BAB II : "Not Easy"

87 11 4
                                    

Perkataan Jennika mengenai rumah tangga nya dengan Kirana masih membayangi pikirannya. Bahkan saat dosen nya berbicara didepan kelas ia terlihat tidak begitu mendengarkan hingga ia sempat beberapa kali ditegur oleh dosennya.

Dari awal ia merasa jika pernikahannya dengan Kirana benar-benar begitu membingungkan. Sampai saat ini ia masih tidak mengerti mengapa Kirana mau-mau saja menerima pernikahan mereka.

Ini tidak seperti Kirana yang ia kenal.

Bahkan Kirana terlihat lebih santai dari pada dirinya saat hari pernikahan mereka. Perempuan itu tersenyum kecil beberapa kali saat para tamu undangan memberikan selamat. Kirana juga bahkan memperlakukan nya dengan baik di depan semua orang. Ya hanya didepan semua orang.

Pada kenyataannya, perempuan itu suka bersikap seenaknya dan tidak terlalu peduli dengan orang lain.

Mungkin karena sikap itu pula lah David mulai mengkhawatirkan dirinya sendiri.

Didalam benaknya ia masih berfikir keras. Apa yang harus ia lakukan?

"Cher? Kamu tau gak David suka makanan apa?" David mengerutkan keningnya saat mendengar suara Kirana dari arah dapur ketika ia baru saja memasuki rumah mereka sore itu.

"Dia suka tumis sayur? Aneh banget. Biasanya anak seusia dia ga terlalu suka sayur? Oh dia emang suka sayur ya?" ucap Kirana lagi sambil membuka lemari es dan mengambil bahan-bahan untuk memasak.

David yakin sekali jika Kirana sedang menelpon Cheryl, kakaknya.

"Oh oke. Makasih ya." Setelah mengatakan itu Kirana meletakkan handphone nya diatas meja dan mulai memotong-motong sayur beserta daging untuk membuat makan malam.

Perempuan itu terlihat kebingungan saat melihat buku resep dan sesekali mendengus kesal. David yang melihat itu menghela nafas lalu berjalan mendekat dan merebut buku resep itu secara tiba-tiba.

"Kalau ga bisa masak, ga usah dipaksain." Ujarnya sambil meletakkan buku itu jauh dari jangkauan Kirana yang kini memandangnya datar.

"Sejak kapan kamu pulang? Kenapa ga kedengeran?" tanya Kirana dengan tangan yang terlipat di dada.

David memutar bola matanya malas. "Ga penting. Lagian kenapa sok-sokan mau masak sih? Kan kakak bilang kakak ga bisa masak. Ngapain repot-repot?"

Kirana sedikit menyingkir saat David bergerak mengambil empat butir telur dari dalam lemari es. Laki-laki itu memasak telur mata sapi untuk dua orang dan mengisi nasi diatas dua piring lalu memberikan salah satunya pada Kirana.

Kirana menatap David dan piring itu bergantian. Perempuan itu membuka sedikit bibirnya dan memandang David dengan tatapan terima kasih. Namun sebelum sempat mengucapkan terima kasih, David sudah lebih dahulu mengangguk dan menariknya untuk duduk dimeja makan.

"Kenapa ga pesan makanan aja? Kakak belum makan, kan?" tanya David setelah Kirana menyendokkan nasi dan telur kedalam mulutnya.

Perempuan itu meliriknya sebentar lalu menggeleng. "Aku baru bangun tidur." Jawabnya dengan tenang.

David membuka mulutnya sedikit. Speechless.

"Baru bangun?!"

"Iya."

David menggelengkan kepalanya tidak habis pikir. Laki-laki itu berdecak. Masih tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar.

"Tidur berlebihan itu ga baik, Kak." Nasehatnya yang hanya diangguki Kirana.

David kembali menghela nafas. Ia kemudian melirik salah satu ruangan yang kosong. "By the way, karena kakak ngerasa ga nyaman kita tidur bareng, kayaknya aku bakal tidur dikamar tamu mulai malam ini."

Kirana terlihat menghentikan makannya. Perempuan menatap David begitu lama hingga membuat David kebingungan. "Kenapa?" tanya David melirik Kirana aneh.

Perempuan itu menggigit bibir bagian bawahnya lalu membuang muka. Sendok yang ada digenggamnya ia genggam dengan erat.

"Ga boleh." Bisiknya dengan suara kecil.

David mengerutkan keningnya heran. "Kenapa ga boleh?"

Kirana menggeleng kecil. Perempuan itu menunduk sambil memegangi kepalanya. "Pokoknya ga boleh, Dav." Tegasnya yang semakin mengundang kebingungan David.

"Ya masa kakak tega ngelihat aku tidur diatas sofa semalaman? Mending lebih baik aku tidur di kamar tamu, kan? Aku juga ga bakal ngeganggu kakak." Ucap David lagi sambil membawa piring kotornya dan mencucinya di wastafel.

Sesaat keadaan berubah hening. Kirana yang masih duduk di meja makan diam tidak berkutik dan hanya menatap makanannya. Sementara David yang sudah selesai dengan kegiatan mencuci piringnya beranjak pergi kearah kamar utama kemudian menyeret keluar koper dan bantal kesayangan nya kearah kamar tamu yang tepat berada di samping dapur.

Kamar itu berukuran kecil, namun David tidak peduli. Yang terpenting ia tidak perlu harus tidur diatas sofa lagi.

Namun, ketika hendak melangkah masuk, Kirana sudah lebih dulu menariknya keluar dan mengunci kamar itu dengan kunci yang kini ada di genggaman nya.

David memasang wajah penuh protes. "Kak! Kenapa di kunci kamarnya?!"

Kirana berdecak malas lalu menyilangkan tangannya didepan dada. "Aku udah bilang, kamu ga boleh tidur di kamar itu."

"Ya terus aku harus tidur dimana?!"

Kirana berjalan menjauh dan mengangkat bahunya acuh. "Kita bakal tidur bareng." Jawab Kirana ringan.

"Tidur bareng? Tapi, bukannya—"

"—aku gapapa." Potong Kirana cepat yang membuat David bingung.

Laki-laki itu mengacak rambutnya frustasi. Dia menatap Kirana tidak habis pikir. "Kalo gapapa, kenapa tadi malem aku harus tidur di sofa?"

Kirana terdiam lalu berpaling kearah piringnya yang belum ia cuci. "Jangan banyak tanya deh. Pokoknya kamu ga boleh tidur disana. Titik. Jangan tanya-tanya lagi."

Mendengar itu David hanya bisa terperangah dan membuka mulutnya tidak bisa berkata-kata. Mata nya mengikuti Kirana yang kini berjalan menuju ruang keluarga. Ia berdecak dan dengan kesal kembali menyeret kopernya kedalam kamar mereka.

Dilain sisi, Kirana tersenyum tipis saat mendengar omelan kecil David yang terdengar kesal di dalam kamar mereka.

Malam hari nya mereka akhirnya berbaring diatas kasur yang sama. Mereka saling memunggungi satu sama lain setelah perdebatan mereka beberapa saat yang lalu.

Lampu sudah dimatikan dan jam sudah menunjukkan waktu tengah malam, namun Kirana belum menutup matanya. Perempuan itu bergeser sedikit untuk melihat David yang terlihat sudah pulas tertidur.

Ia kemudian bergerak untuk bangkit dan duduk di tepian kasur dengan kaki yang menyentuh lantai. Sekali lagi ia kembali melirik David yang kini sudah merubah posisi tidurnya menjadi menghadap dirinya.

Kirana tersenyum amat sangat tipis.

Sampai saat ini ia masih tidak menyangka jika adik sahabatnya sekaligus adik kelasnya di masa SMA akan berakhir menjadi suaminya.

Perjalanan mereka hingga berakhir seperti sekarang benar-benar diluar dugaan.

Kirana menghela nafas panjang. Perempuan berusia 23 tahun itu kemudian memandang foto pernikahan nya dan David dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Maaf..." Gumam nya diantara keheningan malam.

TBC

Jangan lupa vote komen ♥️

Merry-go-round ; LDH & KHWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang