01 : Alpha

601 65 6
                                    

[Gusion]

"You can kiss the bride"

Aku merasakan dadaku berdebar kencang saat pria tampan di hadapanku ini meraih pinggangku mendekat dan mengecup bibirku.

Tak apa Gusion... Ia suamimu sekarang!

Aku menguatkan diriku sendiri namun tak urung pipiku bersemu merah dan aku hanya bisa menunduk malu saat akhirnya ciuman itu lepas.

"Ayo" ia berkata datar dan menawarkan lengannya. Aku menggandengnya walau merasa sedikit malu dan sungkan.

Para hadirin berdiri dan bertepuk tangan meriah untuk kami saat suamiku membawaku keluar dari kuil mewah tempat kami mengikat janji suci perkawinan.

Sudah ada mobil mewah menanti di depan. Alpha membukakan pintu untukku dan aku masuk terlebih dahulu sebelum ia masuk dan duduk di sampingku.

***

"Huffhh" aku melirik alpha yang melepas jasnya dan melemparnya begitu saja. Ia lalu mengambil handphone dan sibuk mengetik. Aku tak berani mengganggunya.

Mobil membawa kami ke sebuah mansion mewah dua tingkat dimana para pelayan berdiri di depan rumah menyambut kedatangan kami.

Brugghh.

Alpha keluar dari mobil terlebih dahulu dan aku masih menunggu di dalam. Menunggu ia membukakan pintu. Namun tampaknya ia langsung masuk begitu saja ke dalam rumah.

"Tuan nyonya, silahkan" seorang pelayan membukakan pintu.

"O-oh iya" aku turun dan mengangguk pada semua pelayan yang membungkuk menyambutku.

Aduh aku harus bagaimana ini? Aku harus kemana?

"Mari tuan nyonya"

Seorang pelayan memberi isyarat agar aku mengikutinya.

Aku melihat berkeliling dengan takjub. Rumah ini begitu mewah dengan ornamen-ornamen berwarna putih nan elegan. Wanginya juga harum dan segar. Mungkin karena tamannya juga sangat luas dan ditanami berbagai macam bunga.

Seperti mimpi saja rasanya sekarang aku akan tinggal di tempat yang bagai istana ini.

"Bawa dia ke kamar tamu"

Alpha duduk di sofa, masih sibuk dengan handphone nya.

"Baik tuan"

Pelayan membawaku ke sebuah kamar dan membuka pintunya. Aku masuk berkeliling dan berdecak kagum. Kamar ini saja luasnya lebih luas dari keseluruhan rumahku di desa. Ada TV, AC, lemari es kecil, dan kamar mandi yang menyatu di dalam kamar.

"Silahkan tuan nyonya. Kalau ada apa-apa panggil saya"

"Iya terima kasih. Oh ya, namamu siapa?" tanyaku.

"Nama saya Milie tuan nyonya" jawab si pelayan sambil membungkuk lalu pamitan.

Aku membuka lemari dan membereskan barang bawaanku yang tidak seberapa. Baju-baju ganti, handuk, alat mandi, dan... Aku meraih foto frame yang terdapat fotoku dan kakek lalu menaruhnya di atas tempat tidur.

***

Pelayan mengetuk pintuku untuk memberitahu makan malam telah siap. Aku keluar dan bertanya-tanya sendiri dimana gerangan suamiku. Dia tidak berbicara padaku lagi sejak sore tadi membuat aku sedikit bingung.

"Tuan Aamon kemana?" tanyaku pada Milie.

"Beliau tadi keluar tergesa-gesa. Saya tidak tahu kemana, tuan nyonya" jawab Milie.

"Oh... Ya sudah ayo makan" ajakku padanya sambil menarik satu kursi untuk Milie.

"Eh mana boleh tuan nyonya! Saya hanya pelayan. Mana pantas makan bersama dengan anda!"

"Yah... Sebenarnya aku juga pelayan di kedai milik kakekku. Aneh rasanya makan sendirian. Apalagi makanan itu sangat banyak. Bagaimana aku bisa habiskan ini semua... Ayolah Milie temani aku makan!"

"Maaf tuan nyonya tapi... " Milie menolak dengan halus dan aku tak ingin memaksanya. Namun aku memintanya tetap di sampingku menemaniku makan yang ia laksanakan dengan senang hati.

Sehabis makan aku memberanikan diri melihat-lihat sekeliling rumah. Melihat taman bunga, melihat kolam renang yang ada di bagian belakang, bahkan termasuk ke dapur namun aku 'diusir' oleh para pelayan yang berkata nyonya  besar tidak pantas masuk dapur.

Astaga... Nyonya besar apanya. Padahal di rumahku dulu toh aku hanya pelayan kedai makan yang sudah terbiasa di dapur untuk memasak. Masa aku tak boleh masuk ke dapur di rumahku sendiri?

Jam 10 malam akhirnya suamiku pulang. Ia memarkirkan mobilnya dan keluar dengan wajah tampak lelah.

"Alpha" aku tersenyum dan menyambutnya. Hendak mencium tangannya seperti yang diajarkan kakek padaku. Bahwa aku harus hormat pada suamiku.

"Kau belum tidur?" ia mengabaikan tanganku.

"Oh... Aku menunggumu pulang. Alpha sudah makan? Apa aku perlu hangatkan makan malam?"

"Tidak usah. Aku sudah makan malam di luar. Sudah sana kau masuk kamarmu dan tidur"

"Iya" aku mengangguk dan menyingkir memberinya jalan masuk. Ia berjalan naik tangga menuju kamar utama yang ada di atas.

"Hhh. Kenapa kau mengikutiku?" ia berbalik dan menatapku kesal.

"Err... Alpha menyuruhku tidur bukan?"

"Ya"

"Oh... Jadi... "

"Tidur di kamarmu sendiri" ia berdecak tidak sabar.

"Kita tidak satu kamar?" tanyaku bingung. Bukannya suami istri harusnya tidur satu ranjang? Apalagi ini malam pertama kami bukan.

"Tidak. Kau tidur di kamarmu sendiri. Di kamar tamu. Dan jangan ganggu aku. Sana. Pergi"

Brughh

Aku sedikit terlonjak kaget saat Tuan Aamon membanting pintu kamarnya tepat di depan wajahku.

.
.

TBC

➡️ Unwanted MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang