3

3.3K 92 2
                                    

  "Tuhan itu tahu mana yang baik dan mana yang buruk untuk hambanya"

.

.

.

.

.

.

Acha menatap lekat tubuh nya yang berbalut abaya berwarna hitam itu di kaca besar di depan nya, ia tersenyum ketika melihat nya.

"Ternyata gue cantik juga ya pake baju yang syar'i syar'i gini!" batinnya ketika melihat tubuhnya yang berbalut abaya kebesaran itu, abaya itu lumayan besar di badan nya, sehingga tidak membuat badannya berbentuk, beda dengan baju yang penuh di lemari nya,jika kalian berpikir ini adalah Abaya nya, maka salah!

ini bukan abaya nya, melainkan Abaya milik sepupunya yang di berikan padanya karna ingin menemui calon mertua nya, eakkk calon mertua ga tuch.

"ACHA UDAH SIAP BELUM!?" Teriakan itu mampu membuat Acha berhenti dari mengangumi tubuh nya, ia keluar dari kamarnya, tak lupa menyemprotkan parfume kesukaan nya, wangi Vanilla.

.

.

.

Mobil ber merk Pajero Sport itu berhenti di depan rumah makan yang berbintang 4, Acha beserta keluarga nya masuk ke dalam rumah makan itu, Andi menyebutkan nama seseorang kepada resepsionis, wanita berbalut baju berwarna abu abu itu membawa mereka ke sebuah ruangan VIP.

"Lama nunggu Wan?" Tanya Andi bsa basi ketika baru saja mendudukan diri nya di depan pria yang di panggil itu menoleh lalu  menyalami pria yang sebentar lagi akan menjadi besan nya.

"Engga, Ikram juga masih di jalan, telat kaya nya" balas Irwan di sertai senyuman nya, Andi mengangguk paham, mereka sedikit berbincang ringan dengan Irwan, entah membicarakan apa Acha tidak perduli, tangan nya yang nganggur di atas meja tiba tiba terasa hangat saat sebuah tangan berbalut handsock itu mengenggam tangan nya. Acha melirik orang yang mempunyai tangan itu, orang itu tersenyum, senyuman manis, Acha membalas nya, tak kalah manis.

"Kami ga salah pilih orang untuk ikram" ucap nya yang mampu membuat Acha sedikit terlonjak kaget, Acha kembali menormalkan wajah nya ketika pintu berwarna abu abu itu terbuka, menampilkan seorang cowo dengan celana kain dan baju lengan panjang yang sangat sangat cocok di tubuh nya, Tampan, kata yang keluar dari hati mungil Acha, ia menggeleng kan kepalanya ketika sadar siapa cowo itu. Cowo itu berjalan ke arah meja mereka, menampilkan senyum manis nya, siapa yang tidak akan terpesona dengan senyum manis nya?.

"Maaf telat, tadi saya ada urusan di pondok" ucap nya dengan nada bersalah, Acha menatap cowo itu dengan tapapan tak suka. "Dua kali pertemuan, dua kali juga telat, itu yang mau mama sama papa jadiin suami Acha?" ucap nya santai, tapi tidak dengan tatapan dari kedua orang tua nya, Hanna yang berada di samping Acha reflek mencubit paha berbalut abaya itu, membuat sang empu meringis.

"Sekali lagi ngomong gitu, mama cabut semua poster kamu di kamar!"ancam hanna yang mampu membuat Acha terdiam, ia menunduk.
Pembicaraan membosankan itu di mulai, di awali dengan sesi tanya jawab yang menurut acha lebih kaya orang yang mau di interview.

"Sebaik nya cepat saja, bagaimana minggu depan? atau lusa juga boleh, lebih cepat lebih bagus kan?" usul Andi dengn santai, Acha menatap tak percaya pada Ayah nya itu, ia ingin protes tapi teringat dengan perkataan mama nya tadi, dia hanya bisa diam.

"Hari jumat bagus juga kok om, lebih cepat lebih baik kan?"

PRANG

Sendok di tangan Acha jatuh begitu saja mendengar ucapan cowo kelebihan kalsium di depan nya ini, apa apaan ini? dia gila? Jumat? Berarti 2 hari lagi? Wah bener bener gila baton Acha menjerit, ia menatap sengit lawan bicaranya, yang di tatap hanya acuh tak acuh.
"Yang mau nikah kan Acha, ya Acha juga lah yang nentuin nya!" protes nya setelah terpendam beberapa saat, hening, tak ada suara selama 5 detik sebelum sebuah suara mampu membuat Acha menjatuhkan rahang nya.

"Saya setuju sama Ikram, Jumat saja, lagi pula itu hari bagus, tidak ada penolakan!" final Andi yang membuat Acha tak bisa berkata kata lagi.

.

.

.


"RAJA POKOK NYA GUE GA MAU NIKAH AMA MODELAN KAYA GITU JA! BANTUIN GUE KEK!" teriakan nyaring itu mengisi se isi Taman yang lumayan ramai itu, beberapa orang menatap ke arah Acha, bukan nya meminta maaf, Acha malah menyengir, kalo kata raja 'Acha itu gaada urat malu', Raja melirik le sekitar taman saat sudah meminta maaf pada beberapa orang disana.

"Rajaaa, kasih solusi rajaaa, ga mau nikah sama diaa!" ucap Acha seraya menarik baju kaus yang di kenak Raja. "Gue gatau mau kasih solusi apa, ucapan bokap lo gaada yang bisa bantah" ucap nya memelas, dapat ia lihat wajah cemberut dari Acha. Sejujurnya, Raja juga kasihan melihat sahabat kecil nya ini selalu di paksa oleh orangtua nya, ia hanya mampu mengusap pelan bahu sempit itu.

"Raja"

"Iya, kenapa?"

"Dia lagi apa ya disana ja? udah lama banget ga tau kabar nya, rindu ja"

Raja menghela nafasnya, ia tau ke arah mana topik pembicaraan ringan di bangku taman ini. Ia mengusak pelan kepala Acha yang berbalut hijab berwarna cream itu.

"Lupain ya cha? dia ga bakal bisa sama lo, sekarang fokus aja untuk masa depan lo, yakin kalo orang bakal nikahin lo ini orang baik, ga semua orang kaya rizki billar kok, orang tua lo ga mungkin ngasih anak nya ke bajingan, pasti mereka ngasih anak nya ke orang baik baik, jadi, terima ya cha? Sekuat apa pun lo nolak, bokap lo ga bakal nerima penolakan lo".

.

.

.


HUAAA AKHIRNYA SETELAH MAGER AKU NYAMBUNG JUGA NI BOOK😭😭


aku sempet mikir mau unpub ni cerita, soalnya aku sama ikram di dunia nyata udah jadi stranger, tapi ga jadi deh, mana tau dia mau balik lagi ke.aku kan?

Maaf typo gessss

jangan lupa votment nya yaa sayangg😍😍🤙🏻💅🏻

GUS IKRAMWhere stories live. Discover now