Bab 12

308 43 1
                                    

Wina sedang mengamati dirinya di cermin. Berat badannya semakin berkurang. Bayangan gelap di bawah mata mulai memprihatinkan. Setiap hari ia hanya menghabiskan waktu meratapi hidup yang kian merana. Bahkan tak jarang tak memedulikan Caleb sedang menangis meminta perhatiannya.

Untung saja ada Mbak Aisyah, salah satu asisten rumah tangga keluarga Lyon yang memang diutus oleh Maya untuk menjaga Wina dan Caleb selama masa pemulihannya setelah operasi pengangkatan kista.

Sudah dua minggu sejak putus dari Owen dan tiga hari keluar dari rumah sakit, Wina semakin merasa hidupnya kosong. Perasaan tertolak dan kesepian datang silih berganti. Kata-kata Owen sangat melukainya. Ia bahkan kembali mempertanyakan diri, apakah masih layak dicintai?

Minggu lalu saat ia dirawat di rumah sakit sebelum operasi, tak ada yang menemaninya. Kata-kata Owen dan Lyon di masa lalu yang mengatakan kalau ia adalah perempuan merepotkan, membuat Wina tak mau ditunggu oleh siapa pun.

Ia takut akan mengganggu kesibukan banyak orang, apalagi Maya sebagai orang tua Lyon. Wina takut dimarahi Lyon jika tahu maminya meninggalkan pekerjaan rumah untuk menunggunya. Menitipkan Caleb pada Maya saja sudah membuat perasaannya tak enak, ia tak mau lagi direpotkan dengan tetangganya itu harus menginap di rumah sakit. Ia merasa tak seistimewa itu sampai membuat orang-orang harus mengorbankan kepentingan pribadi untuk menemaninya.

Wina sempat berpikir ingin memberi kabar pada Nadya dan Ruli tentang keberadaannya di rumah sakit. Akan tetapi, lagi-lagi ia mengurungkan niat karena pikiran buruk takut akan mengganggu aktivitas perkuliahan kedua gadis itu.

Pada akhirnya seperti yang sudah-sudah, Wina berusaha mensugesti dirinya kalau ia baik-baik saja dan tak pernah sendiri, ada orang tua dan Tuhan yang sedang mengawasinya dari Atas.

Ketika hari akan dilakukannya operasi yang dijadwalkan pukul enam pagi. Setelah selesai semua persiapan di ruang rawatnya, Wina didorong keluar dari ruangan, ia tak mampu berkata-kata dengan mata yang berkaca-kaca, tak dapat menahan haru menemukan orang-orang yang sangat ia kenali sedang menunggunya di luar kamar dengan ekspresi wajah yang tak bisa dideskripsikan. Ada Ruli, Nadya, Tante Mistika–teman bisnis Filiyana, kedua orang tua Lyon, dan Caleb.

"Hai, Wina, maaf aku telat datang di saat kamu lagi sakit. Sekarang tenangkan pikiranmu dan aku yakin operasimu pasti akan lancar," ujar Ruli yang pertama kali menghambur memeluk sahabatnya dan Wina bisa melihat bahu gadis itu berguncang.

"Hei, udah, jangan nangis. Aku nggak kenapa-napa," ucap Wina mengelus punggung sahabatnya itu.

Nadya berganti memeluk Wina, "Untung kemarin Lyon kasih tau kita, kamu akan dioperasi. Mantanmu itu masih peduli ternyata."

Wina melebarkan kelopak mata mencuri lirik ke arah orang tua Lyon. Menutupi kepanikannya pada ucapan Nadya, ia menepuk keras punggung gadis yang tengah memeluknya kencang.

Walaupun orang tua Lyon terlihat biasa saja, Wina yakit mereka sudah mendengar ucapan Nadya yang memiliki volume suara yang tak normal seperti perempuan pada umumnya.

Wina mengelus lengan kedua temannya bergantian. "Makasih, ya, aku nggak tau gimana caranya kalian bisa sampai di sini. Maaf, gara-gara operasiku kalian harus absen untuk datang menemuiku."

"Lagi ada long weekend, Wina... makanya, jangan kelamaan di rumah, akibatnya nggak tau tanggal merah, kan," kata Nadya sedikit sinis dan hampir saja ia mendorong dahi Wina. Untung ada Ruli yang langsung menepis tangan Nadya.

Kompak orang-orang di sekitar tertawa mendengar ucapan nyinyir Nadya, termasuk Wina yang sangat mengetahui bagaimana mulut kejam sahabatnya itu.

Malika mendekat dan mengusap kepalanya. "Wina, kamu kuat, ya, Nak. Tante dukung kamu lewat doa."

Menolak Move On (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang