Acha mendengus kesal ketika mendengar ketukan yang berasal dari pintu utama rumah nya, dengan sedikit gerutuan ia mengambil jilbabnya lalu berjalan menuju pintu itu, Acha reflek menarik kedua ujung biBirnya ketika tau siapa yang mengetuk pintu rumah nya, "Eh Ummi, maaf ya Ummi lama, Acha baru siap cuci piring." ujarnya di sertai senyuman di ujung, "Iya gapapa, ini Ummi cuman mau ngantar kue kesuaan Ikram, semalam di antar sama Rizkal" Ujar Sinta, ia memberikan bingkisan yang ia bawa Acha, "Iya Ummi, makasih ya" ucap Acha menerima bingkisan itu, "sama sama, Ikram mana? belum bangun?"tanya Sinta, "Tadi abis subuh tidur lagi Ummi, sampai sekarang belum bangun" balas Acha, Sinta hanya mengangguk lalu pamit dan segera pergi dari rumha anaknya itu. Acha menutup pintu putih itu, ia segera melanjutkan kegiatan awalnya, membuat sarapan. setelah selesai ia bernjak menuju kamarnya, berniat membangunkan pria yang sudah resmi menjadi suaminya itu.
Acha menghela nafas ketika melihat buntalan selimut, ia berjalan ke sisi kasur, menggoyangkan buntalan itu, "Ikram bangun, udah jam 8 nih!!" ujarnya. orang yang ada di dalam buntalan selimut itu tak bergeming, ia malah semakin menarik selimutnya, Acha dengan terpaksa menarik selimut putih tebal itu.
"Apasih Cha?!" ucap Ikram sedikit ketus, ia menatap sedikit tak senang pada Acha yang berdiri di sisi kasur dengan selimut putih, "Bangun, udah pagi, lo gamau makan?" balas Acha masih menggnkan nada sabar nya, Ikram hanya menatap Acha sebentar sebelum menarik paksa selimut itu, ia kembali menggulung tubuhnya di bawah selimut, "Engga"Ujar Ikram singkat yang mampu membuat Acha menarik nfasnya dalam dalam, mencoba menahan segala kekesalan yang ia tahan sedari tadi malam, Acha berlari keluar dari kamar itu, menutup pintu dengan keras, memberi tanda bahwa saat ini dia sangat kesal.
Acha memandang dengan kesal 2 piring nasi goreng buatannya yang sudah dingin, ia tiba tiba kangen suasana rumah nya, kangen dengan teriakan ibu nya yang membangunkan Adan untuk apel pagi, ahh rasanya ia ingin pulang dan memeluk ibu nya, Acha mengaduk ngaduk nasi itu tanpa berniat memakan nya, tanpa ia sadari, setitik air jatuh di atas meja makan berlapis kaca itu, Acha menyeka air matanya yang jatuh, mengambil ponselnya. Ia menekan salah satu kontak, mendekatkan ponsel itu ke telinganya, beberapa detik menunggu, sambungan itu terambung, sebuah suara berat menyapa telinga nya.
"hallo cha, kenapa nelpon pagi-pagi gini?, ada masalah?" suara berat itu memulai topik mereka, Acha menghela nafas. "Banyak bang, banyak banget, gue mau pulang kerumah lagi boleh ga sih? ga sanggup ih di sini" kadu Acha, terdengar suara helaan nafas di sebarang sana. "kenapa? Ikram kdrt lo? tapi ga mjngkin deh kayanya, dia kan anak baik". ujar adan di sebrang sana. Acha menarik nafasnya dalam-dalam, sebuah skenario jahat muncul di kepalanya.
"Bang asal lo tau ya, Ikram itu-" ucapan Acha terpotong kala sebuah tangan menarik dengan kasar handphone nya, ia berbalik. Menelan ludahnya me;ihat siapa yang dengan lancang menarik handphone nya. Ikram, pria itu mentap tajam Acha, mengatakan beberapa patah kata lalu mematikan sambungan telepon itu.
Iram mengantongi handphone milik Acha, membuat sang pemilik melotot. "HEH" Teriaknya mengejar Ikram yang sudah hampir di ambang pintu. ikram berbalik, menatap istrinya.
"siap-siap sana, pulagh dhuha kita makan diluar" ujarnya dingin, lalu segera pergi meningalkan Acha yang berdiri diam.
acha menatap miris nasi goreng yang ia buat tadi pagi, selera mkannya hilang begitu saja mendengar Ikram mengajak nya untuk makan diluar. Bukannya ia tak mau makan diluar, hanya saja ia sedih melihat nasi goreng yang ia buat tidak disentuh. "maaf ya kamu aku buang, mubazir banget kan? maaf deh maaf" ucapnya sendu, ia membawa nasi itu kembali ke dapur.
hendak membuka tempat sampah sedang yang ada di dapur, belum sempat ia memasukkan nasi itu, ketukan pintu dan ucapan salam terdengar. acha menghela nafas panjang. meletakkan kembali nasi itu di meja dekat kompor, berjalan ke arah pintu. alisnya naik sebelah melihat 2 orang remaja yang menggunakan sarung itu .
"Ada apa?" tanya Acha melihat 2 remja itu tak ada yang buka suara. "itu ning, Gus amanahin kami untuk ambil nasi goreng, katanya ada 2 piring" ucap salah satu dari mereka berdua. Acha mengangguk, masuk kembali kedalam. ia keluar dengam membawa 2 piring nasi goreng, mereka mengambil piring itu, "makasih ya ning, kami izin balik" ujar ujar remaja laki-laki yang menggunakan sarung polos berwarna hitam itu.
"eh sebentar" ujar Acha, ia kembali masuk kerumah. "ini, kasih ya ke Gus Ikrm." ujarnya. ia memberikan sebuah kotak kecil berwarna biru. Dua remaja itu mengangguk, pamit sekali lagi lalu segera pergi.
Acha menatap kamar bernuansa putih itu, selimut yang tak terlipat dengan rapi, handuk yang berada di atas kasur, dan jangan lupakan sepotong celana pendek yang berada diatas kursi dikamar itu. Ia menghela nafas panjang, memungut satu persatu barang-barang yang berserakan, melipat selimut itu dengan rapi.
"Pantes Nayla maah kalo rizkal taro handuk diatas kasur, ruapnya sekesel ini" ucapnya seraya mengambil handuk abu-abu itu. Acha menyangkutkan handuk itu dibelakang pintu. mengambil sapu lalu memulai menyapu kamar yang dulu milik suaminya.
.
.
.
"Cha, kamu didalam?"
sebuah suara berat mampu membuat Acha tersadar dari lamunannya. ia berdiri, menyeka sedikit air mata yang tertinggal di bawah matanya. Acha membuka pintu kamar mandi itu. menatap IKram yang berdiri dengan tatapan sedikit heran pada wanita berusia 18 tahun itu. Acha melewati ikram begitu saja, membuat banyak tanda tanya yang muncul dikepala ikram. Ia menatap istrinya yang berjalan memasuki kamar, segera menyusul sang istri.
Acha membuka lemari pakiannya, mengambil sebuah gamis hitam dan juga jlbab panjanga berwarna coklat, menghela nafas panjang sebelum akhirnya menganti baju. Acha keluar kamar dengan baji nhitam dan jilbabnya, ia sudah siap untuk pergi keluar.
"jadikan?" ucapnya elihat Ikram yang duduk santai sambil memainkan handphonenya di sofa ruang tamu. Ikram berdiri,mengangguk dan segera berjalan keluar. Acha menatap bingun pada laki-laki itu.
hei? dia ingin keluar dengan Acha yang sudah canti itu hanya menggunakan sarung hitam dengan sedikit warna abu-abu dan banu kaos? wah tidak bisa dibiarkan.
"Ganti baju Ikram, masa ,au pake baju gitu keluar" protes Acha.
"Males milih baju"
Acha menarik nafas dalam-dalam, ia kembali masuk kedalam rumahnya. keluar dengan membawa sebuah baju kemeja hitam polos dan juga peci hitam. memberikan benda itu pada sang suami yang berdiri diepan mobil. "nih, ganti sana!". ujarnya.
Sebuah senyum manis ia dapatkan dari Ikram. "siap humairahku" ujar Ikram lalu segera masuk. meninggalkan Acha dengan sebuah semburat merah di pipinya.
apa yang baru saja diucapkan oleh manusia dingin itu? humairahku? tolonglah, Acha sudah sulit menapas mendengar kata humairahku.
.
.
.
MALAMMMM
makasi loh udah mau bacaaa!!!
aku au cerita sedikit, aku bahagia bangetttt, karnaaaaaaa, aku dan Ikram asli uda mulai deket, dia uda mau ngomong sama akuuuu. kekekkkkk ARGHHHHH.
selamat malammmm thxxxx
salam manis.
YOU ARE READING
GUS IKRAM
FanfictionBagaimana jadi nya jika seorang cewe yang baru 2 bulan tamat SMA di jodohkan dengan Gus tampan dan dingin?? "Satu kali saya denger kamu ngomong kasar, saya cium!" "Yauda setiap hari gue ngomong kasar kalo gitu" skuy baca gessss hehehehe WARNING...