L I M A

1.6K 141 2
                                    

Melissa's Diary

L I M A

Richard : I never thought that angel could fly so low.

Richard : If you were a vegetable, you'd be a cutecumber.

Richard : If you were a fruit, you'd be a fineapple.

Richard : Did you just fart? Coz you blew me away.

Richard : Do you have a pencil? Coz I want to erase the past and write our future.

Melissa memutar matanya dan menunjukkan ponselnya pada Melody yang kebetulan sedang membaca novel dikamarnya. Melody tertawa kencang sekali sedangkan Melissa berdecak kesal.

"He's a keeper." Melody memujinya.

"Keeper pala lo." Melissa memutar matanya.

Richard : If I could rearrange the alphabet, I will put U and I together.

Melissa pun segera membalas pesan Richard itu.

Melissa : You don't need that because there are N and O together :).

Melissa tersenyum puas dengan balasannya. Sarkastik memang seru menurutnya, dan menjadi sarkastik adalah salah satu hobinya.

Richard : Oh.. That's deep, babe. Btw gue udah di depan rumah lo ;)

Melissa melotot. Ia sama sekali tidak mengundang Richard kerumah. Mengapa ia datang secara tiba-tiba?

Melihat wajah kembarannya seperti menahan buang air besar, Melody pun mengambil ponsel Melissa dan melihatnya.

"Mau gue kerjain gak?" Melody tersenyum penuh misterius. Walaupun mereka berbeda sifat, tetapi mereka kembar identik sehingga sulit membedakan mereka.

Melissa tersenyum mendengar ide Melody yang agak gila itu. Tetapi ia berkata, "belum saatnya."

-Melissa's Diary-

"Dari kunci G ke C." Richard membenarkan tangan Melissa.

"Okay, ini aneh banget. Gue yang mau audisi, lo yang repot. Lagian gue udah ngerti cara main gitar, kenapa lo masih ajarin gue?" Melissa mengangkat kedua tangannya dan menggeleng kepala.

"Lagunya bagus nih. Dalem banget kata-katanya. Lo yang buat juga?" Richard tidak memperdulikan perkataan Melissa barusan. Melissa menatapnya datar karena tidak Richard tidak merespon ucapannya. Ia lalu mengangguk.

"Lo tau kan kalo lagunya didedikasikan untuk orang yang ada disekolah?" Richard mengangkat alisnya. Melissa mengangguk lagi. "Jadi lagu ini menceritakan real life lo dan orang tersebut ada di sekolah kita?" tanya Richard lagi.

Melissa menunduk dan mengangguk pelan.

"Ada apa?" Richard menaruh gitarnya perlahan karena melihat perubahan ekspresi Melissa.

Entah ada angin apa, Melissa seakan mempercayakan Richard dan menceritakan padanya.

"Gue dulu dijadiin..." Melissa menelan ludahnya. Ia tak menyangka ia akan menceritakan hal ini kepada Richard, orang yang ia benci akhir-akhir ini. "Taruhan."

Richard tertegun. Ia melihat Melissa yang masih terus menunduk. "Dia yang ngajarin gue cinta itu apa. Dia yang buat gue terus menerus mikirin dia. Dia suka nelpon gue malem-malem sekedar ngobrol ringan. Dan nyatanya, dia udah ngerencanain dari awal. Semua hanya kebohongan belaka." Melissa masih terus menunduk. Richard yang melihatnya pun mengusap punggung Melissa, tanpa modus tentunya.

"Dan saat gue tau itu semua, dia masih tetep nelpon gue tiap malem. Gue udah gak punya waktu lagi buat semua itu. Karena itu, gue nutup diri sama semua cowok, termasuk lo.

"Gue gak tau harus apa lagi kalo misalnya ada yang jadiin gue bahan taruhan lagi. Gue mungkin bi-" Omongan Melissa terpotong karena ia sekarang sudah ada di dekapan Richard.

"Gue gak pernah jadiin lo bahan taruhan kok," ucap Richard tepat ditelinga Melissa sambil mengusap rambut Melissa pelan.

-Melissa's Diary-

Melissa sedang duduk di taman belakang sekolah yang tepatnya di bawah pohon besar yang sejuk. Itulah kebiasaannya selain berkumpul bersama temannya saat ia berada di sekolah. Biasanya, Melissa menggambar atau menulis sebuah lagu disana. Memang, bakat menulis Melissa tidak pernah ditonjolkan. Tetapi hasil dari apa yang Melissa buat itu sangat memuaskan.

"Sendiri aja?" tanya seseorang. Melissa menengok kearah sumber suara dan melihat Vincent bergelantungan diatas pohon.

Melissa tersenyum dan mengangkat alisnya. "Kenapa? Mau temenin?"

"Tumben kalem? Biasanya jutek abis." Vincent terkekeh lalu turun dan duduk disebelah Melissa.

"Gak mood buat jutek aja." Melissa asal menjawab.

"Bisa gitu." Vincent mengangguk-angguk tidak jelas. "Gimana lo sama Richard?"

"Gimana apanya?" Melissa memutar matanya.

"Gue denger-denger lo sama dia udah mulai deket." Vincent tersenyum tidak jelas.

"Jangan ngaco deh." Melissa menoyor kepala Vincent. Vincent menggerutu kesal.

"Emang bener kok. Katanya lo udah mulai curhat sama dia." Vincent memasang tampang polosnya.

Melissa otomatis panik. "Dia bicara apa aja? Bener-bener ya tuh anak gak bisa jaga rahasia. Kalo ketemu gue tonjok sampe babak belur." Melissa sudah mempersiapkan tangannya seperti ingin menonjok seseorang.

"Wow wow slow down, girl. Dia gak cerita apa-apa kok. Cuma bilang kalo lo udah mulai curhat sama dia." Vincent membela Richard karena tidak mau menjadi korban awal dari Melissa.

Melissa menghela napas lega. "Baguslah."

Hal itu membuat Vincent bingung apa yang sebenarnya Melissa curhatkan kepada Richard sampai Melissa benar-benar merahasiakan itu.

-Melissa's Diary-

H-1 menuju audisi. Entah kenapa semakin lama Melissa semakin semangat dalam hal latihan itu. Apa mungkin karena Richard? Melissa pun sangat ingin masuk dalam Band Backfire karena dukungan dari teman-temannya, Richard, dan tentunya Melody.

Melody sangat suka dengan suara Melissa sehingga Melody akan menyogok para anggota grup jika tidak memilih Melissa untuk menjadi salah satu vokalis mereka. Karena jika Melissa tidak dalam suatu organisasi dalam bidang musik, ia tidak akan bernyanyi.

Richard : Good luck for the audition tomorrow! Go kick that jerk's ass and show him who's the boss!

Melissa terkekeh akan pesan dari Richard. Richard tak tau kalau jerk yang ia katakan adalah salah satu teman dekatnya.

A/N
4 Juni 2015

KOK JADI GUE YANG BAPER BAGIAN MELISSA-RICHARD SCENENYA. BANGKAI.

udah Juni aja :') bentar lagi bagi rapot :') moga gue naik kelas deh :')

OKAY SIAPA YANG GAK SABAR BUAT CHAPTER SELANJUTNYA? GUE AJA GAK SABAR.

Okay can I pretty please get 10++ votes for this chapter? I'll update as soon as this chapter get 10++ vote ;)

Love,

Tiff



[TS 2] Melissa's DiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang