Revan meletakkan ponselnya, matanya menatap lurus kedepan. Dadaku berdegub kencang, entah karena apa? Barangkali aku terlalu bereuforia untuk mendengar ceritanya.
"Hubungan kami hanya sebuah kesepakatan, tidak lebih dari itu," Tukasnya lembut, sorot matanya menggambarkan bahwa tidak ada yang spesial dari hubungan mereka.
Tetap aku tidak percaya,"Tapi kalian sempat bertunangan!"
Sosok seperti Revan yang kaku dan dingin, tidak mungkin, kan? Menganggap hal seserius itu sebuah permainan.
Sebuah senyuman tipis terbit dari bibir Revan,"Apa hari itu mengganggumu!" Kilahnya santai.
Aku mendengus sebal, kenapa harus dia melontarkan kalimat itu? Tentu saja hari itu tidak sekedar mengganggu, namun berhasil meremukkan hatiku, bahkan setelahnya hariku dipenuhi kemuraman. Revan menarikku ke pelukkannya dan mendaratkan ciuman singkat pada keningku.
"Aku tidak menyangka hari itu kamu datang!" Suara Revan terdengar santai.
"Dipaksa Agil!" Aku menggerutu dan melepaskan diri dari dekapannya.
"Kamu kelihatan baik-baik saja hari itu!"
"Memang aku harus ngapain? Nangis, teriak-teriak!"
"Aku melihat kalian saling mendekap!"
Getar cemburu terbit dari suaranya, berhasil membuat tubuhku menegang. Bagaimana dia bisa tahu? Tapi itu berlebihan jika dikatakan saling mendekap! Agil hanya berusaha menguatkanku dengan pelukkan. Kejadian itu ada di parkiran? Apa iya, dia mengikutiku sampai di parkiran, saat dia sendiri sedang bertunangan dengan orang lain, sungguh ironi, bukan?
"Seharusnya kamu berterima kasih dengan Agil, dia yang menguatkanku saat itu!"
"Tidak akan!"
Tentu aku mendelik tajam.
"Setidaknya saat itu aku masih bisa berpikir waras karena Agil!"
Sebuah senyuman pahit terbit dari bibir Revan.
"Aku penasaran, jika hubungan kalian tidak terjalin serius, kenapa kalian memutuskan untuk bertunangan?"
Lelaki yang menjadi impian banyak wanita ini menghela napas pelan.
"Ada hal yang tidak bisa aku ceritakan padamu, tapi tolong, percaya padaku!" Ungkapnya saat permohonan. Aku hanya bisa mengangguk meski ada beberapa kejanggalan yang memenuhi hatiku. Kedekatan mereka hingga sampai saat ini masih menghantuiku.
Revan tersenyum tipis, kembali mendaratkan kecupan, kali ini pada pipiku. Sejak kapan lelaki ini menyukai physical touch, padahal dulu dia tidak seperti ini. Apa ini efek menjalin hubungan dengan Carisa? Tidak mungkin kan, selama menjalin hubungan dengan Carisa tidak ada sentuhan fisik apapun? Mengingat Carisa memiliki fisik yang sempurna, dambaan semua pria.
Aku langsung melepaskan diri dari rengkuhannya.
"Kamu juga sering seperti ini ya, sama Carisa, atau jangan-jangan lebih dari ini!" Mataku memicing, Revan seperti sedang menerka maksud perkataanku.
"Maksudnya?"
"Ya... seperti yang kamu lakukan padaku, tadi!" Entah membayangkan keintiman Revan dan Carisa, membuat dadaku menyeruak kesal.
"Astaga, Fay. Hubungan kami hanya sebuah kesepakatan! Tidak terjadi kontak fisik apapun!"
Meski sedikit bernapas lega, namun tetap saja, Revan pria normal kan?
"Serius, Van!" Tanyaku tidak percaya! Bagaimana bisa dia tidak melakukan kontak fisik apapun terhadap Carisa, yang notabenenya memiliki semua yang diinginkan lelaki, dia cantik, body goals, pintar, tidak ada celah sama sekali bukan?

KAMU SEDANG MEMBACA
Bring My Heart (TAMAT)
Romance( CERITA LENGKAP) SEGERA BACA SEBELUM DIHAPUS. JANGAN LUPA VOTE DAN COMENT YA GUYS, AND FOLLOW AKUN PENULIS. Jangan lupa follow Ig Penulis @Titin Yunilestari "Aku tidak tahu seperti apa bentuk pertemuanku dengannya Setelah hubungan kita berakhir...