8

2.6K 68 3
                                    


Acha mendengus melihat handphone nya yang belum di kembalikan oleh Ikram. Sedangkan Ikram, mood nya tiba-tiba berubah setelah mengangkat telepon beberapa  menit tadi. Acha yang tak paham akan pembicaraan itu mulai membuka suara. 

"Lo kenapa sih? tiba-tiba badmood. harusnya gue yang badmood karna hp gue lo sita"

Ikram hanya melirik Acha sekilas. mobil nya berbelok ke sebuah yayasan pendidikan agama Islam, bisa dibilang hampir mirip dengan pesantren. hal itu membuat Acha bertanya-tanya apa yang mau dilakukan oleh pria ini. Ikram memakirkan mobilnya di dalam. membuka sabuk pengaman dan hendak keluar. namun belum sempat ia keluar tangannya sudah ditarik oleh Acha. 

"Hp gue mana??". 

Ikram merogoh saku kemejanya. semburat urat halus muncul dileher pria itu. ia melempar hp itu ke Acha lalu membanting kuat pintu mobil nya. Acha sedikit syok melihat perlakuan Ikram baru saja. 

"SIALAN LO! BERANI LO LEMPAR GUE HAH?" Terikanya didalam mobil. ia memandang ikram yang berjalan masuk ke arah asrama dengan perasaan sebal.  amarah nya memuncak saat itu juga.

dengan amarah yang menggebu-gebu Acha turun dari mobil itu. ia berjalan mengikuti Ikram yang masuk ke arah Asrama. Ikram berjalan cepat memasuki sebuah rumah bernuansa putih yang terletak di tengah-tengah asrama. Acha mengendap endap mengikuti Ikram seakan seorang penguntit.

"Ngapain sih dia?"

Acha berdiri di depan pintu. netranya dapat melihat Ikram yang menghampiri 2 orang remaja laki-laki yang berdiri di dekat meja dalam rumah bernuansa putih itu. bisa dibilang wanita dengan baju gamis hitam itu mengintip apa yang terjadi di dalam sana.

"BERAPA KALI SAYA BILANG JANGAN ULANGIN LAGI??!! GA PAHAM JUGA KALIAN BERDUA??!!"

Acha sedikit kaget mendengar bentakan Ikram pada 2 orang remaja itu. Dapat dilihatnya bahwa bahu ke 2 remaja itu bergetar, mereka tertunduk. Acha tak tega melihat wajah memelas 2 orang remaja itu, Ia ingin menghampiri sang suami dan mengehentikan itu semua.

namun sebuah tangan menahannya. Acha menaikkan sebelah alisnya melihat seorang wanita yang mungkin berusia sekitar 30 tahunan menahannya. membawa Acha menjauh dari rumah itu.

"Ning maaf ya saya tarik, sini Ning duduk disini saja"

wanita itu berujar lembut. ia membawa Acha ke sebuah tempat duduk besar yang terletak di bawah pohon rindang. udaranya sangat sejuk. Acha duduk di bawah pohon itu, namun ia masih penasaran apa yang terjadi pada 2 remaja tadi.

"Maaf Ning saya tadi ga sopan. cuman, Gus Ikram kalo lagi marah serem ih, gaada yang bisa lerain." wanita itu kembali berucap.

"Serem gimana Bu?"

Wanita itu tersenyum. ia memperkenalkan dirinya pada Acha terlebih dahulu sebelum menjawab pertanyaan nya.

"Kenalkan Ning, nama saya Sakdiah. saya pengurus pesantren ini. biasanya santri-santri disini manggil saya Ummi Diah"

"Maaf ummi, saya ga tau" Acha berujar dengan senyuman di bibirnya. Diah menepuk pelan pundak Acha.

"Gus Ikram itu kalo marah serem, banget malahan. Santri-santri disini ga ada yang berani lawan beliau. cuman 2 orang tadi doang yang berani".

"Emang 2 orang itu kenapa Mi?"

Diah tersenyum mendengar pertanyaan Acha. "Gus belum cerita banyak ya?" tanyanya, Acha menggeleng.

Diah reflek segera berdiri melihat siapa yang datang dari jauh. membuat Acha heran akan sikap wanita ini.

"Nanti Gus Ikram akan cerita sendiri".

GUS IKRAMWhere stories live. Discover now