BAB VIII : "The Real Reason"

87 10 3
                                    

Setelah kejadian tempo hari Kirana berubah menjadi lebih pendiam.

David menghela nafas saat lagi-lagi Kirana kembali mengabaikan keberadaan nya di villa ini. Wanita itu lebih banyak diam setelah kejadian kemarin sore dan tidak berbicara satu kata pun.

Benar-benar menyebalkan. Jika seperti ini lebih baik mereka pulang saja, kan?

Padahal baru saja kemarin David merasa bahwa bulan madu mereka ini tidak buruk juga. Tapi, kini ia kembali menarik kesimpulan bahwa ia dan Kirana memang tidak cocok satu sama lain.

David lagi-lagi menghela nafas panjang. Padahal dia sudah minta maaf..

Kemudian saat ia tengah asik membaca buku, suara dering ponselnya berhasil menarik perhatiannya.

Itu panggilan video call dari Jennikka.

Senyum nya tiba-tiba mengembang. Tanpa basa-basi lagi ia segera mengangkat panggilan itu  dan menghadapkan wajahnya di depan ponsel.

"David! Aku kangen banget!"

"Aku juga kangen kamu, Jen. Gimana liburan kamu sama keluarga?"

Jennika terlihat menghela nafas. Wajahnya tampak cemberut. "Ga seru. Ga ada yang bisa diajak senang-senang."

Mendengar itu lantas membuat David tertawa kecil. Ia mengerti akan maksud Jennika sebenarnya. David sedikit merasa tidak enak hati. "Jen, sekali lagi maaf ya aku ga bisa ikut. Sampaikan ucapan maaf buat bunda karena aku ga bisa ikut liburan bareng kalian. Kamu tahu sendiri kan kalau papa udah ngerencanain bulan madu aku sama kak Kirana dari jauh-jauh hari. Bulan madu nya ga bisa di batalin."

Jennika terdengar berdecak malas, "Ya, mau gimana lagi. Kamu udah ga sebebas dulu. Sekarang kamu udah punya istri yang harus kamu temenin setiap waktu. Gimanapun juga prioritas kamu sekarang Kirana, bukan aku."

"Jen... kita pernah bicarain ini sebelumnya, kan? Kamu tahu kan kalau kamu itu sahabat aku yang paling berharga? Selamanya kamu juga bakal tetap jadi orang yang nomor satu. Aku janji, di liburan selanjutnya kita bakal liburan bareng. Kita bakal pergi ketempat apapun yang kamu suka. Aku janji."

"Kamu serius? Kamu ga bakal ingkar janji, kan?"

David tersenyum manis. "Emang aku pernah ingkar janji?" Yang membuat Jennika tersenyum lebar dan menggeleng diseberang sana.

"Oh iya, Dav. Si Kirana mana? Kamu lagi sendirian?"

"Enggak kok. Kak Kirana lagi di kamar mandi. Habis ini kami bakal pergi ke restoran buat makan siang. Jadi dia lagi siap-siap."

"Gitu ya.."

David bergumam. Ia kembali melirik pintu kamar mandi yang masih belum terbuka. Kenapa Kirana masih belum selesai juga?

"Dav, kayaknya aku bakal nyusul kamu deh kesana."

"E-eh? Kenapa? Ngapain kamu nyusul aku?" Tanya David bingung.

"Aku mau ngabisin waktu sama kamu lah."

"Tapi, disini kan ada kak Kirana, Jen.. gimana kalo kalian sampai—"

"David? Kamu lagi nelpon siapa? Siapa yang mau nyusulin kamu?"  Itu suara Kirana. Perempuan itu sudah keluar dari kamar mandi dengan dress bunganya. David bersumpah ia benar-benar kaget ketika Kirana entah sejak kapan sudah berdiri di belakangnya. Padahal ia yakin betul ia tidak mendengar langkah kaki sedikit pun.

Dengan kikuk David menutup panggilan video itu. Ia terlihat seperti seorang suami yang terciduk sedang berselingkuh. Walaupun sebenarnya ia tadi sedang berbicara dengan sahabatnya sendiri.

Merry-go-round ; LDH & KHWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang