Embun yang mendengar semua hinaan itu hanya bisa berusaha menahan bulir bening dari pelupuk matanya agar tidak mengalir begitu saja sembari melafalkan sebuah kalimat yang setidaknya membuatnya cukup tenang. "Mereka cuma salah paham"
"Permisi Embun mau lewat", ucapnya sembari melangkahkan kaki melewati empat gadis yang sedari tadi menghadangnya memasuki ruang kelas, namun ketika hendak melangkahkan kakinya menuju tempat duduknya yang berada dibarisan ketiga, tiba-tiba seseorang menarik rambut Embun secara kasar lalu membenturkan kepalanya kedinding kelas. Benturan ini cukup membuat Embun meringis menahan sakit yang menjalar di area kepalanya.
"Sakit", gumamnya pelan namun masih dapat didengar oleh Azel yang kini masih dalam keadaan memegang rambutnya.
"Makanya kalau gw belum izinin lo masuk, nggak usah masuk", Teriak Azel sembari manarik rambut Embun hingga membuatnya mendongak menatap Azel.
Seluruh teman-teman sekelas tidak ada yang berniat membantu Embun yang saat ini tengah menahan rasa sakit akibat perbuatan Azel, mereka semua menatap Embun dan Azel seolah-olah mendukung perbuatan Azel.
"Zel udah", Ucap Aster yang saat ini berada di depan pintu yang bertugas untuk berjaga-jaga.
"Lu manggil Azel atau Itzel?", kali ini Isla yang berbicara.
"Azel, lagian si Itzel namanya Fayre juga ngapain ngenalin namanya Itzel, si Azel juga dipanggil Lia nggak mau".
"Berisik", bentak Azel dan Itzel secara bersamaan.
"Singa betina lagi otw kesini Zel", lanjut Aster sembari melangkahkan kakinya menuju tempat duduknya.Azel yang mendengar informasi dari Aster segera melepaskan rambut Embun dan berlalu menuju tempat duduknya yang berada dibarisan pertama pojok kanan bersama Itzel. Sedangkan Isla dan Aster duduk tepat dibelakang Azel dan Itzel.
"BERISIK", teriak seorang gadis berkulit putih redup dengan rambut panjang yang selalu ia kepang satu serta sebuah headset yang selalu ia pakai meski tidak tersambung ke ponselnya. Kelas yang tadinya berisik, seketika hening saat gadis yang tadinya berteriak di luar kelas telah berada di dalam kelas.
"APA LO LIAT-LIAT?", bentak gadis tadi saat melirik ke arah Azel yang ternyata juga melirik ke arahnya. Azel yang dibentak pun hanya memberikan tatapan tajam ke arah gadis itu sembari terus memperhatikan gadis berseragam OSIS itu berjalan menuju bangkunya.
"Pagi Embun", sapanya lembut kepada seseorang yang sedang duduk manis di sebelah bangkunya.
"Pagi juga Risa", balas Embun dengan senyum manisnya, ya gadis yang sedari tadi membuat suasana kelas tegang merupakan teman sebangku Embun, bukan hanya sekedar teman sebangku. Risa adalah sahabat Embun sejak mereka Melaksanakan kegiatan MPLS khusus anak baru."Eh bentar deh, itu kening lo kok agak memar gitu, kenapa?", tanya Risa ketika memandang lawan bicaranya.
"Emmm nggak papa kok Risa", jawab Embun agak gugup, namun sebelum menjawab pertanyaan dari Risa Embun sempat melirik kepojok depan dan hal itu cukup membuat Risa tahu siapa dalang dari memar yang terdapat dikening Embun."Azel", ucapnya menunggu anggukan dari Embun, namun Embun tak merespon apa-apa, lalu ia dengar kasar mendorong bangkunya kebelakang hingga menghasilkan suara yang cukup keras hingga dapat menarik perhatian seluruh anggota kelas. Risa berjalan dengan penuh emosi ke meja Azel yang berada di pojok kanan depan.
"Lo kan yang udah nampar Embun", teriaknya setelah menggebrak meja Azel yang menyita perhatian semua anggota kelas, ada yang kasihan kepada nasib Azel karena sudah berusan dengan Risa, ada juga yang memaki Risa yang terlalu kasar dan ujung-ujungnya menyalahkan Embun, mereka semua yakin bahwa Embun telah mengadu kepada Risa.
"Diih najis banget gw sentuh si jalang", jawabnya sembari melihat kearah lain seakan enggan menatap sang lawan bicara.
"Ooh najis lo nyentuh si jalang,,eh JALANG?"Plak
Suara tamparan terngiang begitu nyaring di dalam kelas, tamparan yang begitu keras membuat Azel spontan memegangi pipinya yang terasa sedikit panas. Namun saat Azel hendak membalas Risa, Risa lebih dulu menangkap tangan Azel lalu menghempaskannya secara kasar lalu memilih berjalan kedepan kelas.
"GW PERINGATIN LO SEMUA, JANGAN ADA YANG BERANI MENGGANGGU EMBUN! KARENA KALAU ADA YANG BERANI, BERARTI LO JUGA SIAP BERHADAPAN DENGAN GW! PAHAM?" Teriaknya di depan kelas dengan suara yang lantang, sedangkan teman-teman yang mendengar Risa tak ada yang berani angkat suara, mereka hanya mengangguk tanda setuju atas peringatan Risa.
Beatarisa Elaine Adyra atau kerap disapa Risa merupakan satu-satunya cewek yang paling ditakuti oleh siswa dan siswi IATHS karena gadis ini terkenal dengan sifat yang galak dan tegasnya. Namun bukan itu saja yang membuat siswa dan siswi IATHS segan kepada Risa, melainkan karena Risa telah menguasai dua jenis olahraga bela diri, yaitu Karate dan Taekwondo. Terhitung Risa termasuk salah satu siswi yang sering membawa piala untuk sekolah karena menjadi utusan sekolah di bidang karate ataupun taekwondo. Siswa dan siswi IATHS yang terkenal berasal dari keluarga yang lumayan kaya jika tidak boleh dikatakan kaya raya biasanya hanya dimanjakan dengan harta yang berlimpah dan tak jarang demi keamanan putra maupun putrinya para orang tua itu tak segan-segan menyewa bodyguard baik itu untuk anak cewek atau pun cowok. Berbeda dengan Risa yang telah belajar bela diri sejak ia masih berada di tingkat dasar. Semenjak SD kelas 3 Risa mulai les bela diri, hingga saat ini ia sudah menguasai teknik-teknik bela diri yang benar. Risa juga merupakan ketua keamanan di OSIS karena mereka dan bahkan guru pun tahu, Risa sangat cocok dengan jabatannya itu.
"Itu lo diapain aja sama si Azel?" tanya Risa setelah duduk kembali di bangkunya.
"Aku kamu donk", protes Embun karena biasanya Risa akan manggil lo gue apabila ia sedang marah kepada Embun dan untuk panggilan Aku-kamu hanya ditujukan kepada Embun.
"Iya itu maksud aku".
"Tadi Embun dihadang mereka berempat di depan kelas, terus pas Embun nerobos jalan buat ke meja, eh si Azel narik rambut Embun, terus dibenturin kepala Embun ke dinding terus dia tampar Embun deh", jelasnya panjang lebar."Tapi Embun nggak papa kok", lanjutnya sembari tersenyum manis ke arah sahabatnya agar sahabatnya itu tidak khawatir lagi.
"Harusnya tadi kamu kasih tau dulu, supaya aku bisa balas si Azel dengan setimpal".
"Ih jangan gitu"."Kenapa kamu tidak pernah melaporkan perbuatan mereka kepada orang tuamu?"
"Karena Embun sudah dewasa! Tidak semestinya selalu merepotkan orang tua Embun, terkhusus Ayah. Dia cukup fokus bekerja, tidak perlu repot-repot mengurus masalahnya Embun".
"Dasar keras kepala, kalau kamu digangguin lagi gimana?".
"Kan ada Risa".
"Dasar nyusahin".
"Biarin".Di IATHS ini segala masalah yang dialami siswa, sekolah tidak akan menanggapi masalahnya apabila hanya siswa yang melaporkan, melainkan sekolah hanya menerima laporan dari orang tua siswa. Begitulah salah satu peraturan aneh di IATHS.
Selamat membaca....
Happy Reading,,,,
Salam hangat Author ^_^
~Hujan Rinai
KAMU SEDANG MEMBACA
SEBENING EMBUN SEHANGAT SENJA
RomanceSEBENING EMBUN SEHANGAT SENJA Menceritakan tentang seorang gadis bernetra biru yang bernama Embun dengan segala kesederhanaannya, namun sifatnya yang terlalu sederhana membuatnya selalu jadi bahan bullian diantara teman-temannya, karena mereka beran...