Kotak Pandora Part 5

2.4K 10 0
                                    

2023.

Gadis itu berdiri menghadap cermin, menatap bayangan dirinya yang hanya memakai sepasang pakaian dalam. Ia memperhatikan ukuran dadanya yang lebih besar dan sintal dibanding remaja seumurannya. Pandangannya dibuat sayu. Sambil mendesah sang gadis mengelus lehernya yang jenjang dengan sensual, menggigit bibirnya yang pucat dengan erotis dan menjambak rambutnya yang masih belum tersisir rapi hingga tambah berantakan.

"Aahh... Mmmhh... Aahhh...." Tangan gadis itu mulai merayap kebagian tubuhnya yang lain. Menggarayangi perutnya yang rata dan seksi serta pahanya yang putih mulus.

"Hahaha....!" sedetik kemudian dia tertawa sendiri menyadari kekonyolan yang ia lakukan.

Tepat pada hari ini usia gadis itu baru menginjak tujuh belas tahun. Terlepas dari usianya yang yang masih belia, wajah innocent-nya tak sepolos kelakuannya. Gaya pacarannya yang kebablasan membuat hampir setiap lekuk tubuhnya sudah ternodai. Bibirnya sudah sering dicium, dadanya sering diremas-remas, kulit leher perut dan pahanya sering dicumbui, titik sensitifnya juga sudah sering disedut. Satu-satunya hal yang belum pernah ia lakukan hanya penetrasi.

Hari ini. Tepat pada hari ini, pacarnya berjanji akan melakukan 'itu' dengannya sebagai hadiah ulang tahun. Seaneh kedengarannya, sang gadis nampak antusias dan tidak sabar menanti hadiah dari sang pacar.

Setelah memakai seragam SMA-nya dan mengoles bedak serta lipgloss tipis-tipis pada bibirnya yang pucat, gadis itu menyambar ranselnya dan berlari keluar kamar.

"Rasti, sarapan dulu. Ada yang mama mau omongin sama kamu!" teriak seorang perempuan yang usianya masih terlalu muda untuk menjadi mamanya dari meja makan.

Menyuruh sarapan harusnya menyuruh makan, bukan ngajak ngobrol. Sang gadis yang bernama Rasti itu tau jika mamanya pasti akan mengomelinya di sepagi ini. Rasti buru-buru melangkah menjauh sambil memasang earpiece di kedua telinga agar tak mendengar apapun yang akan keluar dari mulut mamanya.

"Rasti? Rasti!"

Sang mama berlari mengejar Rasti dan mencekal pergelangan tangannya. Langkah Rasti terhenti. Wajahnya tampak sangat kesal.

"Apa sih, Ma?"

"Ada yang mau Mama tanyakan sama kamu."

"Tanya apa? Mau tanya mah tanya aja, sih!"

"Benar kamu mau melakukan sex sama pacar kamu?"

Rasti terbelalak mendengar pertanyaan frontal dari mamanya. Darimana mamanya tahu? Atau jangan-jangan...

"Mama buka hapeku dan baca isi chatku?"

"Iya, kenapa? Kalau Mama nggak mengawasi kamu, kamu pasti...."

"Mama tau nggak privasi?! Mama nggak berhak memata-mataiku sampai buka-buka hapeku!"

"Mama berhak, Rasti! Dan Mama juga punya hak untuk melarang kamu pacaran sama Iko!"

"Rasti nggak peduli! Rasti sayang sama Iko!"

"Dia itu bukan anak baik-baik!"

"Tapi dia selalu ngasih Rasti kebahagiaan yang nggak Rasti dapat di rumah!"

PRANK!

Suara pecahan piring yang di banting berhasil menghentikan pertengkaran ibu-anak tersebut.

"Berisik tau nggak? Udah Ras, kamu mau pergi ya pergi aja, lakukan apapun yang kamu mau. Nggak usah dengerin apa kata Mamamu."

"Raga!"

Rasti tersenyum penuh kemenangan karena merasa dibela oleh papanya. Ia pun langsung pergi meninggalkan mamanya yang sudah tidak mungkin lagi berkutik jika papanya sudah memberi perintah.

Kotak PandoraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang