Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
• • •
Jing Yuan tau, ia sudah tau sejak dulu jika Yanqing menyimpan perasaan khusus pada adiknya. Dan sebagai sang kakak ia tidak mempermasalahkannya, Jing Yuan sendiri yang membesarkan Yanqing, ia tau tabiat anak muridnya itu hingga ke akar.
Yang menjadi permasalahan mungkin bagaimana [Name] menerima kenyataannya nanti, mengingat dirinya benar - benar menganggap Yanqing sebagai adik bungsu. Shock? Marah? Benci? Takut? Entah yang mana itu, bahkan Jing Yuan tidak bisa memberi kepastian.
Dan sebagai anggota keluarga tertua yang memegang jabatan kepala keluarga, Jing Yuan harus menyelesaikan masalahnya sebelum tenggelam terlalu lama dan meledak ke daratan.
Kembali lagi dengan dua insan yang tengah menghabiskan waktu bersama. Yanqing menahan pergelangan tangan [Name] lalu menjauhkan dari wajahnya. Bingung penuh tanda tanya, ada apa gerangan? Apa Yanqing tidak suka jika diberi kecupan seperti Jing Yuan?
“Jiějiě—” Yanqing menggeleng kecil lalu nenghela nafasnya. “[Name].”
Raut bingungnya bercampur dengan perasaan resah, khawatir, dan sedih. Perubahan notasi suara Yanqing dan panggilan untuknya terdengar aneh, [Name] tidak nyaman. “Aku bukan saudara kandung Jièjie dan Dàgē.”
“Kau kepikiran dengan yang Tingyun bilang? Padahal kau sendiri yang meminta ku untuk tidak memikirkannya terlalu jauh.”
“Bukan seperti itu! H, hanya saja, aku,” degup jantungnya berdetak tidak karuan. Yanqing adalah seorang letnan, ahli berpedang, ia tidak mungkin menyerah hanya karena masalah hati dan perasaan 'kan? Tapi saat ini, ia begitu takut. “Yang nona Tingyun katakan benar. Kita bukan keluarga satu darah, dan rawan bagi salah satu untuk menyukai keluarganya sendiri.”
“Aku tidak bisa menjadi Dìdì untuk Jiějiě lagi.”
Hening melanda, hanya suara bising masyarakat yang terdengar. Yanqing tidak berani melihat raut wajah [Name], bahkan merasakan auranya saja ia tidak sanggup. Sang perempuan berdiri, menepuk pundak lelaki muda dihadapannya lalu beranjak menjauh tanpa sepatah kata.
