S E B E L A S

2.8K 184 46
                                    

Melissa's Diary

S E B E L A S

"Apa?" Suara Melissa bergetar. Ia maju perlahan. Richard, Steve, Theo, dan Evan menatap Melissa kaget. Mereka tidak menyadari kehadiran Melissa secara tiba-tiba ditengah pembicaraan mereka.

"Mel, ini gak seperti yang lo pikirin," ucap Richard pelan.

"Bullshit." Melissa menatap mata Richard dalam. "Omongan lo itu terlalu klise, bosen." 

"Harga gue berapa?" tanya Melissa. Matanya sudah berkaca-kaca.

"Mel," panggil teman-temannya dibelakangnya agar Melissa tetap tenang.

"HARGA GUE BERAPA, RICHARD?!" Semua orang disana tersentak.

Memang, Melissa tipe orang yang jutek, namun mereka semua tidak pernah mendengar Melissa marah seperti ini.

"Satu koma dua tapi--"

"Tapi apa?" Suara Melissa kini melemas. Melissa menggelengkan kepalanya tidak percaya. "Lo tega, ya. Harusnya dari awal gak usah tanggepin lo." Melissa mendorong pundak Richard. Air matanya kini sudah mengalir.

"Udah gue bilang buat jagain si Jane," ceplos Evan langsung dihadiahi oleh toyoran Steven.

Jane ingin sekali memenggal kepala Evan sekarang. Jane menutup matanya dan menarik napas dalam-dalam.

"Jane?" Melissa menengok ke arah Jane. "Jane lo selama ini tau?" Tatapan kecewa terpancar dari wajahnya.

"Lo semua tau?" tanya Melissa lagi. Mereka hanya bisa mengangguk dan melihat kebawah. Melissa menggeleng tak percaya. Perasaannya campur aduk; sedih, marah, kecewa, dendam. Melissa tertawa. Mendengar tawa Melissa membuat mereka semua merasa bersalah.

"Segitu anti sosial kah gue sampe gossip terbaru aja ketinggalan?" Melissa tertawa pahit.

"Maaf," ucap Jane menunduk.

"Jangan pernah deketin gue lagi. Berlaku untuk lo semua," ucap Melissa tegas sambil melihat ke arah delapan orang yang menunduk kebawah itu.

"Mel, gue mau jelasin," ucap Richard. Melissa mengangkat alisnya. 

"Gue gak butuh ini," ucap Richard membuang uang yang ada di tangannya. "Gue butuh lo."

Kalau bukan dalam situasi seperti ini, Melissa akan tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan Richard barusan. Betapa murahannya.

Namun situasi berbeda. Melissa menggeleng dan tersenyum, fake smile. "Tapi gue gak butuh lo. So stay the fuck away from me," ucap Melissa tegas.

She made the exit. Melissa pergi dari taman dengan muka datar, seperti biasanya. Namun kali ini perasaannya berbeda, perasaannya sakit. Ia merasa harga dirinya telah diinjak-injak begitu saja dengan teman-temannya.

Teman? Itu panggilan sangat salah di matanya. 

Melissa berjalan menuju kelasnya dan mengambil tas untuk pulang.

Benar, berjalan. Untuk apa lari? Ia tidak sedang berada di novel-novel dimana sang perempuan berlari setelah mengetahui segalanya dan lelaki itu mengejarnya, bukan? 

Bukan. Karena pertama, Melissa tidak berlari. Kedua, dia tidak mengejarnya. 

Jangan berharap terlalu banyak.

  —Melissa's Diary— 

"Kejar, bego," ucap Terry.

Richard menggeleng. "Biarin dia tenang dulu."

"Lo cowok terbego yang pernah gue kenal," ucap Jane datar.

Nicky menghirup napas dalam-dalam. "Lo itu kurang baca novel, nonton sinetron, atau gimana sih?! Ini saatnya dimana cowok itu ngejar cewek itu. Nunggu dia tenang dulu?! Lo gila?! Itu kalimat terbego yang pernah gue denger. Lo ngegantungin Melissa tanpa penjelasan, sampe kakek-kakek melahirkan juga dia gak bakal tenang, goblok." Nicky menggoncangkan bahu Richard berkali-kali.

"Sayangnya, ini bukan di novel atau sinetron yang lo maksud itu. Terlalu klise," ucap Richard mengutip ucapan Melissa sebelumnya.

Nicky ingin sekali menendang kepala Richard sekarang ini. "Ini orang gak bisa ngomong Bahasa Indonesia, ya? Lo ngomong pake bahasa apaan, sih? Alien?"

"Sansekerta," ceplos Evan.

"Dan lo juga. Manusia gak berperasaan. Mati aja lo sana. Lo hidup gak ada guna," ucap Nicky menatap tajam ke arah Evan.

Yep, Nicky is on fire. 

Nicky kalau sudah marah tak ada yang bisa menyuruhnya diam. Yang ada, orang itu yang menjadi korban. Nicky memang tidak bisa melihat temannya disakiti begitu saja. Kita semua tau kalau Nicky suka ganti pacar, tetapi bukan berarti ia tidak punya perasaan.

"Kenapa lo semua bisa setuju sih sama taruhan tai kayak gini?" tanya Nicky.

"Udah Nick," ucap Rachel. Ia memejamkan matanya menunggu sentakan dari Nicky.

"Temen lo abis dijadiin barang taruhan dan lo suruh gue diem aja?!" protes Nicky.

Rachel sudah menduga balasan Nicky.

"Mending kita cari Melissa aja, Nick," ucap Terry.

Setelah beberapa menit argumen, akhirnya Nicky pun setuju. Mereka berempat kembali ke gedung sekolah meninggalkan keempat lelaki itu.

Vincent datang menghampiri keempat lelaki bodoh itu dengan minuman di tangannya. "Gue ketinggalan apa?"

  —Melissa's Diary— 

"Melissa, bangun! Sekolah, bego." Melody menggoncangkan bahu Melissa.

"Ogah," ucap Melissa sambil menarik selimutnya.

"Patah hati doang sampe gak sekolah," ucap Melody.

"Doang. Makan tuh doang," ucap Melissa melempar gulingnya dan kembali tidur.

Melody mulai menggelitiki kakinya, hal yang selalu membuat Melissa kesal. Melissa mulai menendang-nendang kakinya agar Melody tidak mengusiknya.

"Bilangin nyokap aja gue sakit," ucap Melissa masih menendang-nendang kakinya.

BRUKK

Bunyi itu sukses membuat Melissa bangun. Ia melihat kembarannya tersungkur di atas karpet kamarnya.

"Gue tau lu lagi bad mood tapi jangan nendang kepala gue juga kali," ucap Melody menggerutu. Melissa tertawa melihat kejadian itu. 

Melody tersenyum mengetahui bahwa ia baru saja menghibur kembarannya itu.

"Lo beneran gak mau sekolah?" tanya Melody.

"Iya." Melissa melihat jam yang ada di dinding kamarnya itu.

4:00

"Lo bangunin gue jam 4? Kok bego sih," tanya Melissa.

"Mengetahui lo abis galau, gue pikir bangunin lo kali ini butuh banyak perjuangan," ucap Melody santai.

"Ya, terserah. Gue tetep gak mau sekolah," ucap Melissa.

Melody termenung sejenak. "Kalo mereka gak ada, lo mau sekolah?" tanya Melody.

"Caranya?" Melissa mengkerutkan dahinya sedangkan Melody tersenyum misterius.


A/N 

31 Desember 2015


KOK GUE NGAKAK SIH PAS NULIS PART INI HAHAHAHAHA.

ok bai.




Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 30, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

[TS 2] Melissa's DiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang