4' {Rumor itu}

3.2K 199 3
                                    

Dia melihat tiga anak di gazebo itu belum juga dijemput, padahal sekolah juga sudah terlihat sepi. Dan salah satu diantaranya adalah Nico, namun Jeremi tak terlalu menghiraukan situasi itu dan segera ke ruang guru untuk memberikan kertas lembarannya itu.
Untungnya tak banyak guru disana, Jeremi pun langsung menaruh lembarannya di tumpukkan milik kelasnya.

"Untung aja belum dikumpulin
ke ruang tata usaha"
Batin Jeremi

Setelah itu Jeremi langsung bergegas pulang dan tiba saatnya dia akan mengambil motor, dia melihat di gazebo itu salah satu dari tiga anak itu sudah pulang, namun bukanlah Nico yang pulang. Nico masih ada disitu dengan kepala tertunduk sambil memegang ponsel ditangannya bersamaan dengan wanita di sebrang kanannya yang sepertinya juga sedang menunggu jemputan.
Jeremi yang merasa kasian pun akhirnya menghampiri Nico sebelum mengambil motornya,

"Nico?, nunggu jemputan?", tanya Jeremi

"Ehh Jeremi, iya aku masih nunggu dijemput", jawab Nico yang sontak membuat kepalanya mendongak ke sang sumber suara

"Udah chat yang ngejemput elu?"

"Aku udah chat ayah, dia bakal jemput aku terlambat hari ini karena ada urusan kantor"

"Kenapa gak pesen online?"

"Aku nggak boleh naik itu hehe"

"Hmm apa gara-gara itu ya?,
(Pelecehan yang Nico dapet)
makanya ayahnya ngeprotect dia"
Batin Jeremi

"Oh, i see.
Alamat rumah lu dimana?"

"Perumahan permata jingga blok w-14"

"Bareng gw aja, mau?"

"Ehh... tapi"

"Ini udah mau sore, gak baik juga, apalagi...
Udahlah gw anterin aja, chat ayah lu kalo lu bareng sama temen lu, gw ambil motor dulu"

Sementara Jeremi mengambil motornya, Nico mengirim pesan pada ayahnya dibarengi dengan jantung yang berdebar dan tangan yang gemetaran.

"Gw pake motor ini, it's oke kan?", tanya Jeremi yang datang dengan motornya itu

"Nggak papa kok", jawab Nico yang berbanding terbalik dengan kondisinya saat ini, badannya serasa panas dingin saat akan menaiki motor Jeremi

"Gw gak bawa helm jadi kita lewat jalur dalem aja",

"Iya nggak papa"

"Kalo lu ngerasa mau jatuh, lu bisa pegangan ke gw"

Tak ada jawaban dari Nico
Sampai akhirnya perjalanan dimulai.
Perjalan berjalan mulus, Jeremi mengendari motor itu dengan kecepatan normal karena dia tahu dia sedang membonceng seseorang. Namun diperjalanan saat melewati polisi tidur, Nico merasa kalau dirinya sedikit merosot dan mengira akan jatuh, sontak dia pun meraih jaket milik Jeremi untuk digenggam.
Jeremi yang menyadari hal itu pun hanya tersenyum tipis

"Kita udah sampe, lu bisa turun"

"Ohh iyaa, makasih ya, maaf banget ngerepotin, ayo masuk dulu aku buatin minum"

"Gak usah ntar ngerepotin"

"Nggak papa masuk aja dulu, istirahat sebentar aja kamu pasti capek"

"Okelah",  awalnya Jeremi sempat ingin menolak dan pulang tapi Jeremi berubah pikiran karena ada hal lain yang ingin dia lakukan

Setelah memarkirkan motor Jeremi pun masuk ke dalan rumah Nico

"Duduk aja dulu
(Jeremi pun duduk di sofa panjang ruang tamu rumah Nico)
Kamu mau minum teh atau susu?", 

"Teh aja"

    Namun siapa sangka kejadian ini adalah awal dari hubungan mereka menjadi dekat dan hangat, terlebih lagi dengan Jeremi yang sebenarnya mempunyai sifat kaku terutama untuk anak laki-laki.

    Sambil menunggu Nico menyiapkan teh, Jeremi memadang sekitar sembari melihat ponsel miliknya.

"Ini tehnya, maaf nunggu lama"

"Makasih",
jawab Jeremi sambil menyeruput teh buatan Nico, dan bertanya
"Btw ini dirumah lu lagi sepi ya?"

"Iya, ayah tau kalo aku baik-baik aja dan aku udah sampai dirumah. Jadi dia ikut rapat lanjutan ke luar kota katanya dia bakal pulang hari senin, kalo mamaku pergi ke rumah nenekku dari kemarin, mamaku bakal pulang hari minggu, karena beberapa hari ini nenekku lagi sakit, jadi banyak juga kerabat yang bergantian ngejaga nenekku"

"Ohh gitu, semoga lekas sembuh.
Kalo saudara?"

"Aku nggak punya saudara karena aku anak tunggal"

"Ohh gitu, pasti sepi banget"

"Hehe kadang aku juga ngerasa gitu,
Kalo kamu?, anak tunggal juga?"

"Nope, gw punya kakak laki-laki dan kita sering berantem meski setelah itu damai lagi"

"Oh ya? Pasti seru ahaha"

"Gak juga, lebih seru kalo berantemnya sama anak-anak di kelas"

"Ahh temen-temen kelas ya..."

Jeremi melihat ekspresi wajah Nico yang berubah menjadi terlihat murung

"Hey bro? Kenapa?",  tanya Jeremi sambil menoleh ke arah muka Nico

"Ahh nggak, hanya aja, aku juga pengen ngerasain gimana punya temen deket di kelas, bercanda bareng, ke kantin bareng, jalan bareng pas perjalan keluar kelas, kadang aku punya pemikiran kayak gitu"

"Lu... gak pernah ngerasain itu?"

"Aku nggak pernah ngerasain itu semua di SMA kali ini"

"Kenapa?, lu bisa coba buat bergaul sama siapa aja"

"Nggak, aku terlalu takut buat ngelakuin itu"

"Takut?, takut kenapa?",  tanya Jeremi sambil menaikkan alis sebelah kanannya

"Ini agak sensitif , aku yakin banyak orang nggak bisa nerima ini dan aku takut kamu juga nggak bisa nerima cerita aku"

"It's okey meski gw kayak gini, gw bisa nerima semua cerita dari orang lain, entah tentang apapun itu",  jawab Jeremi sambil menggeser duduknya agar lebih dekat dengan Nico

"Kamu tau, banyak orang bilang kalo aku itu bisex, tapi itu salahh!, aku nggak pernah suka cowok, meski dengan tubuh yang kayak gini aku tetep suka wanita meski kadang aku ditolak mentah-mentah,
Tapi kalo kamu pernah denger aku dilecehin sama cowok, itu bener. Dia suka aku dan nyuruh aku buat nerima cinta dia, tapi aku nggak suka dia, aku nggak suka cowok. Pas itu dia bareng tiga temennya, aku sendirian dan gak bisa ngapa-ngapain selain nerima keadaan hari itu. Aku yakin rumor itu sudah menyebar ke banyak anak dan itu nggak sepenuhnya bener, aku udah sepenuhnya nyoba buat bodo amat dan nerima hal itu, tapi aku berharap aku punya temen deket yang seengaknya bisa bikin aku ngerasa nyaman di sekolah"

"Jadi rumor itu ada yang salah,
tapi juga ada yang bener"
Batin Jeremi

Tak lama dia melihat Nico yang menunduk dengan mata merah dan berkaca-kaca seakan sedang menahan air mata.
Karena merasa kasian Jeremi tak sadar bahwa alam bawah sadarnya sedang menyuruh tangan kanannya untuk memegang rahang sebelah kiri Nico lalu menghadapkannya ke wajah Jeremi sambil berkata

"It's okey, kamu punya aku sekarang"

Cute of Mine  |  GxBTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang