"Dia temanku... Hal wajar untuk khawatir." kata Itt pelan, takut Day akan mulai berdebat.
"Teman? Hah..." kata Day.
Itt sepertinya tidak mengerti, jadi Day bangun untuk meletakkan piring di dapur. Sosok kurus itu ingin menelepon Nick lagi tapi tidak berani karena takut Day akan melakukan sesuatu, Itt hanya bisa berharap dan berdoa agar Day tidak melakukan apapun pada Nick.
"Itt!" Day memanggil dengan keras, menyebabkan sosok kurus itu tersentak.
"Kenapa?!" Itt balas berteriak, Day menghambur keluar dari dapur.
"Apakah kau makan semua kue?" Day bertanya dengan muram. Wajah Itt langsung jatuh.
"Yah...em...aku makan semuanya." Itt menyerah, tapi dengan enggan.
"Kalau perutmu sakit, jangan menangis," keluh Day.
'Sial, memangnya kau peduli padaku?'Itt hanya bisa berpikir di dalam hatinya.
Drrrttt..... Drrrtt....
Telepon Itt berdering, sosok itu sedikit bergidik saat Day melihatnya.
"Siapa ?" Day bertanya pelan.
"Ai Nick," jawab Itt dengan tenang.
"Katakan padanya seseorang akan menemuinya. Kau tidak perlu turun, minta dia menunggu di depan kondominium," kata Day.
"Day, Nick tidak ada hubungannya dengan ini..." kata Itt buru-buru.
"Menurutmu apa yang akan ku lakukan dengan temanmu? Jawab teleponnya!" teriak Day.
Itt mau tidak mau harus menjawab panggilan itu.
"Nick... kau sudah sampai? Parkir saja di depan kondominium, seseorang akan turun dan mengambil dompetnya. Aku tidak enak badan untuk turun... tidak...bukan apa-apa...uh...terima kasih banyak." kata Itt sebelum menutup telepon dan menatap Day.
"Aku sudah memberitahunya." jawab Itt.
"Tunggu di sini, aku akan mengambilnya." kata Day sebelum mengambil ponsel Itt dan berjalan membuka pintu kamar.
Itt menatapnya dengan cemas. Day meninggalkan ruangan dan berjalan ke depan kondominium sebelum mencari mobil yang diparkir di depan. Ketika dia melihat mobil itu, dia berjalan ke sisi pengemudi dan mengetuk jendela. Begitu Nick menurunkan kaca jendela, Day menjadi tenang.
"Apa kau teman Itt, Nick?" Day bertanya pelan, mengamati Nick.
"Krap. Kemana Itt? Kenapa dia tidak mengambilnya sendiri?" tanya Nick.
"Dia sibuk, tidak bisa turun. Berikan saja dompetnya padaku, aku akan memberikan padanya." kata Day.
"Bolehkah aku naik untuk melihat Itt?" tanya Nick lagi.
"Tidak, ini sudah larut! Kenapa kau ingin naik?" Day berkata dengan suara tegas dan wajah tidak puas.
"Oh, tidak apa-apa. Ini dompetnya." kata Nick sebelum menyerahkan dompet itu kepada Day.
Day mengambil dompetnya dan segera naik ke apartemennya, tanpa menunggu untuk mendengar apa yang akan dikatakan Nick.
"Benarkah? Bagaimana bisa Neil bilang Nick suaminya, Haha. Kalau dia bilang Itt suami Nick, itu lebih pantas." gerutu Day di lift saat melihat Nick.
Day berjalan kembali ke apartemennya, Itt berbalik dengan cepat untuk melihat, saat Day melemparkan dompetnya.
"Apa yang telah terjadi?" kata Itt.
"Kenapa kau bertanya?" Day bertanya pelan.
"Kau tidak melakukan apa-apa, kan?" Itt bertanya.
"Memangnya kau melihat ku orang seperti apa, Itt? Apa kau takut dengan apa yang akan kulakukan pada temanmu?" kata Day keras-keras.
YOU ARE READING
DAY ITT STORY (BOOK 1) - END
RomanceIndonesian Translation for LOVE SYNDROME by YEO-NIM