،،𝐇𝐎𝐍𝐊𝐀𝐈 𝐒𝐓𝐀𝐑 𝐑𝐀𝐈𝐋; 𝘿𝙍𝘼𝘽𝘽𝙇𝙀 , 𝙂𝙊!¡𓆰՞

「 𝘽𝙇𝘼𝘿𝙀 ✧ 𝙋𝙍𝙄𝙑𝘼𝘾𝙔. . . 」

╭                                             ╮
Character, Blade
Genre, Mature'21+

⚠️⚠️Peringatan⚠️⚠️
Akan ada adegan dewasa yang tidak pantas dibaca oleh pembaca dibawah usia. Pastikan ada sudah bisa bertanggung jawab ketika membaca ini

╰                                             ╯

❝ Go get some privacy place, please ❞

Terkadang jika bisa [Name] sangat ingin menolak saran Kafka. Maksudnya bukan berarti dia ingin membangkang, tapi Kafka itu suka sekali bermain - main dengan [Name]. Contohnya seperti saat ini. Kafka memerintahkan [Name] bersama Blade dan Silver Wolf untuk menghadiri acara pesta dansa disalah satu planet, Kafka bilang ini perintah Elio karena di acara ini akan ada transaksi ilegal.

“Kau bermain konsol game ya?” di tengah pesta, [Name] berkomunikasi dengan Silver Wolf melewati earpiece. “Lama sekali, mana targetnya?”

“Disini akan ada transaksi ilegal bodoh, jelas mereka mencoba memblokir sinyalnya. Kau pikir alat ku tidak butuh sinyal?”

Benar - benar bukan gaya [Name] berdiam di tempat ramai dan mewah sembari mengenakan gaun terbuka. Kafka sangat pintar memilih gaun hitam yang memamerkan bagian punggung, dan dibagian dada hanya tertutup dengan pita besar; Jika seseorang menariknya, nanti semua orang akan melihat tubuhmu~

“Sialan,” mengingat percakapan itu membuat [Name] ingin membanting konsol game Silver Wolf lagi.

“Para hadirin yang terhormat, mari kita mulai pesta dansanya!” sontak [Name] segera menjauh dari lantai tengah, tentu saja menghindari dansa. Niatnya sudah jelas [Name] tidak ingin berdansa lalu sosok pria kisaran berkepala tiga justru menghampirinya dan mengajak berdansa

“Bertingkah natural, [Name],” Silver Wolf juga tau perempuan keras kepala seperti [Name] pasti akan menolaknya mentah - mentah. Mungkin itu alasan mengapa Kafka membawa Silver Wolf di misi ini selain untuk mencari target tapi juga mengawasi kelakuan [Name] yang diluar kata tenang.

Sebelum tangannya menerima uluran pria paruh baya itu, lengan lain melingkari pinggangnya dengan sempurna dan menarik [Name] mendekat. Iris mata miliknya bagaikan batu Amber yang menyala menatap tajam ke arah pria paruh baya tersebut.

“Ah. . . Maafkan saya lady, saya berpikir anda belum memiliki pasangan,” pria paruh baya itu menunduk sopan sebelum perlahan melangkahkan kakinya menjauh.

Sang pemilik iris Amber kembali menarik pinggang [Name] masuk ke lantai tengah untuk berdansa. Ia menuntun tangan milik [Name] agar bersandar pada bahunya sementara tangan yang terbalut perban melingkari pinggangnya.