besok kita ke Bali," ujarnya sambil melirik Ayda sinis, seolah berkata 'lihatlah aku akan pergi bersama suamimu'.
Ayda semakin sedih.
Azam menjawab, "Tentu, mana mungkin aku melupakan proyek besar itu," dengan nada datarnya.
Hati Ayda makin mencelos, dia merasa semakin kecil dihadapan Hana. Otak kecilnya berpikir, Hana dan Azam bukan sekedar bisnis. Tapi akan membahas tentang rujuk mereka.
"Permisi, aku ke toilet dulu," dengan cepat Ayda mengayunkan kakinya menuju toilet, matanya berair.
Di toilet, Ayda membasahi wajahnya. Dia menangis sesenggukan.
(Pov Ayda )
Hampir tiga puluh menit, aku di dalam kamar mandi. Aku menangis cukup lama membuat mataku memerah dan sembab.
"Ah, bagaimana ini? Mereka semua pasti menyadarinya, kalau aku habis menangis! Kenapa kamu cengeng sekali Ayda! Dasar cengeng dan lemah!" gerutuku.
Aku berusaha merapikan penampilan ku ini, ah sungguh berantakan ternyata. Apalagi, tas makeup mini ku kan ada di dalam ransel. Sementara, ranselnya berada di dalam mobil.
Ya sudahlah, aku keluar saja.
Dengan malas kubuka pintu kamar mandi.
Ceklek
Aku memekik kaget, ketika melihat siapa yang tengah berdiri tegak dengan raut wajah dinginnya itu.
"Eh, kamu sedang apa disini?" tanyaku kikuk dan salah tingkah.
"Menunggumu!" ketus Azam suamiku itu.
Aku menundukkan kepalaku, merasa bersalah sekaligus sedih.
"Ayo!" ucapnya datar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Istri Pura-pura
RomanceAyda terkejut, ketika seorang pria yang sama sekali tidak ia kenal tiba-tiba saja membawanya paksa dari tempat ia bekerja dan memintanya untuk menikah dengannya. Hanya sekedar untuk menjadi istri kontrak, untuk terhindar dari yang namanya mantan ist...