Happy reading, guys!
💚❤
_________________________________________
“Ternyata memang anak kecil.” Wang Yibo beranjak menuju dapur.
Wang Yibo sangat lelah. Walau dia lelah, dia harus memasak sebagai tuan rumah yang baik.
Dia sendiri tadi sudah makan di lumbung. Biasanya juga seperti itu. Pulang ke rumah langsung tidur setelah seharian bekerja. Kini, dia mulai mengambil dua buah mie instan.
Wang Yibo terus memotong beberapa sayuran yang dia petik tadi siang. Karena jauh dari pasar dan sebagainya, Wang Yibo selalu menyempatkan diri menanam beberapa sayur yang dia suka. Kini dia ingin menambahkannya pada mie yang akan dimasak.
“Ada yang bisa kubantu?”
Wang Yibo menoleh saat mendengar suara Xiao Zhan.
“Tidak. Ini sebentar lagi selesai. Besok-besok masaklah sendiri. Ada beberapa pohon sayur di belakang rumah. Di sana juga banyak stok makanan instan. Jika kau benar-benar bisa masak," ujar Wang Yibo sambil menunjuk ke lemari di sudut dapur.
Xiao Zhan menoleh ke sana kemari. Mengamati dapur sederhana yang tidak pernah dia duga akan melihatnya.
Xiao Zhan suka masak. Dia suka berada di dapur. Namun, membayangkan akan memasak di tempat sederhana dengan peralatan seadanya tidak pernah sama sekali. Beruntung di sini masih ada kompor gas.
"Duduklah!"
Mendapat perintah itu, bukannya menurut, Xiao Zhan malah berjalan dan berdiri di samping Wang Yibo. Memperhatikan lelaki itu memasak dengan telaten.
Tangan besar dan kekar itu memegang pisau dengar erat. Memotong sosis besar lalu memasukannya ke dalam panci. Mata Xiao Zhan jelalatan ke setiap bagian tangan berotot itu. Otot-otot yang sempurna lagi-lagi mengalihkan perhatian pemuda manis itu.
“Bagaimana otot itu terbentuk di tubuhmu?” tanpa sadar kata-kata itu terlontar begitu saja dari mulut Xiao Zhan.
Gerakan tangan Wang Yibo berhenti sejenak. Lalu kembali bekerja setelah melirik Xiao Zhan yang masih meneliti tubuh miliknya.
“Aku menebang kayu, memahat kayu lebih dari lima tahun. Mungkin karena itu,” jawab Wang Yibo datar. “Kau ingin membentuk tubuhmu juga? Lebih baik tinggal di kota dan pergi ke gym. Itu lebih baik untuk orang sepertimu.”
“Memangnya aku orang seperti apa?” tanya Xiao Zhan. Kini dia mulai tertarik untuk bicara dengan Wang Yibo. Lelaki pemilik rumah kayu itu terlalu menarik untuk dilewatkan.
“Kau anak kecil yang manja.”
Jawaban yang menusuk keluar dari mulut Wang Yibo. Namun, entah mengapa Xiao Zhan malah tersenyum lebar. Dia mendekat ke arah Wang Yibo yang menegang karena lengannya disentuh oleh Xiao Zhan.
“Baiklah. Aku anak manja sekarang. Jadi, bolehkah aku memanggilmu Tuan Wang? Izinkan anak manja ini tinggal bersamamu mulai saat ini."
“Hentikan itu! Tinggallah sesuka hatimu asal tidak menggangguku. Kau teman Dylan dan dia menitipkanmu padaku.”
“Baiklah, baiklah. Ayo makan!” seru Xiao Zhan saat melihat makanan dalam panci sudah matang. Dengan penuh semangat dia mengambil mangkuk juga sumpit. Dia berjalan ke arah kursi di ruang tengah karena tidak ada lagi kursi lain. “Ayo cepat, Tuan Wang! Aku lapar ....”
Sembari menggelengkan kepala, Wang Yibo membawa masakannya ke hadapan Xiao Zhan. Melihat Xiao Zhan begitu lahap, Wang Yibo tiba-tiba merasa sesak. Hatinya sakit karena tiba-tiba mengingat sesuatu yang telah lama hilang.
Rasa sakitnya masih sama seperti dulu. Tidak ingin terlihat lemah di hadapan orang lain, Wang Yibo bergerak dari kursi lalu masuk ke dalam kamar
Brak!
Pintu yang dibanting mengagetkan Xiao Zhan. Walau sempat berhenti makan, akan tetapi tidak lama kemudian Xiao Zhan memilih tidak peduli dan lanjut makan. Masakan Wang Yibo terlalu lezat untuk diabaikan. Padahal itu hanya sepanci mie instan. Namun, Xiao Zhan merasa makanan ini yang paling nikmat dalam hidupnya.
Bagaimana tidak? Dia sudah beberapa hari tidak makan dengan benar. Pantas saja sangat lapar dan apa pun makanannya pasti akan terasa enak.
.
.
.Keesokan harinya.
Wang Yibo tengah menyiapkan sarapan pagi saat melihat penghuni baru rumahnya keluar dari kamar. Sepertinya tidur pemuda itu cukup nyenyak malam tadi karena Wang Yibo tidak mendengar apa pun dari kamar sebelah.
“Pagi, Tuan Wang.”
“Mn.” Wang Yibo menaruh roti panggang ke dalam dua piring lalu dia menyeduh kopi hitam kesukaannya. “Jika ingin mandi, di belakang ada sumur yang bisa kau gunakan,” ujarnya kemudian.
"Ya."
Tidak menghiraukan Xiao Zhan yang mengekorinya, Wang Yibo memakan sarapannya dan dia mengernyitkan kening saat melihat Xiao Zhan ikut makan bersamanya.
“Jorok,” gumamnya. Pasalnya Xiao Zhan belum pergi mencuci muka dan gosok gigi.
“Udara di sini terlalu dingin. Aku malas memegang air,” tutur Xiao Zhan sambil menghabiskan roti bagiannya.
Wang Yibo tidak lagi peduli. Dia hanya ingin hidup tenang seperti biasa. Selama si penumpang tidak membuat onar, dia pun tidak akan mempermasalahkan apa pun.
Selesai sarapan, Wang Yibo mencuci peralatan makan. Kemudian bersiap-siap untuk kembali ke lumbung. Hari ini pengangkut kayu akan datang, jadi dia harus bersiap-siap lebih pagi dari biasanya.
“Kau mau bekerja?”
Wang Yibo menghentikan tangannya yang hendak membuka pintu mobil. Dia melihat Xiao Zhan menuruni anak tangga kayu, menghampirinya.
“Kenapa?”
“Bukan apa-apa. Tapi, bolehkah aku ikut?” tanya Xiao Zhan.
“Tidak!”
Penolakan seiring kepergian Wang Yibo membuat Xiao Zhan mencebik. Dia melihat sekeliling lalu mulai mengitari rumah kayu itu.
Saat melihat sebuah sumur di dekat gudang kecil di samping rumah, dia mencoba menimba air dari sumur.
Lumayan melelahkan hanya untuk satu gentong air. Xiao Zhan mengusap peluh yang keluar di keningnya. Rasa dingin yang sejak tadi dia rasakan kini telah hilang. Kini Xiao Zhan hanya ingin mandi dan merasakan kesejukan dari air yang baru dia isi.
Malas mengambil peralatan mandinya di kamar, Xiao Zhan memilih menggunakan yang ada. Yakni milik Wang Yibo. Dia melepas pakaiannya satu persatu.
Sensasi mandi telanjang di alam terbuka membuat Xiao Zhan merasa senang. Dia tidak pernah merasakan ini sebelumnya. Hidup di alam bebas seperti ini sungguh menyenangkan. Pantas saja sepupu temannya hidup di tempat seperti ini. Xiao Zhan jadi tidak ingin pulang. Dia bahkan lupa sejak kedatangannya dia tidak lagi memikirkan masalahnya.
Xiao Zhan terus mengguyur tubuhnya. Air sumur itu benar-benar bersih sehingga tiba-tiba dia ingin mencoba meminumnya. Enak. Rasa airnya sama dengan yang dia minum sejak semalam.
Eh?
Jangan-jangan ... Xiao Zhan akan bertanya langsung nanti. Apa Wang Yibo selalu minum air mentah?
Xiao Zhan merinding sendiri. Jiwa pemilihnya tiba-tiba hadir membuatnya takut sakit perut.
Sepertinya Xiao Zhan lupa bahwa air keran di rumahnya berbeda jauh dengan air yang langsung berasal dari sumur yang jernih. Sejak jaman dahulu, orang-orang menggunakan air alami itu untuk minum setiap hari.
Kini Xiao Zhan mempercepat acara mandinya karena merencanakan sesuatu.
Sebenarnya, apa yang akan dia lakukan?
***
See you nest chapter 👋
Thank you!
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr Handsome, I Love You
FanfictionSaat cinta datang pada hati yang terluka, apakah itu obat atau racun? Wang Yibo telah mengasingkan dirinya semenjak kematian tragis sang kekasih. Dia tidak menyangka akan ada satu hari dalam hidupnya yang kelam, di mana hatinya yang beku kembali men...