Sabrina terperanjat kaget. Dia segera menyimpan hpnya, lalu menoleh ke arahku.
Aku duduk di sampingnya.
"Berjanjilah tak akan menertawakanku," ujarnya masih judes.
"issh, kamu itu mau curhat padaku. Tapi, masih saja nada judes!' Aku mencebikkan bibir.
"Ini sudah karakterku, bukannya aku judes. Aku memang kayak gini, susah mau lembut-lembut juga," nada bicaranya lebih melunak. Ya, meski masih ada ketus-ketusnya gitu.
"Oh begitu ya, oke lah." Aku tersenyum padanya.
"Apa kamu patah hati?" tanyaku to the point.
"Kok tau!" sepertinya, dia terkejut.
Aku terkekeh," Ya keliatan banget sih, sampai nangis kejer gitu hehehe," sahutku.
Sabrina mencebikkan bibir. Membuang muka, lalu sesaat kemudian raut wajahnya berubah sendu.
"Apa kakak pernah patah hati?" tanyanya padaku, adem sekali telingaku mendengarnya memanggilku kakak dengan nada yang lembut, tak biasa. Mungkin, karena dia sedang sedih.
"Pernah," jawabku cepat.
"Sama siapa?" tanyanya penasaran.
"Kakakmu, hehe." Aku menjawab diiringi tersenyum malu.
"Kak Azam? Masa? Kapan?" tanyanya tak percaya.
"Ya, bukankah dia masih sering bersama Hana?" tanyaku, aku mengingat waktu Azam tak pulang semalaman, karena di pesta Hana itu.
Sabrina mendengus, dia menatapku kesal sepertinya. Aku jadi bingung, dia kenapa?
"Kakakku itu paling setia orangnya, ya meski aku kurang suka sama kakak ipar sih sebenarnya. Tapi melihat Kak Azam segitu bucinnya, ya terpaksa deh aku mau berteman denganmu kak," ujarnya gak nyambung ih.
"Apa mikir aku gak nyambung? Ya nyambunglah, aku gak terima kakak ku disebut gak setia!" nada bicaranya terdengar kesal.
"Aku nggak bilang gitu loh," sahutku malas.
"Iya memang nggak bilang, tapi secara tidak langsung sama aja bilang kayak gitu!" sahut Sabrina cepat.
Setelah kupikir perkataannya memang benar sih.
"Apa kakak gak ngeliat, bagaimana bucinnya kakakku itu!" ketusnya.
Hahahah! Aku tertawa terbahak-bahak, bucin darimananya coba!
Aku menatapnya dengan tawa yang masih tersisa.
"Cih, nggak percaya?" tanyanya mencibir.
"Ya iyalah, bucin darimananya coba? Buktinya dia sering pergi meninggalkanku! Yang keliatan bucinnya yang mana? Apa sikap mes...." Aku membekap mulutku sendiri, hampir keceplosan di depan gadis hehehe.
"Apa? Sikap yang mana?" tanyanya dengan wajah penasaran.
hehehe, aku menjulurkan lidah sambil nyengir malu. "Gak ada," jawabku cepat, mana mungkin kan aku bilang mesumnya suamiku itu! Malu!
"Ya meski gak mau bilang, tapi artinya kakak sadar kalau kakak ku itu sudah menunjukkan sikap bucinnya!" ujarnya percaya diri.
"Ah, kamu gak tau apa maksudku sih!" sahutku jengkel, dia tentu saja terus membelanya, kan dia kakaknya.
"Apa? Kalau kakak ipar masih belum bisa melihat bagaimana kakakku itu cinta padamu, artinya kakak ipar sangat bodoh!" ujarnya menggebu-geu.
Aku mendengus, dikatai bodoh.
"Hey, kenapa jadi terus membahasku sih? Kan kamu yang mau curhat?" Aku megalihkan topik pembicaraan.
Wajah Sabrina berubah ditekkuk.
"Kamu kenapa?" tanyaku heran.
"Kakak tau Giano?" tanyanya sedih.
"Yang teman kakakmu itu?" tanyaku.
"Hmmm." Sabrina mengangguk.
"Dia yang buat kamu patah hati?" tanyaku sok tau.
Raut wajahnya semakin sedih. Dan, dia mengangguk.
Aku melongo menatapnya, lalu tertawa. " Wah kamu pacaran sama dia, apa kakakmu tau?" tanyaku sambil menggelengkan kepala.
Dia mendengus sebal.
"Bukan begitu, aku belum jadi pacarnya. Tapi, aku sudah lama suka dia. Aku seneng saat denger kalau dia itu sudah putus dari pacarnya, eh dia malah udah punya pacar baru lagi katanya," jawabnya sedih.
Antara kasihan dan ingin tertawa aku mendengarnya.
"Ups, kamu patah hati padahal belum jadian?" tanyaku, dan dia mengangguk.
Bab selengkapnya cek di platform sebelah, informasi baca di deskripsi atau blurb
Bersambung ke Bab 39 👇
Terima kasih sudah nyimak ceritanya 🙂
Salam
Mirastory
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Istri Pura-pura
RomanceAyda terkejut, ketika seorang pria yang sama sekali tidak ia kenal tiba-tiba saja membawanya paksa dari tempat ia bekerja dan memintanya untuk menikah dengannya. Hanya sekedar untuk menjadi istri kontrak, untuk terhindar dari yang namanya mantan ist...