Kotak Pandora Part 11 (NEW)

1.5K 10 4
                                    

Sebenarnya cerita ini request dari pembaca (author lupa siapa namanya). Setelah akun KK pertama author di banned, author kehilangan mood untuk meneruskan.

Tapi setelah author pikir-pikir, nggak ada salahnya melanjutkan tulisan yang idenya sudah kadung tersimpan dalam otak author.

So, hope you enjoy this free chapter, readers!

.
.
.

Kamila memandangi bayangan dirinya sendiri di dalam cermin. Ia berputar ke kiri, kemudian ke kanan, memperhatikan bagaimana bentuk tubuhnya jika tampak dari samping. Sebentar kemudian ia mengeluh. Dalam kurun waktu enam bulan ini, berat badannya naik empat belas kilo. Pipinya makin chubby, lengan dan pahanya membengkak, dadanya bertambah montok, pinggulnya kian bahenol, semua perubahan itu masih bisa Mila tolerir. Tapi tidak dengan ukuran perutnya yang makin membuncit dan sulit disembunyikan lagi. Terutama saat dia harus mengenakan seragam olahraga seperti sekarang ini.

Setelah menimbang untuk beberapa saat, Mila akhirnya memutuskan untuk mengambil korset yang sudah lama ia simpan. Dia menarik ujung-ujungnya lalu membelitkan pada perutnya dengan kuat guna menyamarkan bagian yang sudah begitu menyembul. Mila mengelus perutnya beberapa kali setelah korset berhasil terpasang. Perutnya terasa sempit terhimpit. Setelah cukup puas hati dengan penampilannya, Mila melangkah keluar kamar.

"Kamu lagi ngapain, Ras?" tanya Mila saat mendapati anaknya masih duduk pada salah satu kursi di ruang makan padahal hari ini dia tidak menyiapkan sarapan.

Rasti menoleh ke arah ibunya sebentar, lalu menjengitkan dagu, menunjuk ke arah kompor dimana Raga tengah berdiri didepannya, mengenakan celemek warna coklat. Dengan cekatan lelaki itu mengaduk sesuatu yang terlihat seperti nasi goreng. Mulut Mila menganga seketika.

"Kamu sakit, Ga?" sebenarnya Mila kehabisan kata-kata untuk bereaksi pada keajaiban dunia yang terjadi di hadapannya, jadi hanya itu pertanyaan yang bisa diproses otaknya. Seumur hidup Mila tidak pernah melihat Raga memasak tapi hari ini.

Raga memirik Mila sebentar, lalu kembali fokus pada masakannya. "Duduk saja lah. Banyak omong!"

Mila hanya menggeleng lalu duduk di samping Rasti.

"Ini bukan hari ulangtahunku, lho. Kenapa kamu tiba-tiba romantis?"

"Kamu ngomong sekali lagi aku lempar wajan ini ke mukamu ya, Mil!" kata Raga ketus tanpa melihat sedikitpun ke arah Mila. Tapi Mila tau suaminya sedang bercanda.

"Kok kamu pake kaos bukannya seragam? Kamu nggak ke sekolah, Mil?"

"Hari ini ada pertandingan olahraga antar guru. Mamah ikut pertandingan bola voli lho, Pah."

"Bisa memang kamu, Mil? Dulu jamannya SMA, nyervis aja kamu nggak sampai, kan?"

"Sembarangan kalau ngomong! Ya bisa lah, jago malah!"

Raga sedang menyajikan nasi goreng yang ia masak ketika terdengar bel dibunyikan. Secara kompak ketiga orangtua dan anak itu menoleh ke arah pintu ruang tamu yang masih tertutup.

"Itu pasti Pak Wira. Kita janjian mau sarapan bareng. Kalo begitu aku berangkat duluan, ya, Pah, Mah!"

"Papamu sudah bela-belain masak tapi kamu malah mau makan di luar!" tegur Raga.

Rasti menggigit bibir, takut jika membuat ayahnya tersinggung.

"Suruh dia masuk, ajak sarapan bareng."

"Oke, Pah!" jawab Rasti bersemangat.

"Apa?! Keberatan?!" seloroh Raga saat istrinya membuat muka masam. Mila hanya melengos tak berpuas hati dengan kelakuan sang suami.

Kotak PandoraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang