Happy Reading
🎀🎀🎀Setibanya di Rumah Sakit, Saras segera ditangani oleh Dokter dan Perawat yang ada di IGD. Sesaat sedang menunggu hasil pemeriksaan Saras, Zelyn tak henti-hentinya untuk merapalkan Doa agar tak terjadi apa-apa kepada Saras.
Di IGD, Zelyn tidak sendiri, ada Bu Vina untuk menjadi Walinya Saras. Sama dengan Zelyn, sedari tadi Bu Vina merapalkan segala Doa agar Saras baik-baik saja.
"Zelyn, apakah Saras sering seperti ini?" Tanya Bu Vina membuat atensi Zelyn teralihkan dan menatap lekat Bu Vina, seolah ingin memberitahukan sesuatu yang sangat penting.
Zelyn menarik nafasnya dalam-dalam, rasa sesak di dadanya mulai menjalar. Entah kenapa memori saat melihat Saras dipukuli terus tertanam dibenaknya.
"Saras sering di pukuli sama Tantenya, Bu." Setelah mengucapkan itu Zelyn tertunduk lesu, lalu menarik nafasnya lagi,
"Saras diperlakukan layaknya Budak, oleh Tantenya. Yang saya tahu, Saras pindah ke sini karena Mbahnya telah tiada di kampung." Bu Vina terdiam menyimak semua perkataan yang barusan Zelyn katakan.
"Saya belum tahu lebih dalam lagi mengenai Saras, karena Saras cukup tertutup. Tapi, setiap kalimat yang Saras ucapkan mengandung banyak makna, Bu," Zelyn meneteskan air matanya kembali, tak bisa di bayangkan jika dirinya menjadi Saras.
"Saya harap Ibu bisa jaga rahasia ini." Final Zelyn yang sudah tidak kuat lagi mendeskripsikan bagaimana Saras si gadis malang itu.
Bu Vina yang paham akan situasi tersebut terdiam seraya mengusap pundak Zelyn. "Semoga tidak terjadi apa-apa dengan Saras ya." Zelyn mengangguk lesu, memgusap air matanya yang sedari tadi keluar.
Setelah beberapa lama, Dokter yang menangani Saras menghampiri Bu Vina dan Zelyn, "Wali Pasien?" Tanya Dokter bername-tag Fredo.
"Iya, saya Wali Kelasnya, Dok". Ucap Bu Vina.
"Pasien bernama Saras mengalami kelelahan, dehidrasi, tetapi kami pihak Rumah Sakit akan menindak lanjuti untuk keadaan lebih dalamnya lagi." Jelas Dokter Fredo, Zelyn mengernyitkan dahi. Kenapa harus di tindak lanjuti keadaan? Bukannya Saras cuma kelelahan dan dehidrasi?
"Maksudnya, Dok? Apakah Saras ada penyakit lain?."
"Terlihat dari kondisinya, Pasien Saras sangat memilukan. Banyak luka-luka yang terpatri di tubuhnya. Maka dari itu, kami akan menindak lanjuti keadaannya agar tahu lebih jelas tentang kondisi pasien." Bu Vina mengangguk setuju,
"Lakukan yang terbaik, Dok."
"Kalau begitu, saya permisi dulu."
"Baik, Terima Kasih Dokter." Bu Vina sedikit lega, meski ada yang janggal dengan kondisi Saras.
"Bu, saya takut Saras kenapa-kenapa." Ujar Zelyn.
Bu Vina menoleh dan mengusap pundak Zelyn, "Doakan yang terbaik untuk temanmu, Zelyn."
"Zelyn? Apakah kamu bisa untuk balik ke sekolah saja? Di karenakan sebentar lagi kita ada Ujian Tengah Semester, sayang jika kamu melewatkan beberapa pelajaran hari ini. Untuk Saras, biar ibu yang jaga disini."
Zelyn tampak berfikir, memang benar yang dibilang Bu Vina tadi. Tapi, Zelyn percaya dengan Bu Vina dan ia menyetujuinya.
"Baik Bu, saya titip Saras sama Ibu ya. Nanti tolong kabari saja bagaimana keadaan selanjutnya," Ucap Zelyn dengan raut wajah yang masih belum ingin pergi dari sini.
KAMU SEDANG MEMBACA
P A I N
Teen FictionWARNING!! FOLLOW TERLEBIH DAHULU SEBELUM MEMBACA YA! Seorang gadis cantik berumur 17 tahun harus menghadapi penderitaan yang sangat pahit. Di tinggal pergi oleh Ibu-nya sejak lahir yang saat ini entah ada dimana, Ayah-nya yang tidak perduli seolah-o...