PART 6. Pembalasan

21 10 0
                                    

Koridor sekolah yang tadinya sangat sepi karena seluruh siswa sedang berada di dalam kelas mengikuti proses belajar mengajar kini telah ramai karena jam sudah menunjuk pukul 18.00, di IATHS memang menerapkan sistem fulldays sehingga mereka memulai kegiatan belajaar jam 08.30 dan selesai jam 18.00.

"Kamu pulang sama siapa Mbun?", tanya Risa membelah lautan suara yang saling bersahutan.

"Embun kan bawa sepeda".

"Oh iya aku lupa, ya udah aku duluan yah, kalau ada apa-apa segera hubungi aku", Pesannya kepada Embun, langkahnya menuju kearah yang berlawanan dengan Embun, karena hari ini Risa membawa mobil. Sehingga ia berjalan menuju parkiran khusus mobil sedangkan Embun berjalan menuju parkiran khusus sepeda motor yang cukup jauh dari parkiran khusus mobil.

"Ikut gw", Ucap seorang gadis sembari menarik tangan Embun secara kasar menuju sebuah tempat yang tak lain dan tak bukan adalah toilet.

"Azel lepas", ucapnya pelan. Ya gadis yang tadinya menarik tangan Embun menjauh dari parkiran adalah Azel yang diikuti oleh teman-temannya.
Sesampainya di tempat tujuan, Azel mendorong Embun dengan cukup keras hingga membuatnya terbentur dinding toilet yang cukup dingin. Embun dapat melihat dari mata Azel, bahwa ia sedang marah kepadanya dan Embun tau ini semua pasti karena tadi Risa menampar Azel. Dan saat ini Embun hanya bisa pasrah karena tak akan ada yang bisa menyeamatkannya saat ini dan juga tak akan ada yang mau.

Tanpa berbicara apa-apa Isla dan Aster menahan tubuh Embun sehingga Embun yang sedari tadi memberontak jadi tertahan. Sedangkan Azel memulai aksinya dengan menarik rambut Embun secara kasar ke belakang lalu mencelupkan kepala Embun ke dalam wastafel yang sudah berisi air. Hingga 7 detik kemudian Azel mengangkat kembali kepala Embun hingga Embun bernafas tersengal-sengal, namun seketika Azel kembali mencelupkan kepala Embun kedalam wastafes. Hal yang sama dilakukan Azel berkali-kali, hingga Azel berhenti dan menuai komentar dari teman-temannya, karena mereka masih sangat asik menikmati pertunjukkan yang menurut mereka sangat menyenangkan.

"Kok berenti sih Zel", protes Isla
"Kalau gitu terus bisa mati dia", jawab Azel dengan sedikit melirik ke arah Embun yang masih berusaha mengatur nafasnya.

"Menarik juga, ayo lakukan lagi Zel", ujar Aster yang sontak membuat Embun membulatkan matanya  terkejut dan seketika tubuhnya melemas, Embun terus berfikir apa benar mereka ingin membunuh dirinya, sebenci inikah teman-temannya ini?
"hhhhhhhhhhhh", sontak ke empat gadis itu tertawa bersamaan saat melihat ekspresi Embun yang saat ini sangat ketakutan.
"Pegangin dia", hingga tawa mereka berhenti dikala Itzel buka bicara dan segera menuruti perintah Itzel.

Byurrr

Seketika seragam Embun basah akibat perbuatan Itzel yang menyiramnya dengan ember yang terisi air penuh.
1 Kali
2 kali
3 kali
4 kali
5 kali
Akhirnya Itzel menghentikan aksinya saat Embun tak lagi dapat menahan berat badannya, Embun tidak pingsan, ia hanya terduduk lemas akibat guyuran air yang menurutnya cukup dingin itu belum lagi aksi Azel tadi. Ya itu cukup membuat tubuh Embun lemas hingga tak sanggup berdiri lagi.

"Lo ngadu ke Risa abis lo", ancam Itzel sembari melempar asal ember yang sedari tadi ia pegang. Mereka keluar dari toilet dengan tawa yang menggelegar hingga terbawa tiupan angin sepoi-sepoi kala itu, hingga mereka tak sadar ada seorang pria yang tengah memperhatikan mereka dari awal mereka menyeret Embun masuk hingga keluar dengan tawa yang begitu keras dan tentunya tanpa Embun.

"Zel, gw sebenarnya pengen balas si singa betina, karena bagaimanapun yang nampar lo tadi itu Risa bukan Embun", Itzel memulai pembicaraan dan sontak membuat Azel, Isla dan Aster menghentikan tawanya.

"Iya gw kesel banget saat si singa betina nampar gw di depan kelas".

"Maaf guys gw nggak bisa ikut ngejahilin si Risa, soalnya kalian tau sendiri kan kalau gw di sini beasiswa dan keluarga si Risa sangat berpengaruh atas pembangunan sekolah ini dan satu lagi, paman si Risa itu kepala sekolah. Bisa-bisa beasiswa gw dicabut kalau Risa ngadu ke keluarganya", ucap Aster  sedikit murung.

Aster memang bukan berasal dari keluarga yang kaya, bahkan Aster merupakan tetangga Embun dirumah lama Embun yang berada di kompleks yang dihuni oleh keluarga sederhana dengan rumah yang sederhana pula. Ayah Aster hanya bekerja sebagai supir taksi sedangkan ibunya hanyalah ibu rumah tangga. Soal Embun yang sudah menjadi seorang tuan putri di rumah megah milik pengusaha muda yang cukup terkenal yaitu Nagatama Pradipta, Aster telah mengetahuinya namun ia memilih untuk tidak memberitahu teman-temannya tentang kenyataan Embun yang sebenarnya karena ia masih senang membully Embun. Di IATHS terdapat 5 orang murid yang mendapat beasiswa atas kepintaran dan keahlian yang mereka miliki dan salah satunya yaitu Aster.

"Lah lu malah ngomong gitu, gw jadi keingat ama bokap gw yang lagi ngerjain proyek besar bareng bokapnya Risa, bahkan gw disuruh Bokap buat baik-baikin si Risa", Isla menimpali dan mendapat anggukan dari Itzel saudara kembarnya sebagai pertanda bahwa ia juga setuju atas penuturan saudara kembarnya ini.

"Baiklah kita cari cara ngerjain singa betina tanpa ketahuan siapa pelakunya", ucap Azel setelah menghembuskan nafas pasrah. Ya seorang Risa si singa betina memang sangat sulit untuk diusik.
"Okkay", jawab mereka serentak.

Selamat membaca.....
Happy reading,,,,,,
Salam hormat dari Author......
~Hujan Rinai

SEBENING EMBUN SEHANGAT SENJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang