Acha tersenyum melihat kulkas nya yang sudah bersih dan rapi. tidak sia-sia 30 menit ia habiskan untuk membersihkan dan menata ulang kulkas dua pintu itu.
Acha kembali ke meja pantry, tempat ia menaruh plastik. dengan lihai ia melipat plastik itu dan meletakkan nya di samping kulkas. untuk sampah katanya. namun matanya tertuju pada sebuah plastik besar. Acha mengambil itu lalu menghembuskan nafas lelah melihat isinya.
dengan malas ia berjalan menuju ruang tamu, tempat Ikram duduk setelah selesai solat Zhuhur tadi.
"Ikram ini Pampers nya untuk-
Acha dengan cepat menutup mulutnya ketika melihat ruang tamu itu sudah ramai. ya ada sekitar 5 orang yang berada disana. Acha membodohi dirinya dalam hati melihat kebodohan nya.
"Tolong buatin minum ya, Cha. minuman yang tadi juga boleh"
Acha mengangguk lalu segera pergi dari ruang tamu itu. sebuah senyum manis ia lemparkan pada suaminya.
Acha berdiri di ambang dapur. pikiran nya melayang melihat Ikram yang di kelilingi oleh polisi. ya walaupun wajah mereka masih muda, tapi ketegangan yang Acha rasakan tadi membuat nya tidak berpikir jernih.
ia membayangkan jika Ikram sedang bermasalah dengan para polisi tadi. namun, sedetik kemudian ia menggeleng, mencoba menghilangkan pikiran negatif itu.
Acha mengambil 6 gelas berukuran sedang, memasukan es batu di masing-masing gelas. lalu menaruh di nampan. ia juga mengambil minuman berperisa teh dengan botol besar yang tadi di beli nya.
menghela nafas, mencoba menetralisir kegugupan nya. ia membawa minuman itu ke depan.
Acha tersenyum lalu meletakkan nampan nya di atas meja.
"Cantik ya istrimu. Gus Ikram ini pintar mencari istri"
Acha tersenyum manis mendengar pujian dari salah seorang polisi itu. Ikram terkekeh mendengar ucapan polisi dengan nametag 'Panca' itu.
"Ya jelas, kan istri saya."
Mereka semua tertawa mendengar jawaban Ikram. berbeda dengan Acha yang langsung meninggalkan ruang tamu itu. ia kembali ke kamar nya, berniat untuk melaksanakan solat Zhuhur yang tadi tertunda.
namun, belum sampai ia ke kamar. Acha kembali ke dapur, ia lupa mengambil handphone nya. setelah benda pipih itu kembali ke tangan nya, ia segera beranjak menuju kamarnya.
"Kami yakin bahwa dia tidak bersalah dalam kasus pembunuhan ini. semua bukti tidak tertuju padanya, kami sedang mencari bukti lain untuk membuktikan bahwa ia memang tidak bersalah."
Ucapan itu sayup-sayup terdengar di telinga Acha. wanita itu menyatukan alisnya mendengar kata 'pembunuhan'. sekelabut pikiran negatif menghampiri nya. ia dengan cepat pergi ke kamarnya nya. menutup pintu itu dengan gemetar.
Acha berkali-kali menetralkan nafasnya. mencoba untuk kembali berpikir positif. setelah merasa lebih baik, Acha segera melaksanakan niat awalnya untuk solat Zhuhur.
.
.
.
"Cha, bangun. udah mau sore"
Perlahan mata indah itu terbuka. namun sedetik kemudian sebuah tangan mendarat dengan indah di atas wajah Ikram, membuat pria itu mundur beberapa langkah.
"Cha, apasih? nampol-nampol gitu"
Acha menatap Ikram.
"Ya lo sih, siapa suruh Deket gitu wajahnya sama gue, kan kaget"
Ikram menghela nafas, ia membuka peci nya lalu meletakkan di atas tempat tidur. lalu membuka bajunya. hal itu membuat Acha melotot kan matanya.
"Kok buka baju? Lo mau ngapain?'
YOU ARE READING
GUS IKRAM
FanfictionBagaimana jadi nya jika seorang cewe yang baru 2 bulan tamat SMA di jodohkan dengan Gus tampan dan dingin?? "Satu kali saya denger kamu ngomong kasar, saya cium!" "Yauda setiap hari gue ngomong kasar kalo gitu" skuy baca gessss hehehehe WARNING...