147.Special Story_02

33 3 0
                                    


<Special Episode 2>

Sesampainya di kamar William, Irene menabrak kepala kamar yang baru saja keluar dari dalam.

Sebelum Irene sempat bertanya tentang keberadaan William, kepala kamar itu tersenyum menyapa dan berbicara terlebih dahulu.

" Tuanku ada di dalam. Haruskah saya beritahukan kepada Beliau?"

Irene mengepalkan tinjunya dan mengangguk, meskipun ia merasa sedikit malu karena disodorkan ke dalam situasi ini tanpa ada waktu untuk mempersiapkan diri.

" Dapatkah kamu melakukan itu?"

Saat pelayan itu masuk kembali ke dalam ruangan untuk mengumumkan kunjungan Irene, Irene menarik napas dalam-dalam.

' Bagaimana jika dia tidak menyukainya ?'

Sejauh yang Irene tahu, Kristan Agung memiliki selera seni yang tinggi.

Fakta bahwa salah satu hal pertama yang ia lakukan setelah pensiun adalah mensponsori seorang seniman berbakat menunjukkan betapa ia sangat peduli dengan seni.

Irene mengangkat tangan ke dadanya.

Jantungnya berdegup kencang.

Jantungnya berdegup kencang. Ujung-ujung jarinya sedikit gemetar dan nafasnya menjadi sedikit tersengal-sengal.

' Jangan gugup.'

Irene tahu kakeknya sangat menyayangi dan mencintainya.

Setiap kali dia menatapnya, dia tersenyum dan berbicara dengan suara yang hangat, seolah-olah mencoba untuk meredakan kegelisahan Irene.

Irene menatap dengan gugup ke arah pintu yang tertutup di depannya.

Kalau dipikir-pikir, sudah lama sekali dia tidak berada di sini sendirian.

" Aku biasanya datang
bersama Noel."

Mungkin itu sebabnya.

Tiba-tiba aku teringat.

Saat-saat ketika aku datang kesini setiap hari untuk mencoba meyakinkan Kristan Agung, yang menentang pernikahan-tidak, bahkan tidak mau melirikku.

' Saat itu sangat sulit… '

Kejadian Itu sudah bertahun-tahun yang lalu, tetapi Irene masih mengingatnya dengan jelas.

Itu adalah salah satu masa tersulit dalam hidupnya.

Dan itu bukan hanya karena
dia vs Kristan.

Penolakan keluarga Chase terhadap Irene semakin memburuk, dan sang Earl merobek-robek lukisannya yang berharga.

Saat Masuk.

Dia ditampar oleh ibunya, dan menjadi sasaran rentetan gosip dan pelecehan.

Sementara itu, penolakan Agung Kristan sudah cukup untuk mematahkan semangat Irene yang lelah.

Namun, momen itu akan segera berubah menjadi titik balik dalam hidupnya.

" Masuklah."

Kepala pelayan keluar dari kamar dan menoleh ke arah Irene.

Irene menganggukkan kepala sekali sebagai tanda terima kasih, lalu melangkah masuk.

Kamar William masih tenang dan nyaman.

Namun tidak seperti sebelumnya, yang terasa kosong dan menyeramkan, kamar William kini dipenuhi dengan sesuatu yang hangat.

Hal pertama yang dilihatnya saat memasuki kamar adalah sebuah lukisan kamar
<The Body Landscape>, yang diberikan Irene bertahun-tahun yang lalu.

[ DY.01-END ] Aku Bukan Kakakmu LagiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang